Bekasi, EKOIN.CO – Neta, merek mobil listrik asal China, telah resmi merakit dan memasarkan model barunya, Neta V‑II, di Indonesia sejak April–Mei 2024, dengan fasilitas produksi di Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran mobil listrik ini menandai strategi lokal dari pabrik Handal Indonesia Motor yang memulai produksi massal pada 31 Mei 2024, setelah uji coba produksi pada 22 April 2024. Pre-order telah dimulai sejak peluncuran perdana pada 30 April 2024, dan distribusi unit pertama dilakukan dua minggu kemudian .
Peluncuran bersamaan dengan IIMS 2024
Peluncuran Neta V‑II bersamaan dengan Periklindo Electric Vehicle Show di IIMS 2024, yang berlangsung sejak 30 April 2024. Mobil ini merupakan penyempurnaan dari model sebelumnya, Neta V, yang pertama masuk ke pasar pada Oktober 2023 dan masih dalam status CBU (Completely Built-Up)
Produksi lokal untuk penetrasi pasar
Produksi lokal di Bekasi memiliki kapasitas hingga 27.000 unit per tahun. Strategi ini tidak hanya menekan harga jual, tetapi juga membuka peluang untuk pasar domestik yang lebih luas .
Apa Kata Statistik Penjualan
- Pada Januari–Agustus 2024, data GAIKINDO mencatat penjualan mobil listrik nasional sebanyak 23.045 unit, naik 177% dibanding periode sama tahun lalu .
- Khusus untuk Neta, angka wholesales tahun 2024 mencapai 512 unit di Indonesia.
Fitur dan Spesifikasi Umum
Neta V‑II mengusung motor listrik penuh (BEV), dirakit lokal, dengan harga kompetitif sekitar Rp200–300 juta. Model sebelumnya, Neta V, dilepas di kisaran Rp300 jutaan .
Keunggulan Mobil Listrik
Berbagai sumber menyebut kelebihan utama mobil listrik di Indonesia:
- Ramah lingkungan, nol emisi (CO₂ dan CO).
- Biaya bahan bakar jauh lebih murah, estimasi Rp130–150 ribu untuk jarak tempuh 350 km dibanding Rp500 ribu dengan mesin bensin.
- Minim perawatan karena jumlah komponen bergerak yang sedikit.
- Bebas aturan ganjil-genap di Jakarta .
- Pengisian ulang bisa dilakukan di rumah, tidak perlu antre di SPBU.
- Torsi instan membuat respons kendaran sigap .
Kekurangan dan Risiko
Namun, tantangan juga signifikan:
- Harga beli unit di tahap awal masih tinggi, seperti kisaran Rp243–299 juta untuk model ekonomi.
- Infrastruktur SPKLU masih terbatas, hanya sekitar 1.081 unit per akhir 2023, dibanding ribuan SPBU.
- Pengisian daya lambat; SPKLU cepat masih butuh 30 menit untuk mencapai 80%, sementara rumahan bisa mencapai 8 jam.
- Biaya penggantian baterai mahal, bisa mencapai Rp300–400 juta (Hyundai Ioniq 5).
- Limbah baterai lithium-ion berpotensi mencemari lingkungan.
Soal Keamanan dan Bahaya bagi Pengemudi
Salah satu isu krusial adalah keselamatan: model Neta V (generasi sebelumnya) memperoleh skor zero-star (0 bintang) dari uji tabrak ASEAN NCAP pada Desember 2024 akibat intrusion pada steering wheel, A-pillar, tidak ada seatbelt pretensioners, serta perlindungan head tanggung dan perlindungan pejalan kaki rendah .
Meski belum ada data uji tabrak V‑II, model dasar ini menunjukkan bahwa keselamatan menjadi perhatian utama bagi pengemudi.
Dampak pada Sopir atau Auto Driver
Pengemudi profesional seperti taksi online atau sopir rental harus mempertimbangkan aspek keamanan cell bawaan mobil, kesiapan layanan purna jual, serta ketersediaan suku cadang. Kurangnya fitur keselamatan dasar dapat meningkatkan risiko pada kondisi kecelakaan.
Namun, keuntungan seperti penghematan bahan bakar dan biaya perawatan bisa menurunkan total biaya operasional untuk armada profesional.
Respons Industri dan Regulasi
Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan PLN menargetkan peningkatan jumlah SPKLU dan SPBKLU dalam rangka mendukung penetrasi BEV. Penetrasi model lokal seperti Ioniq 5 dan Neta V‑II diharap bisa mendorong akselerasi ekosistem kendaraan listrik .
Saran:
- Pemerintah dan produsen perlu meningkatkan standar keselamatan mobil listrik dengan teknologi pelindung modern, termasuk fitur crash mitigation aktif.
- Pembangunan infrastruktur pengisian daya perlu dipercepat, dengan SPKLU tersebar di jalan tol, perkotaan, dan rute komersial.
- Pengemudi mobil listrik, terutama profesional, harus mengikuti pelatihan tentang karakteristik BEV dan skenario keadaan darurat.
- Pengguna disarankan membuat jadwal rutin servis baterai dan komponen kelistrikan untuk mencegah kerusakan mendadak dan menjaga performa keamanan.
- Edukasi publik penting untuk meningkatkan kesadaran tentang keunggulan jangka panjang dan risiko kendaraan listrik.
Kesimpulan:
Hadirnya Neta V‑II menandai langkah maju dalam ekosistem mobil listrik di Indonesia. Meskipun menawarkan manfaat ekonomi dan lingkungan, aspek keselamatan mobil listrik saat ini masih memerlukan perhatian serius. Infrastruktur yang berkembang dan regulasi yang kuat menjadi kunci keberlangsungan BEV. Produsen dan pemerintah harus bergerak beriringan demi memastikan BEV tidak hanya efisien tetapi juga aman. Pengemudi, khususnya profesional, harus memahami perbedaan kendaraan baru ini dan menyesuaikan standar operasional. Jika langkah-langkah tersebut terpenuhi, mobil listrik dapat menjadi alternatif mobilitas harian yang berkelanjutan dan terjamin keamanannya.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v