Jakarta, EKOIN.CO – Meanjin/Brisbane akan diubah menjadi galeri terbuka yang dipenuhi patung tiup dan instalasi penuh warna pada bulan September mendatang, dalam sebuah pengambilalihan kota besar sebagai bagian dari Brisbane Festival. Seniman dan desainer Australia yang diakui secara internasional, Craig Redman dan Karl Maier – dikenal sebagai Craig & Karl – akan menciptakan instalasi tiup penuh warna di tiga jembatan pejalan kaki utama kota Queensland tersebut.
Mereka juga akan menghadirkan jalur seni publik yang terdiri atas patung, instalasi tiup, proyeksi, dan animasi yang tersebar di seluruh penjuru kota. “Benar-benar akan terasa seperti kota ini sepenuhnya hidup oleh ledakan warna-warna luar biasa,” ujar Direktur Brisbane Festival, Louise Bezzina.
Redman dan Maier, yang bertemu ketika menempuh pendidikan desain grafis di Brisbane, kini bekerja dari London dan New York. Mereka sebelumnya telah menciptakan instalasi seni publik yang menyenangkan di kota-kota seperti London, Hong Kong, Seoul, dan Taiwan. Namun, proyek di Brisbane ini merupakan yang paling ambisius sepanjang karier mereka.
Museum Seni Universitas Griffith, tempat mereka menimba ilmu, juga akan menggelar pameran karya-karya mereka, mulai dari proyek seni hingga sampul majalah dan kolaborasi komersial bersama merek-merek ternama seperti Chanel, Adidas, dan Apple. Bezzina menyebutnya sebagai “sebuah momen pulang kampung yang indah”.
Ia mengatakan bahwa fokus festival tahun ini adalah pada “pertunjukan publik berskala besar, keterlibatan dan kegembiraan” dan sangat terkait dengan “menuju Brisbane 2032, Olimpiade dan Paralimpiade, serta perjalanan yang kita tempuh dari sekarang hingga saat itu tiba”.
Pertunjukan Utama dan Cerita Warisan Leluhur
Puncak dari festival tahun ini adalah pertunjukan luar ruang berskala besar Baleen Moondjan karya Stephen Page yang pertama kali dipentaskan pada Adelaide Festival 2024 dan akan “pulang ke rumah” di Queensland, tempat asal sutradara sekaligus koreografer Page dan perancang panggungnya, Jacob Nash.
Pertunjukan ini terinspirasi dari cerita nenek Page, yang merupakan anggota masyarakat Ngugi/Nunukul/Moondjan dari Minjerribah (Pulau Stradbroke), dan merayakan hubungan antara paus baleen dengan sistem totemik masyarakat adat.
Di Brisbane, pertunjukan akan berlangsung di atas tongkang di Maiwar/Sungai Brisbane, dengan penonton duduk di teater luar ruang yang dibangun khusus di Queens Wharf. Dengan lokasi strategis dan set panggung rancangan Nash yang menampilkan tulang paus raksasa, pertunjukan ini akan terlihat jelas dari Jembatan Neville Bonner.
“Merayakan kisah masyarakat adat lokal sangat penting bagi komunitas kita dan juga ketika kita memperkenalkan siapa diri kita kepada dunia. Baleen melakukan hal itu dengan luar biasa,” ujar Bezzina.
Drama Kemanusiaan dan Pertunjukan Drone
Pertunjukan drone Skylore, yang dirancang oleh seniman masyarakat adat dan pertama kali dipentaskan pada 2023, akan kembali hadir. Acara pembukaan yang digemari publik, Riverfire, juga dijadwalkan berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya.
Cerita dari Queensland yang juga menjadi bagian program tahun ini adalah Back to Bilo, sebuah drama panggung hasil kolaborasi dengan Queensland Theatre. Kisah ini mengangkat perjuangan keluarga Nadesalingam, pengungsi Tamil asal Sri Lanka, yang pada 2018 dipaksa keluar dari komunitas Biloela tempat mereka tinggal selama empat tahun, dan kemudian ditahan oleh otoritas imigrasi.
