Jakarta EKOIN.CO – Kesemutan merupakan kondisi umum yang sering dialami banyak orang, ditandai dengan sensasi seperti ditusuk jarum, terbakar, atau mati rasa, terutama di tangan dan kaki. Gejala ini dapat bersifat sementara atau kronis tergantung penyebabnya. Kondisi ini sering muncul setelah duduk atau tidur dalam posisi yang menekan saraf atau aliran darah. Namun, kesemutan yang berlangsung lama bisa menjadi indikasi masalah kesehatan serius.
Menurut informasi medis yang dikutip dari Mayo Clinic dan Healthline, kesemutan sementara biasanya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini dapat mengindikasikan neuropati perifer, diabetes, stroke, atau gangguan saraf lainnya.
Kesemutan juga bisa disebabkan oleh kekurangan vitamin, khususnya vitamin B12, B1, dan E, serta oleh konsumsi alkohol berlebihan. Cedera saraf karena trauma atau tekanan juga dapat menimbulkan gejala ini. Selain itu, infeksi virus tertentu, seperti herpes zoster, dapat memicu sensasi kesemutan pada kulit.
Dalam beberapa kasus, kesemutan menjadi bagian dari gejala penyakit autoimun, seperti lupus dan multiple sclerosis. Penyakit ini menyerang sistem saraf secara langsung dan menyebabkan gangguan fungsi normal tubuh. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab kesemutan agar penanganannya tepat sasaran.
Kesemutan yang muncul bersamaan dengan keluhan lain seperti kelemahan otot, penglihatan kabur, atau kesulitan berbicara harus segera mendapat perhatian medis. Diagnosis dini dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut yang mungkin membahayakan kesehatan.
Gejala Umum dan Penyebab Klinis
Gejala kesemutan biasanya dimulai dari sensasi ringan hingga berat yang dirasakan di tangan, kaki, atau anggota tubuh lainnya. Gejala ini bisa bersifat lokal atau menyebar tergantung pada gangguan yang mendasarinya.
Penyebab umum meliputi tekanan pada saraf dalam waktu lama, kerusakan jaringan saraf akibat trauma, serta gangguan metabolik. Pada penderita diabetes, kesemutan bisa menandakan kerusakan saraf akibat tingginya kadar gula darah.
Selain itu, gangguan sirkulasi darah juga memicu kesemutan. Ketika aliran darah ke bagian tubuh terhambat, sel-sel saraf tidak mendapat oksigen cukup, sehingga muncul sensasi abnormal.
Beberapa orang mengalami kesemutan karena posisi tubuh yang kurang baik saat tidur atau duduk. Ini dapat menghambat suplai darah atau menekan saraf untuk sementara waktu.
Namun, jika kesemutan terjadi saat tidak ada tekanan atau posisi yang menghambat, maka kemungkinan besar gejalanya berasal dari gangguan medis yang perlu diperiksa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan.
Penyakit Terkait dan Pemeriksaan Medis
Penyakit saraf seperti neuropati perifer, radikulopati, dan carpal tunnel syndrome kerap menjadi penyebab utama kesemutan yang berkepanjangan. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan atau penekanan saraf baik di tulang belakang maupun perifer.
Pemeriksaan medis yang diperlukan biasanya meliputi tes darah, elektromiografi (EMG), dan MRI untuk mendeteksi kerusakan atau peradangan saraf. Hasil dari pemeriksaan ini akan menentukan langkah pengobatan yang sesuai.
Dalam beberapa kasus, penyakit kronis seperti ginjal, hati, atau gangguan tiroid juga dapat menimbulkan kesemutan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap perubahan dalam tubuh, terutama jika ada ketidakseimbangan elektrolit.
Penggunaan obat tertentu, seperti kemoterapi, antibiotik tertentu, dan obat HIV, dapat menyebabkan efek samping berupa kesemutan atau mati rasa. Pasien dengan riwayat konsumsi obat jangka panjang perlu melaporkan gejala ini kepada dokter.
Menurut dr. Arief Budiman, Sp.N, dari RS Pusat Otak Nasional, “Jika kesemutan terjadi setiap hari dan tidak membaik dalam beberapa minggu, maka perlu evaluasi lebih lanjut. Bisa saja itu menandakan kerusakan saraf yang serius.”
