Jakarta, EKOIN.CO – Keluhan badan mudah lemas dan sering mengantuk semakin banyak dialami masyarakat, terutama di tengah pola hidup modern yang serba cepat. Gejala ini tidak hanya mengganggu produktivitas, tetapi juga bisa menjadi pertanda gangguan kesehatan serius. Sejumlah pakar kesehatan menegaskan pentingnya mengenali penyebab dan penanganannya secara tepat.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Ari Fahrial Syam, menjelaskan bahwa kondisi mudah lelah dan mengantuk bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari kurang tidur, kurang darah (anemia), kurang gizi, dehidrasi, hingga penyakit kronis seperti diabetes atau gangguan tiroid.
“Bila tubuh mudah lelah dan sering mengantuk padahal tidur cukup, maka harus dicari penyebab medisnya. Bisa jadi karena anemia, gangguan hormon, atau bahkan gangguan fungsi organ,”
Ia menambahkan bahwa anemia masih menjadi salah satu penyebab utama keluhan ini di Indonesia. Kekurangan zat besi dan vitamin B12 sering kali tidak disadari oleh masyarakat hingga gejalanya mengganggu aktivitas sehari-hari.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan bahwa sekitar 22,7% masyarakat Indonesia mengalami anemia, dan kelompok paling rentan adalah perempuan usia produktif dan remaja.
Selain anemia, kekurangan tidur kronis atau kualitas tidur yang buruk juga menjadi penyebab utama. Menurut dr. Rizky Amalia, dokter umum dari RSUD Tarakan Jakarta, tidur yang tidak nyenyak bisa menurunkan performa otak dan tubuh secara keseluruhan.
“Jika seseorang tidur larut malam terus-menerus dan bangun tidak segar, tubuh akan merespons dengan rasa lemas, bahkan bisa mengantuk sepanjang hari,” katanya kepada Detik.com.
Tak hanya itu, konsumsi gula dan karbohidrat sederhana secara berlebihan juga memicu rasa kantuk karena lonjakan dan penurunan kadar gula darah yang drastis. Makanan cepat saji serta minuman manis turut memperburuk kondisi.
Pola makan tinggi lemak dan rendah serat bisa memperlambat metabolisme tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan energi secara alami dan menimbulkan rasa lelah berkepanjangan.
Sementara itu, stres dan tekanan mental juga menjadi pemicu utama tubuh cepat lemas. Kelelahan emosional akan berdampak langsung pada kondisi fisik seseorang.
“Stres yang terus-menerus mengaktifkan hormon kortisol dan adrenalin secara berlebihan, membuat tubuh mudah lelah,” tambah dr. Rizky.
Kondisi lemas dan kantuk juga bisa menjadi gejala dari sleep apnea, yakni gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan terhenti beberapa kali saat tidur. Sleep apnea umumnya tidak disadari oleh penderitanya.
Menurut peneliti dari Universitas Indonesia, sleep apnea sering dialami oleh orang dengan obesitas atau kebiasaan tidur telentang. Gejalanya termasuk mendengkur keras dan mengantuk di siang hari.
Dehidrasi adalah penyebab lain yang kerap diabaikan. Kekurangan cairan membuat tubuh kehilangan elektrolit penting sehingga sistem tubuh tidak berjalan optimal.
“Minum air putih minimal dua liter per hari sangat dianjurkan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh,” ujar dr. Maya Fitriani dari Puskesmas Menteng.
Kebiasaan kurang olahraga juga memperburuk rasa kantuk. Aktivitas fisik yang rutin justru meningkatkan energi dan memperlancar peredaran darah.
Bagi pekerja kantoran yang terlalu lama duduk, disarankan untuk melakukan peregangan atau berjalan setiap satu jam sekali untuk menjaga metabolisme tubuh tetap aktif.
Penyakit kronis seperti hipotiroidisme, gagal jantung, hingga gangguan ginjal juga kerap menunjukkan gejala awal berupa kelelahan ekstrem dan rasa kantuk yang tidak biasa.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, gula darah, fungsi hati, dan tiroid sangat disarankan bagi yang mengalami gejala ini secara terus-menerus.
Di sisi lain, penggunaan obat-obatan tertentu seperti antihistamin, antidepresan, atau penenang juga memiliki efek samping berupa rasa mengantuk dan lelah.
