Jakarta EKOIN.CO – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, memberikan apresiasi tinggi terhadap film Believe: Takdir, Mimpi, Keberanian yang berhasil meraih penghargaan Best Director dalam ajang Montreal International Film Festival 2025 di Kanada. Penghargaan tersebut diterima oleh sutradara Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, menandai langkah besar bagi perfilman Indonesia di kancah internasional.
Penegasan tersebut disampaikan Fadli Zon saat menghadiri penayangan khusus film Believe di XXI Theater, Plaza Indonesia, Jakarta, pada Selasa, 8 Juli 2025. Dalam keterangannya, ia menyebut keberhasilan ini sebagai bentuk pencapaian luar biasa yang semakin memperkuat eksistensi film Indonesia di panggung dunia.
Penghargaan Internasional dan Harapan untuk Generasi Muda
Menurut Fadli, film biopik seperti Believe sangat penting karena mampu menginspirasi lintas generasi melalui nilai-nilai perjuangan dan keteladanan. Ia berharap semakin banyak karya yang mengangkat cerita kehidupan nyata dan memberikan pelajaran berharga bagi penontonnya.
“Kita berharap dari film-film biopik seperti ini bisa menginspirasi karena banyak sekali cerita di Indonesia, seperti cerita-cerita dari berbagai profesi, termasuk di dalam profesi militer, membawa pesan-pesan jejak-jejak keberanian, keyakinan, kepercayaan, dan juga kedisiplinan,” ujarnya.
Fadli juga menambahkan bahwa film ini dapat menjadi pengingat bagi generasi muda agar terus yakin dan percaya terhadap mimpi serta cita-cita yang ingin diraih.
“Mudah-mudahan film ini dapat menginspirasi generasi muda, generasi yang akan datang, untuk selalu percaya, selalu yakin dalam meraih cita-citanya,” pungkasnya dalam pernyataan tertulis.
Perjalanan Agus Subiyanto dalam Balutan Narasi Sinematik
Film Believe mengangkat kisah nyata perjalanan hidup Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto saat menjalankan tugas militer dalam Operasi Seroja di Timor Leste pada 1975 dan 1999. Cerita dalam film ini ditulis berdasarkan buku biografi berjudul Believe: Faith, Dream, and Courage.
Tokoh Agus diperankan oleh Ajil Ditto, yang menyampaikan kisah masa kecilnya sebagai anak dari prajurit militer. Ayahnya, seorang Sersan Kepala bernama Dedi, diperankan oleh Wafda Saifan, lebih banyak menghabiskan waktu bertugas di medan perang, meninggalkan rasa rindu mendalam bagi anak-anaknya.
Film ini menggambarkan dinamika keluarga militer yang penuh tekanan emosional. Agus harus menjaga keutuhan rumah tangganya bersama sang istri Evi, yang diperankan oleh Adinda Thomas. Perjuangan menjaga keluarga di tengah tugas kenegaraan menjadi salah satu sorotan penting dalam film ini.
Cerita yang dibangun membawa emosi penonton pada kehidupan nyata seorang prajurit, lengkap dengan air mata, pengorbanan, kebahagiaan, dan nilai-nilai moral yang kuat. Film ini menghadirkan sisi humanis dari seorang pemimpin militer.
Dukungan dari aktor dan aktris kenamaan tanah air seperti Maudy Koesnaedi, Marthino Lio, dan Moh. Iqbal Sulaiman turut memperkuat kualitas akting dan narasi film. Penampilan mereka dianggap mampu memberikan warna tersendiri terhadap cerita yang disampaikan.
Film ini dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 24 Juli 2025. Momentum ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan keberhasilan film Indonesia di dunia internasional.
Dalam penayangan khusus film tersebut, turut hadir Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, yang kisah hidupnya diangkat menjadi film. Juga tampak Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Direktur Film, Musik dan Seni Kementerian Kebudayaan Syaifullah Agam, dan Staf Khusus Menteri Bidang Protokol dan Rumah Tangga Rachmanda Primayuda.
Seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima media, film ini diproduksi oleh Bahagia Tanpa Drama dan Celerina Judisari Production. Produksi film ini memakan waktu riset dan penulisan naskah yang cukup panjang agar tetap autentik dan akurat terhadap fakta sejarah.
Sutradara Rahabi Mandra menyampaikan bahwa tantangan utama dalam film ini adalah menggabungkan sisi militeristik dengan kedalaman emosional tokoh utama. Oleh karena itu, penulisan naskah dan pengarahan aktor dilakukan secara detail agar tidak melenceng dari kisah nyata.
Sementara itu, Arwin Tri Wardhana menegaskan bahwa film ini tidak hanya ingin menonjolkan sisi aksi dan ketegangan militer, tetapi lebih dari itu, ingin menyampaikan pesan tentang kekuatan keluarga, keteguhan hati, dan pengorbanan.
Ajil Ditto sebagai pemeran utama juga menyampaikan rasa bangganya bisa terlibat dalam film yang membawa pesan kuat tentang perjuangan dan keyakinan. Ia mengaku banyak belajar dari karakter Agus dan berharap film ini bisa menginspirasi anak muda.
Produksi film ini juga melibatkan sejumlah konsultan sejarah dan militer untuk memastikan keakuratan latar waktu dan peristiwa. Konsistensi terhadap detail menjadi kunci agar film tetap relevan dan dapat diterima oleh publik.
Dengan penggarapan yang matang dan narasi yang kuat, film ini dinilai berpotensi menjadi salah satu karya monumental perfilman Indonesia. Prestasi di Montreal International Film Festival menjadi bukti bahwa karya sineas Indonesia semakin diperhitungkan di kancah global.
Kesuksesan film ini diharapkan mendorong sineas tanah air untuk terus berkarya dan menggali cerita dari berbagai sudut kehidupan di Indonesia, baik dari sudut sejarah, budaya, maupun sosial.
Sebagai saran, film seperti Believe patut dijadikan referensi utama bagi generasi muda yang ingin memahami perjuangan di balik profesi militer. Nilai-nilai seperti kesetiaan, pengorbanan, dan keberanian yang ditampilkan sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.
Karya ini juga memberikan pelajaran bahwa di balik tugas negara yang berat, ada sisi emosional dan keluarga yang turut berjuang dalam diam. Sebuah refleksi bahwa pahlawan tidak hanya di medan perang, tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga.
Sinema seperti ini patut mendapat tempat lebih luas di industri perfilman Indonesia. Keberhasilan di ajang internasional juga bisa menjadi pemicu tumbuhnya kepercayaan terhadap kualitas film nasional.
Penting pula agar pemerintah terus memberikan dukungan terhadap produksi film berbasis biografi yang mendidik, inspiratif, dan memperkuat identitas nasional. Kolaborasi antara sineas, pemerintah, dan masyarakat menjadi fondasi utama.
Akhirnya, penghargaan yang diterima Believe menjadi bukti bahwa kualitas dan kedalaman cerita lokal bisa bersaing di level global. Hal ini harus dijadikan momentum kebangkitan film Indonesia untuk terus menorehkan prestasi yang membanggakan.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v