Jakarta, EKOIN.CO – Pemerhati ekonomi global kembali merilis pemeringkatan terbaru negara dengan biaya hidup paling murah di dunia pada tahun 2025. Laporan dari Beautynesia.id menyebutkan Nigeria menduduki peringkat pertama dengan skor indeks 17,4 dan biaya hidup rata-rata senilai US$355 per bulan (sekitar Rp5,7 juta), belum termasuk sewa hunian .
Berikutnya dalam daftar adalah Pakistan menempati posisi kedua dengan skor indeks 11,1 dan pengeluaran sekitar US$357 per bulan atau Rp5,8 juta Faktor rendahnya upah tenaga kerja serta efisiensi harga pangan turut menguatkan posisinya
Di peringkat ketiga terdapat Malawi dengan skor 17,9 dan biaya sekitar US$361 atau Rp5,85 juta per bulan. Sektor pertanian dominan memungkinkan harga bahan pokok tetap rendah
Nepal mengisi posisi keempat dengan skor indeks biaya hidup sekitar US$392 atau Rp6,3 juta per bulan kesehatan dinilai masih menjadi tantangan.
Libya menempati peringkat kelima, mencatat rata‑rata biaya US$422 atau Rp6,8 juta. Meskipun biaya akomodasi rendah, situasi politik yang tidak stabil patut diperhatikan
Selanjutnya Bangladesh menempati posisi keenam dengan skor 14,4 dan biaya hidup US$423 atau Rp6,85 juta per bulan
Di posisi ketujuh, India mencatat skor indeks 14,6 dan biaya sekitar US$441 atau Rp7,1 juta per bulan. Tingginya populasi turut memengaruhi murahnya harga kebutuhan pokok
Tunisia berada di posisi kedelapan dengan pengeluaran US$452 atau Rp7,3 juta per bulan. Meningkatnya kemiskinan dan pengangguran menjadi catatan .
Bhutan menempati urutan kesembilan dengan biaya US$455 atau setara Rp7,5 juta. Pemerintah negara tersebut fokus pada kebahagiaan warganya, meski tantangan ekonomi masih ada
Aljazair melengkapi daftar top‑10 dengan biaya hidup US$472 atau Rp7,6 juta per bulan
Sebagai perbandingan regional, Numbeo melaporkan Indonesia berada di peringkat ke‑16 dengan indeks 24,6 dan estimasi biaya hidup sekitar Rp7,2 juta per bulan, tidak termasuk sewa hunian
Sementara ImmigrantInvest menyebut beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki biaya hidup rata‑rata US$523–628 per bulan Ini menjadikan kawasan ini menarik bagi digital nomad dan ekspatriat.
Data dari Drift Travel Magazine menambahkan bahwa Vietnam, Georgia, Meksiko, Kolombia, Bulgaria, Indonesia (khususnya Bali), India, Albania, Turki, dan Nikaragua termasuk dalam daftar negara murah dengan kisaran biaya US$650–1.200 per bulan Indonesia disebut bisa dikelola dengan US$700–1.000 terutama di Bali dan Yogyakarta .
Lebih jauh, Wealthtender menyoroti beberapa negara Eropa yang sangat terjangkau seperti Bulgaria, Rumania, Albania, Polandia, dan Portugal, dengan biaya bulanan antara US$600–1.050
Berita dari news.com.au melalui Wise menyoroti tren wisata hemat di Asia Tenggara. Vietnam, Indonesia (Bali), Thailand, Sri Lanka, Turkiye, dan Kolombia digadang‑gadangkan sebagai destinasi bernilai tinggi akibat nilai tukar mata uang yang menguntungkan
Tren ini pun diperkuat kisah nyata seperti pasangan asal Inggris yang meninggalkan kehidupan di UK demi Bali. Mereka menikmati biaya sewa rendah £225 per bulan dan makan lokal seharga £2, menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan biaya hidup di negara asal
Secara ekonomis, negara‑negara murah di atas menawarkan peluang menarik bagi para pensiunan, digital nomad, atau wisatawan berbudget terbatas. Dengan biaya hidup rendah, dapat dialihkan untuk investasi, edukasi, atau wisata lebih lama. Selain itu, suasana lokal yang lebih santai dan ramah bisa mendukung kualitas hidup.
Tantangan & Pertimbangan Penting
Meski biaya rendah memberi nilai lebih, beberapa negara juga menyimpan tantangan. Infrastruktur kesehatan, stabilitas politik, dan kualitas layanan publik perlu diperhatikan. Misalnya, kondisi layanan kesehatan di Nepal dan Libya perlu dikaji lebih dalam sebelum menetap jangka panjang.
Memilih negara dengan biaya hidup murah sebaiknya disesuaikan dengan tujuan, apakah untuk liburan panjang, bekerja jarak jauh, atau menetap. Teliti juga soal visa, layanan kesehatan, dan keamanan lokal serta bandingkan dengan kondisi di Indonesia yang sudah relatif terjangkau. Mengunjungi langsung atau mengikuti komunitas ekspatriat bisa memberi gambaran lebih nyata. Jika berminat menetap atau investasi jangka panjang, evaluasi pilihan antara negara berkembang dan negara dengan stabilitas tinggi tapi biaya sedikit lebih besar. Intinya, murah belum tentu tepat tanpa persiapan matang. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v