Pemeriksaan kesehatan rutin menjadi langkah penting agar penyebab utama bisa segera diidentifikasi. Diagnosis dini memungkinkan penanganan yang lebih efektif.
Gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang, tidur cukup, olahraga rutin, serta manajemen stres dapat membantu mengurangi gejala badan lemas dan kantuk berlebihan.
Menghindari konsumsi alkohol dan merokok juga terbukti membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi rasa lelah di siang hari.
Penting untuk mengenali tanda-tanda kelelahan kronis agar tidak disalahartikan sebagai hanya keletihan biasa. Terutama jika keluhan berlangsung lebih dari dua minggu.
Masyarakat diimbau untuk tidak menyepelekan gejala ini karena bisa menjadi petunjuk adanya masalah kesehatan yang serius di dalam tubuh.
Kampanye kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2024 juga menyoroti pentingnya deteksi dini gejala kelelahan yang tidak normal sebagai bagian dari skrining kesehatan nasional.
Sebagian masyarakat yang mengalami gejala ini mengaku sulit berkonsentrasi, mengantuk saat berkendara, dan menurunnya produktivitas kerja.
Rina (28), pegawai swasta di Jakarta, mengatakan ia merasa lemas hampir setiap hari meskipun tidur cukup. Setelah diperiksa, ternyata ia mengalami anemia defisiensi besi.
“Awalnya saya pikir hanya karena capek kerja. Tapi ternyata kadar Hb saya rendah sekali,” ungkapnya saat diwawancarai oleh Kompas.com.
Fenomena ini juga banyak dibahas di media sosial, dengan tagar #lemasdanngantuk menjadi perbincangan warganet karena dirasakan banyak orang.
Beberapa praktisi kesehatan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut jika gejala tidak membaik setelah perubahan gaya hidup selama satu hingga dua minggu.
Untuk sementara, menjaga asupan nutrisi bergizi, memperbanyak konsumsi buah, sayuran hijau, serta air putih bisa menjadi langkah awal penanganan gejala ringan.
Berbagai komunitas kesehatan kini mulai gencar mengedukasi pentingnya mengenali gejala tubuh sebagai sinyal alami adanya gangguan kesehatan.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga secara kolektif dapat menurunkan produktivitas kerja nasional jika tidak ditangani secara serius.
Para ahli menekankan pentingnya tidur yang berkualitas minimal 7-8 jam per malam, bukan hanya durasinya, tetapi juga kualitas istirahat yang tercapai.
Pendidikan tentang kesehatan tidur, manajemen waktu, dan kebiasaan makan sehat kini menjadi materi penting dalam berbagai seminar kesehatan di berbagai kota.
Untuk anak-anak dan remaja, orang tua perlu memperhatikan pola tidur dan pola makan mereka agar tidak mengalami kelelahan berkepanjangan.
Pusat Kesehatan Masyarakat juga diminta lebih aktif melakukan skrining gejala kelelahan dan menyediakan edukasi seputar pemulihan energi tubuh secara alami.
Melibatkan peran keluarga, tempat kerja, dan sekolah sangat diperlukan agar masyarakat bisa menjalani hidup sehat secara menyeluruh.
Kesimpulannya, rasa lelah dan kantuk yang sering dirasakan bukan sekadar kurang tidur, tetapi bisa menjadi tanda penting adanya gangguan kesehatan yang perlu ditangani.
Masyarakat sebaiknya tidak mengabaikan sinyal dari tubuh. Apabila gejala berlangsung terus-menerus meskipun sudah memperbaiki pola hidup, sebaiknya segera konsultasi ke fasilitas kesehatan.
Saran dari para ahli adalah mulai dengan pola tidur teratur, konsumsi makanan sehat, serta aktivitas fisik ringan yang konsisten setiap hari.
Mengelola stres juga sangat berpengaruh dalam mencegah kelelahan kronis. Meditasi, relaksasi, atau berbicara dengan orang terpercaya bisa membantu.
Dengan kesadaran yang meningkat dan akses informasi yang baik, masyarakat diharapkan lebih peka terhadap kondisi tubuhnya agar bisa hidup lebih produktif dan sehat. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v