Jakarta, EKOIN.CO – Penyakit komplikasi merupakan kondisi ketika seseorang menderita dua atau lebih penyakit secara bersamaan, yang dapat saling memperparah dan memperumit proses penyembuhan. Fenomena ini seringkali menjadi tantangan besar dalam dunia medis karena penanganannya yang tidak sederhana dan membutuhkan koordinasi dari berbagai disiplin ilmu kedokteran.
Kondisi komplikasi bisa berasal dari penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau gagal ginjal, yang kemudian diperparah dengan infeksi atau penyakit tambahan seperti infeksi saluran pernapasan, stroke, bahkan kanker. Kombinasi ini menjadikan pasien memerlukan penanganan lebih intensif.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, kasus penyakit komplikasi meningkat dari tahun ke tahun, terutama pada kelompok usia lanjut. Hal ini disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh serta faktor gaya hidup yang kurang sehat.
Penyakit komplikasi juga menjadi penyebab utama meningkatnya angka kematian di rumah sakit. Banyak pasien yang datang terlambat mendapatkan penanganan karena mengabaikan gejala awal dari penyakit utamanya.
Dr. Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa penyakit komplikasi adalah akumulasi dari penyakit yang tak tertangani dengan baik. “Penyakit ini bisa menjadi sangat berbahaya karena saling memengaruhi organ tubuh lainnya,” ujarnya seperti dikutip dari laman FKUI.
Penanganan penyakit komplikasi tidak bisa dilakukan dengan pengobatan tunggal. Diperlukan penanganan menyeluruh yang melibatkan dokter spesialis dari berbagai bidang, seperti internis, kardiolog, endokrinolog, hingga nefrolog.
Di sisi lain, pasien dengan komplikasi kerap kali memerlukan perawatan di ruang intensif (ICU) dan pengawasan medis berkelanjutan. Hal ini meningkatkan beban biaya pengobatan serta tekanan emosional bagi pasien dan keluarganya.
Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi komplikasi penyakit adalah dengan mencegah sejak dini melalui deteksi awal dan pengelolaan penyakit secara rutin. Pemeriksaan kesehatan berkala sangat disarankan untuk mendeteksi potensi risiko komplikasi.
Pola makan sehat, olahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang dianjurkan. Hal ini penting untuk mencegah perkembangan penyakit yang bisa memicu komplikasi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, drg. Siti Nadia Tarmizi, menyebutkan bahwa pencegahan menjadi kunci utama. “Lebih baik mencegah daripada mengobati, apalagi jika sudah terjadi komplikasi. Biayanya tinggi dan proses penyembuhannya rumit,” jelasnya dalam konferensi pers, 20 Juni 2025 lalu.
Penyakit komplikasi juga memerlukan sistem pendampingan keluarga dan dukungan psikologis. Banyak pasien yang mengalami tekanan mental saat mengetahui kondisi penyakitnya yang kompleks.
Di sisi lain, fasilitas layanan kesehatan di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk menangani pasien komplikasi secara menyeluruh, terutama di daerah-daerah yang minim tenaga spesialis.
Pemerintah telah berupaya mengatasi hal ini melalui Program Indonesia Sehat dan layanan BPJS Kesehatan yang mencakup pengobatan untuk penyakit kronis dan komplikasi, meskipun pelaksanaannya di lapangan masih menemui tantangan.
Menurut beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia mulai menerapkan pendekatan multidisiplin dalam menangani penyakit komplikasi agar pasien mendapatkan perawatan terpadu.
Kementerian Kesehatan juga menggalakkan program edukasi masyarakat mengenai penyakit komplikasi melalui puskesmas dan media sosial. Edukasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini.
Komplikasi bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari infeksi sekunder, gangguan sistem saraf, kerusakan organ dalam, hingga kegagalan fungsi jantung. Tiap kasus memiliki kompleksitas yang berbeda-beda.
Penyakit diabetes, misalnya, jika tidak terkontrol dapat memicu komplikasi seperti gagal ginjal, neuropati, retinopati, dan infeksi kaki yang berujung amputasi.
Begitu pula pasien hipertensi yang tidak tertangani bisa mengalami stroke, serangan jantung, atau kerusakan ginjal. Semua ini bisa dicegah dengan pemantauan tekanan darah secara rutin.
Penyakit komplikasi memerlukan perhatian khusus dari semua pihak: pemerintah, tenaga medis, keluarga pasien, dan individu itu sendiri. Koordinasi antar pihak sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan.
