Jakarta, EKOIN.CO – Bisnis daur ulang baterai kendaraan listrik menjadi perhatian utama dalam pengembangan industri ramah lingkungan di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Evy Kartini, periset dari Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam Periklindo EV Conference 2025 di Jimbaran, Kamis (10/07).
Evy menekankan bahwa kendaraan listrik memang menjadi solusi mengurangi emisi karbon dioksida. Namun, potensi limbah baterai yang besar di masa mendatang menjadi tantangan baru yang harus segera diantisipasi melalui teknologi daur ulang.
“Ada tiga metode daur ulang baterai yaitu hidrometalurgi, pirolisis, dan daur ulang langsung. Kami tidak menggunakan metode pirolisis yang menghasilkan asap hitam. Kami menggunakan metode daur ulang langsung dengan menggunakan air,” jelas Evy dalam presentasinya.
Ia menambahkan bahwa pendekatan ini lebih ramah lingkungan dan sesuai untuk skala industri di Indonesia. Proses daur ulang langsung yang digunakan dinilai lebih aman dan minim dampak terhadap udara.
Dalam penjelasannya, Evy juga mengungkap bahwa komponen baterai kendaraan listrik mengandung berbagai logam seperti baja, krom, dan nikel yang digunakan sebagai katoda, serta nikel dan aluminium pada konektornya.
Perbedaan Jenis Baterai Listrik dan Dampaknya
Evy menjelaskan bahwa saat ini baterai Litium Besi Fosfat (LFP) dan Nickel Manganese Cobalt (NMC) menjadi dua tipe utama yang digunakan. Masing-masing memiliki karakteristik berbeda, baik dari segi tegangan maupun daya tahan.
“NMC dan LFP memiliki perbedaan keluaran tegangan dan arus. Untuk NMC memiliki tegangan 3,7 volt (V) dengan kapasitas 2500 milliampere per jam (mAH). Sementara itu, LFP memiliki tegangan 3,2 V dan 1800 mAH,” jelasnya.
Baterai LFP, menurut Evy, memiliki keunggulan dalam siklus hidup yang lebih panjang. Hal ini berarti baterai jenis tersebut lebih tahan lama dan dapat digunakan dalam jangka waktu lebih lama sebelum harus diganti.
Dirinya menekankan pentingnya konsumen memahami spesifikasi baterai sebelum membeli kendaraan listrik. Pengetahuan ini bisa menentukan efisiensi penggunaan dan keselamatan kendaraan.
“Keselamatan baterai merupakan hal yang krusial karena suhu baterai akan meningkat jika digunakan. Selain itu plastik pemisah blok baterai bisa menyebabkan kebocoran yang dapat menimbulkan ancaman,” ungkapnya.
Uji Coba Teknologi Daur Ulang dan Potensi Produksi Lokal
Untuk memastikan efektivitas teknologi, Evy mengatakan pihaknya telah melakukan uji coba perbandingan sistem daur ulang dengan produk Sumitomo dari Jepang. Hasil uji menunjukkan kesamaan hasil sulfat fisik yang dihasilkan dari proses tersebut.
“Teknologinya tidak terlalu kompleks, kami melakukan perbandingan dengan menggunakan baterai Sumitomo karena mereka menghasilkan sulfat fisik dan hasilnya identik,” jelasnya dalam sesi penutupan paparan.
Ia juga menyebutkan bahwa metode ini memungkinkan Indonesia untuk memiliki teknologi daur ulang baterai sendiri tanpa terlalu bergantung pada sistem luar negeri. Selain efisien, hal ini juga dapat mengurangi biaya produksi dan impor komponen baterai bekas.
Konferensi Periklindo EV 2025 sendiri menjadi ajang penting untuk memperkenalkan hasil riset terbaru di bidang kendaraan listrik, termasuk strategi pengelolaan limbah dan inovasi teknologi energi berkelanjutan.
Dengan perhatian yang semakin besar terhadap lingkungan, teknologi daur ulang baterai diharapkan bisa menjadi solusi strategis untuk mendukung transisi energi bersih di Indonesia secara menyeluruh.
Daur ulang baterai menjadi aspek penting dalam mendukung kebDaur ulang bateraierlanjutan industri kendaraan listrik. Melalui metode daur ulang langsung berbasis air, Indonesia dapat mengembangkan pendekatan yang ramah lingkungan dan efisien. Teknologi ini menawarkan solusi terhadap potensi lonjakan limbah baterai seiring meningkatnya penggunaan kendaraan listrik.
Perbedaan jenis baterai seperti NMC dan LFP memiliki implikasi signifikan terhadap keselamatan, efisiensi, dan siklus hidup baterai. Oleh karena itu, konsumen perlu mendapatkan edukasi mendalam sebelum memilih kendaraan listrik yang sesuai. Hal ini penting untuk mendukung pemanfaatan energi yang optimal.
Uji coba yang dilakukan BRIN menunjukkan kesiapan teknologi lokal dalam menghadapi tantangan masa depan. Keberhasilan ini bisa menjadi dasar pengembangan industri daur ulang baterai dalam negeri yang berdaya saing tinggi dan mampu mendukung ekonomi hijau nasional.(*)