Jakarta, EKOIN – CO– Sutradara Arwin Tri Wardhana menghadirkan film terbarunya berjudul “Believe”, sebuah film drama-aksi berlatar militer yang terinspirasi dari kisah nyata perjalanan hidup Panglima TNI Agus Subiyanto. Film ini menjadi salah satu produksi layar lebar yang berani menyoroti sisi kemanusiaan dan pengorbanan para prajurit Indonesia di tengah konflik dan perang.
“Film ini banyak terinspirasi dari cuplikan buku tentang Pak Agus. Dari situ kita lihat ada kisah yang sangat menarik dan layak difilmkan,” ujar Arwin.
Berangkat dari Buku, Bertemu Langsung dengan Sosok Asli
Arwin menjelaskan, proses pembuatan film ini dimulai dari riset mendalam terhadap buku biografi Agus Subiyanto yang mencatat fase-fase penting hidup sang Panglima dari tahun 1975 hingga 1999. Setelah mendapat persetujuan dari beliau, tim produksi melakukan berbagai pendekatan historis dan personal, termasuk wawancara langsung dengan narasumber dekat Panglima.
“Kita sempat bertemu langsung dengan beliau di awal. Selain itu, kami juga ngobrol dengan teman masa kecil, rekan seangkatan, hingga ajudan pribadi untuk menggali karakter dan peristiwa secara autentik,” tuturnya.
Latihan Militer dan Lokasi Nyata
Proses produksi film “Believe” menuntut para aktor menjalani pelatihan militer khusus. Tidak hanya reading naskah, para pemain ikut serta dalam latihan tempur di lokasi-lokasi asli yang digunakan TNI, termasuk di Batujajar dan kawasan Cagar Alam Pangandaran.
“Kita ingin menampilkan gerak, yel-yel, dan formasi prajurit dengan benar. Makanya, aktor-aktor juga latihan langsung dengan personel TNI,” kata Arwin. “Beberapa tentara aktif juga ikut main di film ini sebagai figuran agar suasana makin realistis.”
Film ini juga melibatkan kerjasama lintas matra, tidak hanya Angkatan Darat, tetapi juga mendapat masukan dari pihak Angkatan Laut dan Udara. Sejumlah materi militer dari tahun 1970-an hingga 1990-an bahkan harus direkonstruksi dalam bentuk replika agar bisa divisualisasikan secara otentik di layar lebar.
Lebih dari Sekadar Film Perang
“Believe” tidak hanya menampilkan adegan laga dan operasi militer. Film ini menyentuh sisi emosional dan sosial dari kehidupan seorang tentara, termasuk konflik batin, hubungan ayah dan anak, serta cinta dalam bayang-bayang medan perang.
“Ini film tentang cinta dan perjuangan. Tentang kerugian dua pihak yang berperang. Tidak ada yang benar-benar menang. Yang ada adalah luka dan kehilangan,” ungkap Arwin.
Film ini juga menjadi refleksi terhadap sejarah konflik di Timor-Timur. Namun, Arwin menegaskan bahwa film ini tidak berpihak pada salah satu sisi, melainkan mencoba menampilkan kenyataan secara utuh.
“Sekarang hubungan bilateral Indonesia dan Timor Leste sudah baik. Jadi film ini tidak menuding siapa yang salah atau benar. Tapi lebih ke membuka mata, bahwa perang itu selalu membawa duka dari dua sisi,” jelasnya.
Pesan untuk Masyarakat
Lewat “Believe”, Arwin Tri Wardhana berharap masyarakat dapat lebih menghargai jasa dan pengorbanan para prajurit Indonesia.
“Setelah melihat langsung proses dan perjuangan mereka, gue makin sadar bahwa jadi tentara itu bukan main-main. Ini film terakhir gue tentang dunia militer, dan gue persembahkan untuk seluruh prajurit Indonesia,” pungkasnya.
Film “Believe” dijadwalkan tayang akhir tahun ini dan menjadi salah satu film nasional yang paling dinanti, terutama bagi penonton yang menggemari kisah heroik dengan dasar sejarah nyata.