Pasien yang telah mengalami komplikasi sebaiknya mengikuti program rehabilitasi medis untuk memulihkan fungsi tubuh serta menghindari kekambuhan.
Rehabilitasi juga mencakup terapi fisik, psikologis, dan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tujuannya agar pasien bisa kembali menjalani aktivitas secara mandiri.
Banyak kasus menunjukkan bahwa penanganan yang tepat bisa memperbaiki kondisi pasien meskipun penyakit komplikasi tergolong berat.
Namun, di sisi lain, keterlambatan dalam pengobatan bisa membuat komplikasi menjadi tak terkendali dan berujung pada kondisi terminal.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala ringan dari penyakit yang dirasakan. Pemeriksaan ke dokter adalah langkah awal yang bisa menyelamatkan nyawa.
Kunci utama dalam menghadapi penyakit komplikasi adalah manajemen jangka panjang. Pasien harus disiplin dalam menjalani pengobatan dan gaya hidup sehat.
Dalam dunia medis, istilah case management sering digunakan untuk mengatur penanganan pasien komplikasi secara sistematis, dengan koordinasi dari tim medis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi menjadi penyebab utama komplikasi di negara berkembang.
Indonesia termasuk negara dengan angka penderita diabetes tertinggi di Asia Tenggara, dan ini menjadi alarm penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi.
Masyarakat yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kronis sebaiknya lebih waspada karena memiliki potensi lebih besar untuk mengalami komplikasi.
Kebiasaan hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam turut menyumbang risiko komplikasi penyakit.
Peran keluarga sangat penting dalam mendampingi pasien agar tetap menjalani pengobatan dan tidak berhenti di tengah jalan karena rasa jenuh atau putus asa.
Menurut dr. Reisa Broto Asmoro, edukator kesehatan, masyarakat harus mulai sadar akan pentingnya medical check-up secara berkala. “Jangan tunggu sakit dulu baru ke rumah sakit,” ucapnya seperti dikutip dari siaran Kominfo.
Apabila seseorang sudah mengalami komplikasi, sangat penting untuk mengikuti arahan dokter dan tidak mengganti atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi.
Konsultasi rutin dan pengawasan kondisi pasien menjadi bagian penting dari sistem pengobatan modern yang mengutamakan keselamatan jangka panjang.
Tersedianya data rekam medis digital diharapkan bisa mempercepat koordinasi antar rumah sakit dalam menangani pasien dengan komplikasi penyakit.
Selain pengobatan, pendekatan spiritual dan emosional juga diperlukan untuk menjaga semangat hidup pasien yang menjalani pengobatan jangka panjang.
Pemerintah daerah didorong untuk menyediakan fasilitas pendukung seperti layanan homecare bagi pasien komplikasi yang tidak bisa datang langsung ke rumah sakit.
Dukungan komunitas juga menjadi faktor penting dalam menjaga kualitas hidup pasien. Banyak kelompok relawan kesehatan yang kini mendampingi pasien secara psikososial.
Dalam upaya menanggulangi penyakit komplikasi, sinergi antara masyarakat, tenaga medis, dan kebijakan pemerintah menjadi pilar utama kesuksesan.
Saran:
Diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit kronis agar tidak berkembang menjadi komplikasi yang berbahaya. Edukasi sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolah harus digalakkan secara masif. Pemeriksaan kesehatan berkala sebaiknya dilakukan secara rutin tanpa menunggu gejala muncul. Kementerian Kesehatan perlu memperluas program edukasi dan pemeriksaan gratis agar menjangkau masyarakat menengah ke bawah. Rumah sakit perlu terus berinovasi dalam pendekatan multidisiplin dan integrasi teknologi agar penanganan pasien komplikasi lebih efektif.
Kesimpulan:
Penyakit komplikasi adalah bentuk lanjutan dari penyakit utama yang tidak tertangani dengan baik. Pencegahan melalui deteksi dini dan gaya hidup sehat menjadi kunci utama untuk menghindarinya. Penanganan komplikasi memerlukan kerja sama berbagai pihak, termasuk dukungan keluarga dan lingkungan sekitar. Pemerintah perlu memastikan bahwa akses layanan kesehatan berkualitas bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tanpa upaya bersama, angka kematian akibat komplikasi bisa terus meningkat dan membebani sistem kesehatan nasional.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