Naskah Back to Bilo disusun dari ratusan jam wawancara guna menampilkan kisah para tokohnya melalui kata-kata mereka sendiri. Pertunjukan ini juga menyoroti perjuangan para perempuan lokal yang tanpa henti berusaha mengembalikan Priya, Nades, serta kedua putri mereka Kopika dan Tharnicaa ke rumah mereka di Biloela.
“Ini adalah perayaan luar biasa tentang kekuatan komunitas,” ujar Bezzina. “Saya sangat senang kami bisa menampilkan penayangan perdana dunia untuk kisah yang sangat penting ini.”
Kuliner Keluarga dan Teater Klasik yang Diperbarui
Pertunjukan lain yang tak kalah menarik adalah A Place in the Sultan’s Kitchen, yang terinspirasi dari kisah keluarga pemilik restoran legendaris di Brisbane. Dalam pementasan ini, penyanyi sekaligus penulis lagu Josh Hinton akan memasak kari ayam peninggalan neneknya sambil menceritakan kisah tentang keluarga, budaya, komunitas, dan makanan.
Sementara itu, Teater Twelfth Night di Bowen Hills yang sempat terbengkalai, akan disulap menjadi tempat kabaret Gatsby at the Green Light. Pertunjukan ini terinspirasi dari novel era jazz karya F. Scott Fitzgerald, The Great Gatsby.
“[Teater Twelfth Night] dulunya dikenal sebagai tempat yang dicintai untuk menyaksikan pertunjukan teater di Brisbane,” kata Bezzina. “Tempat itu penuh pesona klasik, dan ketika saya memasukinya, saya melihat potensi besar – bukan hanya untuk sebuah pertunjukan, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Saya antusias memperkenalkan tempat ini kepada penonton Brisbane dengan cara baru, dan saya yakin kota ini akan menyambutnya kembali dengan tangan terbuka.”
Akhir Perjalanan Sang Direktur dan Sorotan Global
Program internasional Brisbane Festival 2025 mencakup penayangan perdana Australia untuk Gems oleh LA Dance Project, dikoreografi oleh Benjamin Millepied – mantan penari utama New York City Ballet dan koreografer film pemenang Oscar Black Swan.
Tak kalah penting, akan dipentaskan pula Bad Nature, hasil kolaborasi antara Australasian Dance Collective dari Brisbane dan kelompok tari asal Belanda, Club Guy & Roni. Karya ini akan membawa tema sosial yang kuat melalui ekspresi tari kontemporer.
Festival kali ini menjadi program keenam sekaligus terakhir Louise Bezzina sebelum ia menjalani peran barunya sebagai CEO dan Direktur Artistik Brisbane Powerhouse. “Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup [bagi Brisbane], dan saya ingin langsung turun tangan untuk menunjukkan kapasitas dan ambisi para seniman kita, dan benar-benar menjadikan kota ini sebagai panggung untuk menampilkan seni dan budaya ke garis terdepan,” tutupnya.
Festival Brisbane 2025 memperlihatkan bagaimana seni dan budaya dapat mengubah ruang kota menjadi panggung kehidupan yang menggugah, menyatukan komunitas dengan kisah, warna, dan ekspresi kreatif. Kota menjadi hidup bukan hanya oleh kehadiran seniman besar, tetapi juga melalui kisah lokal yang menyentuh dan autentik.
Keterlibatan masyarakat dalam festival ini memperkuat nilai kebersamaan dan inklusivitas. Pengalaman menyaksikan karya seni di ruang terbuka membentuk interaksi sosial yang hangat dan memperluas akses terhadap budaya secara menyeluruh. Inilah bentuk nyata dari demokratisasi seni.
Pemerintah daerah dan penyelenggara festival dapat menjadikan momentum ini sebagai rujukan masa depan. Dengan pendekatan yang progresif dan berakar pada cerita lokal, Brisbane telah menempatkan diri sebagai kota budaya yang visioner, tanpa meninggalkan akar kemanusiaannya.(*)