SURABAYA EKOIN.CO – Panas dalam sering dianggap sepele, padahal kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang mengganggu dan menjadi indikasi gangguan kesehatan lain. Meski istilah ini tidak dikenal dalam dunia medis secara resmi, masyarakat luas telah lama menggunakannya untuk menggambarkan sensasi tidak nyaman seperti tenggorokan kering, bibir pecah-pecah, hingga sariawan.
Kondisi ini umumnya terjadi akibat ketidakseimbangan cairan dan suhu tubuh. Salah satu penyebab utamanya adalah konsumsi makanan yang memicu panas seperti gorengan, makanan pedas, atau makanan tinggi lemak. Selain itu, cuaca panas dan kurang minum air putih juga turut memperburuk keadaan.
Menurut penjelasan dari laman resmi Halodoc, panas dalam berkaitan erat dengan kondisi tubuh yang kekurangan cairan atau dehidrasi. Ini memperburuk sistem metabolisme dan menurunkan daya tahan tubuh. Tubuh menjadi rentan terhadap infeksi seperti radang tenggorokan atau sariawan.
Gejala yang umum muncul pada panas dalam meliputi sakit tenggorokan, bibir pecah-pecah, sariawan, bau mulut, hingga sulit menelan. Beberapa orang bahkan bisa mengalami demam ringan dan kelelahan. Jika dibiarkan, panas dalam dapat mengganggu aktivitas harian.
Faktor Penyebab Panas Dalam
Penyebab panas dalam tidak hanya berasal dari makanan saja, tetapi juga dari gaya hidup yang kurang sehat. Kurangnya konsumsi sayuran dan buah, tidur tidak teratur, serta stres bisa mempercepat timbulnya gejala. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga dapat memperparah kondisi ini.
Dikutip dari situs Alodokter, faktor lingkungan seperti paparan udara panas, ruangan tertutup tanpa ventilasi, dan polusi turut memicu panas dalam. Di samping itu, infeksi virus ringan di mulut atau saluran pernapasan atas bisa memperparah sensasi panas dan kering dalam tubuh.
Beberapa kasus panas dalam juga bisa berkaitan dengan gangguan pencernaan seperti asam lambung atau konstipasi. Dalam situasi tersebut, produksi asam tubuh meningkat, menyebabkan rasa panas di tenggorokan atau dada.
Kurangnya konsumsi air putih merupakan penyebab paling umum. Ketika tubuh kekurangan cairan, sistem detoksifikasi menjadi lambat. Racun dalam tubuh tidak dikeluarkan secara optimal, memicu gejala panas dalam.
Penanganan dan Pencegahan
Langkah pertama dalam mengatasi panas dalam adalah mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Disarankan minum setidaknya dua liter air setiap hari. Konsumsi buah-buahan tinggi air seperti semangka, jeruk, atau melon juga sangat membantu menurunkan panas tubuh.
Pola makan seimbang menjadi kunci. Hindari makanan berminyak, pedas, dan bersantan dalam jangka panjang. Perbanyak konsumsi sayuran hijau, buah segar, serta makanan tinggi serat. Menjaga pola tidur dan mengurangi stres juga membantu menjaga stabilitas suhu tubuh.
Menurut dr. Devia Irine Putri, seperti yang disampaikan Alodokter, menjaga kebersihan mulut dan tenggorokan dapat mencegah panas dalam. Rutin berkumur, menggosok gigi minimal dua kali sehari, serta menghindari makanan manis berlebih juga penting dilakukan.
Jika gejala panas dalam terus berulang atau disertai demam tinggi, segera konsultasikan dengan tenaga medis. Hal ini dapat menjadi gejala penyakit lain yang lebih serius, seperti infeksi saluran pernapasan atau masalah lambung.
Beberapa orang menggunakan obat herbal sebagai cara tradisional untuk meredakan panas dalam, seperti rebusan daun sirih atau teh chamomile. Namun, penggunaan bahan alami tetap harus memperhatikan dosis dan reaksi tubuh.
Panas dalam bisa dicegah dengan disiplin menjaga gaya hidup sehat. Rutin berolahraga, konsumsi vitamin, serta menghindari paparan suhu ekstrem sangat berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh dari dalam.
Kondisi ini umumnya tidak berbahaya jika ditangani dengan cepat dan tepat. Namun, bila dibiarkan dan disertai gejala lain, bisa berdampak pada penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, mengenali penyebab dan cara pencegahannya menjadi langkah awal penting.
yang bisa diterapkan adalah memperbaiki pola konsumsi harian, termasuk memperhatikan asupan cairan. Perubahan kecil seperti menambahkan buah-buahan dalam menu makan harian dapat memberi dampak besar terhadap keseimbangan tubuh.
Selain itu, hindari kebiasaan buruk seperti begadang, stres berlebih, atau konsumsi makanan instan berlebihan. Kebiasaan tersebut memicu kondisi tubuh menjadi tidak stabil dan mudah terserang panas dalam.
panas dalam adalah kondisi yang bisa dicegah dan ditangani dengan pola hidup yang sehat. Menjaga hidrasi tubuh, memperhatikan pola makan, serta rutin melakukan aktivitas fisik adalah kunci untuk mencegahnya datang kembali.
Konsultasi dengan tenaga medis sebaiknya dilakukan jika panas dalam berlangsung lebih dari tiga hari atau disertai gejala berat. Penanganan dini akan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Terakhir, masyarakat perlu diberi edukasi bahwa panas dalam bukan penyakit tetapi gejala dari ketidakseimbangan tubuh. Pemahaman yang tepat akan membantu langkah penanganan dan pencegahan yang lebih efektif. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v