Vitamin dan Gizi Sebagai Faktor Pendukung
Kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab paling umum dari kesemutan. Vitamin ini penting untuk menjaga fungsi sistem saraf yang sehat. Kekurangan bisa terjadi karena diet yang tidak seimbang atau gangguan penyerapan di saluran cerna.
Selain B12, vitamin B1 dan B6 juga berperan besar dalam transmisi sinyal saraf. Konsumsi suplemen vitamin harus sesuai anjuran medis karena kelebihan dosis B6, misalnya, juga dapat menimbulkan gangguan saraf.
Pasien yang menjalani diet vegan atau vegetarian ketat lebih berisiko kekurangan vitamin B12 karena tidak mengonsumsi produk hewani.
Selain vitamin, mineral seperti kalsium dan magnesium turut mempengaruhi kesehatan saraf. Ketidakseimbangan mineral ini bisa memicu kontraksi otot abnormal hingga kesemutan.
Oleh karena itu, asupan makanan bergizi dan seimbang menjadi bagian penting dari pencegahan dan pengobatan kesemutan yang tidak disebabkan oleh penyakit serius.
Obat dan Penanganan Medis yang Tersedia
Penanganan kesemutan sangat bergantung pada penyebabnya. Untuk kasus ringan yang disebabkan posisi tubuh atau kekurangan vitamin, cukup dengan memperbaiki postur dan asupan nutrisi.
Obat-obatan seperti vitamin neurotropik, antidepresan, atau antikonvulsan sering digunakan untuk mengurangi sensasi kesemutan jika terkait dengan gangguan saraf.
Dalam kasus carpal tunnel syndrome, terapi fisik, penggunaan bidai pergelangan tangan, atau operasi bisa menjadi solusi.
Jika disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes, pengendalian gula darah menjadi kunci utama penanganan gejala kesemutan.
Beberapa pasien juga merespons baik terhadap terapi akupunktur, pijat refleksi, atau fisioterapi, meskipun efektivitasnya perlu disesuaikan dengan kondisi individu.
Kesemutan pada Kondisi Khusus dan Pencegahannya
Wanita hamil sering mengalami kesemutan, terutama di trimester akhir. Ini disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pembuluh darah dan saraf, serta perubahan hormon.
Pada lansia, kesemutan lebih sering terjadi karena penurunan fungsi saraf seiring usia. Deteksi dini menjadi penting agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup.
Beberapa pekerjaan yang menuntut posisi duduk atau berdiri lama, seperti sopir atau operator mesin, juga meningkatkan risiko kesemutan kronis.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan termasuk olahraga ringan secara rutin, peregangan, serta menjaga pola makan yang sehat dan seimbang.
Penggunaan alas kaki yang ergonomis dan menghindari posisi duduk bersila terlalu lama dapat mengurangi risiko tekanan pada saraf perifer.
Kesemutan adalah gejala yang sering diabaikan, padahal bisa menjadi indikator awal dari gangguan kesehatan serius. Masyarakat perlu lebih waspada jika gejala ini terus-menerus muncul tanpa pemicu yang jelas. Pemeriksaan dini penting untuk memastikan apakah kesemutan berasal dari tekanan sesaat atau kerusakan saraf yang perlu penanganan medis.
Menghindari gaya hidup yang tidak sehat seperti konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan kurang olahraga juga berperan besar dalam mencegah kerusakan saraf. Asupan makanan bergizi dengan kandungan vitamin dan mineral yang cukup akan sangat membantu menjaga fungsi saraf tetap optimal.
Jika gejala kesemutan muncul berulang kali di tempat yang sama atau disertai gejala lain seperti lemah otot, pandangan buram, atau kesulitan bicara, segera konsultasikan ke dokter saraf. Terapi dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih berat.
Penting pula untuk memperhatikan kenyamanan posisi tubuh saat duduk, tidur, atau beraktivitas. Gerakan peregangan ringan setiap beberapa jam akan membantu memperlancar aliran darah dan mencegah tekanan pada saraf.
Dengan edukasi dan pemahaman yang tepat, masyarakat dapat lebih bijak menyikapi gejala kesemutan dan tidak menunggu hingga kondisinya menjadi parah sebelum mencari pertolongan.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di :
https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v