Jakarta, EKOIN.CO – Konsumsi minuman bersoda dalam jangka panjang dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan tubuh. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kandungan gula, kafein, serta zat aditif dalam minuman bersoda dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, mulai dari obesitas hingga penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan gangguan jantung.
Konsumsi Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Penyakit
Minuman bersoda mengandung kadar gula yang sangat tinggi. Dalam satu kaleng minuman bersoda ukuran 330 ml, rata-rata mengandung sekitar 35 gram gula, atau setara dengan sembilan sendok teh gula. Jika dikonsumsi secara rutin, tubuh akan kelebihan asupan kalori yang dapat memicu obesitas.
Dr. Rina Anggraeni, ahli gizi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, menyebutkan bahwa minuman bersoda tidak memiliki nilai gizi yang bermanfaat. “Kalorinya tinggi tapi tidak ada zat gizi yang berguna untuk tubuh. Ini yang disebut sebagai kalori kosong,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).
Selain gula, kandungan asam fosfat dan karbonasi dalam soda juga berbahaya bagi kesehatan tulang. Asam fosfat diketahui dapat mengganggu penyerapan kalsium dalam tubuh, yang kemudian melemahkan kepadatan tulang. Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis, terutama pada wanita dan orang lanjut usia.
Menurut laporan dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, konsumsi minuman bergula seperti soda meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 26 persen. Risiko ini menjadi lebih besar ketika konsumsi soda melebihi satu kaleng per hari.
Efek Langsung dan Jangka Panjang
Konsumsi soda dalam jangka pendek dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan insulin secara tiba-tiba. Ini dapat menyebabkan rasa lelah, mudah lapar kembali, dan fluktuasi energi yang tidak stabil dalam tubuh.
Jangka panjangnya, tubuh mulai mengalami resistensi insulin. Ketika insulin tidak lagi bekerja efektif, gula darah meningkat secara kronis dan ini adalah cikal bakal diabetes tipe 2. Kondisi ini sangat umum terjadi pada masyarakat dengan pola makan tinggi gula.
“Pola konsumsi soda sejak usia muda bisa menimbulkan dampak metabolik yang cukup serius ketika menginjak usia 30-an,” kata dr. Rina. Ia menekankan pentingnya edukasi sejak dini mengenai bahaya konsumsi minuman berpemanis buatan.
Dalam beberapa kasus, konsumsi soda juga berkaitan dengan gangguan hati. Penyakit perlemakan hati non-alkohol (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD) ditemukan lebih sering pada individu yang mengonsumsi minuman tinggi fruktosa secara rutin.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hepatology menyatakan bahwa kandungan fruktosa dalam sirup jagung berkadar fruktosa tinggi (HFCS) yang digunakan dalam soda sangat berperan dalam pembentukan lemak hati.
Dampak pada Kesehatan Jantung dan Gigi
Minuman bersoda juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Studi yang dipublikasikan oleh American Heart Association menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi minuman manis setiap hari memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan stroke.
Kandungan kafein dalam soda, meskipun tidak sebesar kopi, tetap dapat memicu gangguan irama jantung dan meningkatkan tekanan darah jika dikonsumsi berlebihan.
Selain jantung, gigi pun menjadi sasaran kerusakan akibat konsumsi soda. Sifat asam dari minuman ini mengikis enamel gigi dan memicu kerusakan permanen. Gula juga memberi makan bakteri di mulut, yang kemudian menghasilkan asam dan mempercepat kerusakan gigi.
Dr. Retno Indrayani, dokter gigi dari RS Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UI, mengatakan, “Banyak pasien usia muda mengalami kerusakan gigi parah karena terlalu sering mengonsumsi minuman manis dan bersoda.”
Ia menambahkan bahwa pengikisan email gigi oleh asam karbonat pada soda tidak bisa dikembalikan seperti semula. Perawatan hanya bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, bukan mengembalikan struktur gigi yang telah hilang.
Mempengaruhi Sistem Pencernaan dan Ginjal
Minuman bersoda juga berdampak buruk pada sistem pencernaan. Karbonasi dalam soda dapat menyebabkan perut kembung, gangguan pencernaan, dan refluks asam lambung. Hal ini menjadi lebih buruk jika dikonsumsi dalam keadaan perut kosong.
Zat pewarna buatan dan pengawet dalam soda juga menambah beban kerja pada organ hati dan ginjal. Kedua organ ini bertugas menyaring zat-zat asing dari tubuh, namun konsumsi bahan kimia secara terus-menerus dapat mengganggu fungsinya.
“Banyak pasien dengan gangguan fungsi ginjal ternyata memiliki riwayat konsumsi tinggi minuman kemasan dan bersoda,” jelas dr. M. Rizal dari RSUD Koja, Jakarta Utara. Ia menyarankan untuk menghindari konsumsi minuman berpemanis sebagai langkah preventif kesehatan ginjal.
Dampak negatif lain dari konsumsi soda adalah berkurangnya sensitivitas terhadap rasa manis alami. Karena terbiasa dengan rasa manis yang kuat dari soda, banyak orang menjadi kurang tertarik pada buah-buahan dan makanan sehat lainnya.
Hal ini memperparah kondisi gizi masyarakat yang secara umum mulai menjauhi makanan alami dan lebih menyukai makanan dan minuman olahan.
Alternatif Sehat dan Edukasi Publik
Untuk mengurangi dampak buruk dari minuman bersoda, para ahli menyarankan konsumsi air putih yang cukup, serta memperbanyak asupan buah-buahan segar sebagai sumber rasa manis alami.
Alternatif lain seperti infused water atau jus segar tanpa tambahan gula bisa menjadi pilihan bagi mereka yang sulit melepaskan kebiasaan minuman manis. Minuman herbal seperti teh tawar juga dapat menjadi pilihan yang menyehatkan.
Kementerian Kesehatan RI melalui program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) terus mengimbau masyarakat untuk membatasi konsumsi gula maksimal 50 gram per hari atau setara empat sendok makan.
“Minuman manis termasuk soda sebaiknya tidak dikonsumsi setiap hari. Cukup sebagai minuman sesekali, bukan bagian dari rutinitas,” ujar dr. Nadia Tarmizi, Juru Bicara Kemenkes RI dalam keterangan tertulis.
Edukasi tentang bahaya konsumsi minuman bersoda harus mulai diberikan sejak dini, baik melalui sekolah, media massa, maupun komunitas kesehatan. Hal ini penting untuk membentuk kebiasaan sehat sejak anak-anak.
Saran:
Mengurangi konsumsi minuman bersoda merupakan langkah awal yang signifikan untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Menggantinya dengan air putih, teh tanpa gula, atau jus buah alami dapat memberikan efek positif jangka panjang.
Penting untuk membaca label komposisi sebelum membeli produk minuman kemasan. Pilih yang tidak mengandung gula tambahan atau zat pewarna buatan untuk meminimalkan risiko kesehatan.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman alami bisa dibentuk dengan edukasi keluarga sejak anak-anak. Orang tua perlu menjadi teladan dalam menerapkan pola makan sehat di rumah.
Mengajak masyarakat untuk lebih aktif secara fisik dan menghindari minuman tinggi gula merupakan bagian penting dari upaya pencegahan penyakit tidak menular yang kian meningkat setiap tahunnya.
Kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa digantikan, oleh karena itu bijak dalam memilih apa yang dikonsumsi setiap hari akan sangat menentukan kualitas hidup seseorang di masa mendatang. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v