JAKARTA EKOIN.CO – Membeli mobil bekas masih menjadi pilihan populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin memiliki kendaraan pribadi dengan dana terbatas. Namun, tidak semua mobil bekas memberikan keuntungan jangka panjang. Beberapa di antaranya memiliki harga beli yang terjangkau tetapi biaya perawatan yang tinggi, sehingga justru menjadi beban finansial di kemudian hari.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Membeli mobil bekas bukan hanya soal harga beli yang lebih murah dibanding mobil baru, tetapi juga perhitungan matang terhadap biaya operasional. Banyak mobil bekas yang dijual dengan harga rendah, tetapi menyimpan potensi pengeluaran besar karena perawatan mahal dan suku cadang yang sulit didapat. Hal ini seringkali mengecoh pembeli yang kurang berpengalaman.
Dikutip dari informasi otomotif yang beredar luas, setidaknya ada tujuh mobil bekas yang memiliki reputasi sebagai “mobil jebakan.” Mobil-mobil ini memang murah di pasaran, namun biaya servis dan perbaikannya tergolong mahal. Beberapa penyebab utamanya adalah kelangkaan suku cadang, teknologi rumit, dan kurangnya dukungan bengkel umum.
Risiko Servis Mahal pada Mobil Diesel dan Eropa
Salah satu mobil bekas yang masuk dalam kategori ini adalah Chevrolet Captiva Diesel keluaran tahun 2012 hingga 2015. Harga mobil ini kini berada di kisaran Rp85 juta, membuatnya terlihat menggiurkan. Namun, Captiva Diesel memiliki masalah umum berupa kerusakan pada injektor dan turbo. Perbaikan injektor bisa menelan biaya hingga Rp6 juta, sedangkan jika turbo rusak, pemilik harus menyiapkan dana belasan juta rupiah.
Selain itu, Captiva Diesel kerap menimbulkan kendala lain seperti gangguan pada ECU dan sensor. Perbaikannya bisa menghabiskan dana antara Rp5 juta hingga Rp10 juta. Seperti disampaikan oleh pengamat otomotif lokal, mobil ini memerlukan bengkel khusus karena perbedaan konstruksi baut dan desain mesin dengan mobil Jepang, sehingga bengkel umum sering menolak menangani.
Peugeot 408 juga menjadi contoh mobil bekas murah dengan biaya perawatan tinggi. Harga pasarannya sekitar Rp60 juta hingga Rp80 juta. Kendati tergolong murah untuk mobil Eropa, layanan purnajualnya menjadi tantangan. Suku cadang langka dan harga komponen mahal membuat pemilik harus bersiap mengeluarkan biaya besar, terutama untuk perawatan berkala.
Mobil Jepang Pun Tidak Luput dari Risiko Biaya Tinggi
Honda Odyssey generasi awal juga menjadi sorotan. Dengan harga sekitar Rp90 juta hingga Rp120 juta, mobil ini kerap mengalami gangguan pada sistem suspensi dan sliding door elektrik. Jika sistem pintu otomatis bermasalah, biaya perbaikannya bisa mencapai jutaan rupiah. Suspensi belakang yang rumit dan mahal turut menambah beban perawatan.
Toyota Camry keluaran tahun lama juga menarik untuk dibahas. Meskipun memiliki harga pasar antara Rp80 juta hingga Rp120 juta, mobil ini membawa risiko perbaikan tinggi pada sektor kaki-kaki dan sistem elektronik. Jok kulit elektriknya pun memerlukan perhatian khusus, karena motor penggeraknya rentan bermasalah dan butuh servis khusus.
Nissan X-Trail generasi T32, yang kini dijual di kisaran Rp150 juta, tampak mewah dan menarik. Namun, transmisi CVT yang digunakan dikenal tidak awet. Jika transmisi ini rusak, biaya servisnya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Ditambah lagi, sistem kelistrikan pada mobil ini cukup rumit dan memerlukan tenaga spesialis.
Suzuki Grand Vitara generasi lama pun masuk dalam daftar. Mobil ini menggunakan mesin 2.0 liter dengan konsumsi bahan bakar cukup boros. Selain itu, suku cadangnya sudah mulai sulit didapat, sehingga harga komponen melonjak. Banyak pemilik harus mencari suku cadang secara online atau memesan langsung dari luar negeri.
Mitsubishi Grandis juga sering menjadi pilihan karena harga bekasnya hanya sekitar Rp70 juta hingga Rp90 juta. Namun, mobil ini dikenal memiliki sistem suspensi dan transmisi yang kompleks. Bila terjadi kerusakan, biaya perbaikannya bisa menguras kantong. Ditambah lagi, banyak bengkel umum yang enggan menangani Grandis karena minimnya pengalaman dan keterbatasan alat.
Memiliki mobil bekas memang bisa menjadi solusi efisien dalam memenuhi kebutuhan transportasi. Namun, pembeli perlu memahami risiko yang mengiringi. Tidak semua mobil bekas murah akan membawa keuntungan. Penting untuk melakukan pengecekan menyeluruh, termasuk riwayat servis dan ketersediaan bengkel yang kompeten menangani tipe kendaraan tersebut.
Memeriksa harga suku cadang dan konsultasi dengan mekanik sebelum membeli mobil bekas dapat membantu meminimalkan risiko keuangan. Beberapa mobil mungkin terlihat menarik secara visual, tetapi memiliki komponen mesin atau elektrikal yang rumit dan mahal. Dengan pendekatan ini, pembeli bisa menghindari jebakan biaya tersembunyi.
Sebagai membeli mobil bekas murah bisa menjadi solusi hemat jika dilakukan dengan cermat. Namun, kendaraan tertentu, meskipun harganya rendah, bisa membawa risiko perawatan yang mahal dan memusingkan. Pilihan kendaraan sebaiknya mempertimbangkan tidak hanya harga beli, tetapi juga kemampuan finansial untuk merawat mobil tersebut ke depan.
yang bisa diberikan kepada calon pembeli mobil bekas adalah agar tidak tergoda hanya pada harga. Perlu analisis menyeluruh terhadap biaya kepemilikan, termasuk potensi kerusakan umum dan estimasi biaya servis. Pemeriksaan menyeluruh dengan bantuan mekanik terpercaya sangat dianjurkan.
Penting untuk mencari informasi dari komunitas pemilik mobil dan forum otomotif, karena mereka biasanya membagikan pengalaman nyata terkait perawatan kendaraan. Dari situ, calon pembeli bisa mengetahui apakah mobil bekas incaran mereka layak dimiliki atau justru berisiko.
Transaksi pembelian sebaiknya dilakukan dengan penjual terpercaya atau dealer resmi mobil bekas yang memberikan garansi. Ini akan meminimalkan risiko tersembunyi. Membeli mobil bekas memang lebih hemat, tetapi tidak boleh gegabah agar tidak terjebak dalam biaya tak terduga.
Jika perlu, pembeli dapat mempertimbangkan mobil bekas dengan dukungan purnajual yang baik dan ketersediaan suku cadang melimpah. Mobil-mobil Jepang umumnya unggul dalam aspek ini, meskipun tidak berarti semua mobil Jepang bebas dari risiko perawatan mahal. Dengan perhitungan matang, mobil bekas tetap bisa menjadi investasi yang menguntungkan. (*)