Jeddah EKOIN.CO – Penampilan nyentrik pesulap dan tokoh publik Limbad memicu perhatian petugas imigrasi saat ia menjalani ibadah umrah ketiganya di Arab Saudi. Insiden ini terjadi di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, ketika ia baru saja tiba bersama rombongan jamaah umrah.
Manajemen yang mengelola akun Instagram resmi Limbad membenarkan informasi penahanan tersebut. Sang admin menyampaikan bahwa Limbad memang sempat diminta masuk ke ruang khusus untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas.
“Umrah sudah 4 kali, umrah yang ketiga memang betul ditahan di imigrasi di Bandara Abdul Aziz,” ungkap admin seperti dikutip dari keterangan kepada awak media. Ia menjelaskan bahwa penampilan Limbad yang mencolok, seperti rambut gimbal dan banyak mengenakan gelang, menjadi alasan awal penahanan itu.
Petugas yang curiga kemudian mengarahkan Limbad masuk ke ruang khusus. Sementara itu, jamaah lain diperbolehkan melanjutkan proses kedatangan tanpa hambatan.
Dituduh Dajjal dan Diperiksa Mendalam
Admin akun tersebut menjelaskan bahwa selama di dalam ruangan, Limbad terus dimintai keterangan mengenai identitasnya. Mutawif atau pemandu ibadah yang mendampingi memberikan jawaban atas pertanyaan petugas mengenai nama, tempat tinggal, hingga pekerjaan Limbad.
Pemeriksaan berlangsung cukup lama karena pihak imigrasi merasa penampilan Limbad sangat tidak lazim. Dugaan terhadap dirinya semakin liar ketika muncul anggapan bahwa ia adalah penganut aliran sesat.
“Dibilang Dajjal, setan, iblis, dan penganut satanik,” ungkap admin itu. Akibatnya, petugas menyetelkan bacaan ayat suci Al-Qur’an sebanyak 30 juz dengan harapan Limbad akan merespons negatif.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. “Master malah ketiduran karena keasyikan mendengarkan,” ungkap sang admin. Respons tersebut membuat petugas semakin kebingungan, karena tidak sesuai dengan asumsi awal mereka.
Tes Membaca Al-Qur’an Membuktikan Identitas Limbad
Mutawif yang mendampingi telah berulang kali menjelaskan bahwa Limbad adalah seorang Muslim. Namun, penjelasan tersebut belum cukup meyakinkan petugas.
Setelah melalui berbagai penjelasan, pihak imigrasi masih bersikap ragu. Mereka lalu memutuskan untuk melakukan pemeriksaan fisik terhadap tubuh Limbad, termasuk rambut gimbal dan gigi taringnya.
Sebagai langkah akhir, petugas meminta Limbad membaca ayat suci Al-Qur’an dari surat yang dipilih secara acak. “Qur’an surat Ar-Rum sampai kelar, dan akhirnya dibebaskan oleh pihak imigrasi dan berpelukan haru,” jelas admin.
Setelah momen tersebut, status Limbad sebagai Muslim akhirnya dipercaya oleh pihak imigrasi. Ia pun dibebaskan dan diperbolehkan melanjutkan perjalanan ibadahnya.
Limbad melanjutkan perjalanan umrah ke Madinah dan Mekkah seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya. Menariknya, setelah kejadian itu, ia mendapatkan perlakuan khusus selama beribadah.
“Akhirnya lanjut untuk beribadah di Madinah dan Mekkah dan mendapat pengawalan khusus dari tentara Saudi,” ujar sang admin.
Ia mendapatkan kemudahan dalam berbagai aspek ibadah seperti salat di Raudhah, salat di Hijr Ismail, mencium Hajar Aswad, hingga berkeliling di sekitar Mekkah.
Kisah unik dan penuh ketegangan ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah dibagikan oleh pihak manajemen Limbad. Banyak warganet yang menyoroti bagaimana stereotip terhadap penampilan bisa berdampak besar.
yang relevan dari kejadian ini adalah pentingnya memperhatikan norma dan persepsi budaya lokal ketika berkunjung ke luar negeri, khususnya negara yang memiliki peraturan ketat seperti Arab Saudi. Meskipun kebebasan berekspresi menjadi hak individu, penampilan yang dianggap tidak biasa bisa saja memicu kesalahpahaman yang serius.
Penting pula bagi jamaah umrah atau haji untuk mendapatkan pendampingan yang paham tentang kultur dan tata tertib di negara tujuan. Dalam kasus Limbad, keberadaan mutawif yang mendampingi terbukti sangat membantu dalam menjelaskan situasi kepada petugas.
Kisah ini juga memberikan pelajaran tentang bagaimana stereotip dapat mempengaruhi penilaian orang lain secara drastis. Penting untuk selalu memberikan ruang klarifikasi sebelum membuat asumsi yang dapat merugikan.
Meskipun situasi sempat membuat ibadah Limbad tertunda, pengalaman tersebut menjadi pengingat bahwa komunikasi, kesabaran, dan ketenangan dapat meredakan kesalahpahaman.
Sebagai kesimpulan, insiden yang menimpa Limbad dapat menjadi refleksi bagi masyarakat luas tentang pentingnya saling memahami lintas budaya dan keyakinan. Kejadian ini tidak hanya menjadi catatan unik dalam pengalaman spiritual seseorang, tetapi juga pelajaran tentang sikap terbuka dalam keberagaman.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v