Jakarta, EKOIN.CO – Setiap tahun, lebih dari 100 ribu hektare lahan pertanian di Indonesia mengalami alih fungsi. Data Kementerian Pertanian mencatat, sebagian besar berubah menjadi kawasan perumahan, pertokoan, dan sektor non-pertanian lainnya.
Dampaknya terlihat jelas pada menurunnya produksi padi secara nasional, dari 59,7 juta ton pada 2017 menjadi hanya 54,3 juta ton pada 2022. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan, tetapi juga merambah wilayah adat terpencil.
Salah satu yang terdampak adalah Kampung Adat Malasigi di Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Wilayah ini dihuni oleh 54 orang masyarakat adat Moi Kelim yang menggantungkan hidup pada alam dan hutan sekitar.
“Alih fungsi lahan, ditambah keterbatasan infrastruktur dan akses terhadap kebutuhan dasar, mengancam keberlangsungan hidup kami,” kata Absalom Dominggus Kalami, perwakilan warga Kampung Adat Malasigi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina EP Papua Field menginisiasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bertajuk Desa Energi Berdikari (DEB).
Solusi Energi Terbarukan untuk Ketahanan Hidup
Program ini memperkenalkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) guna menunjang kebutuhan dasar seperti air bersih dan listrik masyarakat kampung.
“Melalui PLTS dan pelatihan dari Pertamina, kami mengolah air sungai menjadi air bersih. PLTS menggerakkan pompa untuk mengalirkan mata air yang jaraknya sekitar 800 meter,” ujar Absalom.
Dengan sistem tersebut, warga kini bisa memperoleh air bersih sebanyak 15 liter per dua hari, sesuatu yang sebelumnya sulit dicapai karena kondisi geografis dan minimnya infrastruktur.
Program DEB juga memperkuat Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Belempe dalam mengelola potensi lokal. Termasuk ekowisata bird watching, perkebunan agroforestry, pengolahan keripik pisang, dan produksi anyaman noken.
“PLTS berkapasitas 8,7 kWp dengan baterai 10 kWh mampu menghemat sekitar Rp36 juta per tahun untuk kebutuhan air bersih,” jelas Absalom menambahkan.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan yang Terukur
Penggunaan energi surya bukan hanya menghemat biaya, tapi juga mengurangi emisi karbon hingga 9,022 ton CO2eq per tahun. Hal ini menjadi langkah nyata dalam transisi menuju energi rendah karbon.
Program DEB turut menciptakan peluang usaha baru bagi warga seperti produksi keripik pisang, noken, serta pengembangan ekowisata. Kegiatan ini mendorong peningkatan pendapatan bulanan LPHD dari Rp1 juta menjadi Rp4 juta.
Selain menekan angka pengangguran, program ini juga memberdayakan 58 jiwa dari kelompok rentan. Masyarakat pun semakin kreatif dalam mengelola potensi hutan secara berkelanjutan.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menjelaskan bahwa program ini hadir sebagai solusi energi terbarukan yang menjangkau pelosok negeri.
“Saat ini, terdapat 173 program DEB yang tersebar di seluruh Indonesia, dan 70 persen berada di luar Pulau Jawa,” ujar Fadjar dalam keterangannya.
Kemandirian Desa sebagai Pilar Pembangunan
Fadjar juga menyampaikan bahwa dari total 173 program DEB, sebanyak 45 di antaranya telah mencapai tahap kemandirian. Kriteria tersebut dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat hingga hasil amplifikasi sosialnya.
“Di Kampung Adat Malasigi, tingkat kepuasan masyarakat mencapai 90%. Sebanyak 40 individu menerima manfaat langsung dan 200 orang secara tidak langsung,” lanjut Fadjar.
Program ini juga telah menghasilkan delapan publikasi dan enam penghargaan yang membuktikan dampaknya terhadap pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan komunitas.
Dukungan terhadap Asta Cita Pemerintah Prabowo-Gibran tampak nyata dalam pelaksanaan DEB di Malasigi. Fokusnya mencakup swasembada pangan, energi, air, serta pengembangan ekonomi hijau dan kreatif.
Program ini juga membuka lapangan kerja berkualitas, menumbuhkan jiwa kewirausahaan, serta membangun desa dari bawah sebagai fondasi pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
Komitmen Terhadap Transisi Energi Nasional
Pertamina sebagai pemimpin dalam transisi energi berkomitmen mendukung pencapaian target Net Zero Emission pada tahun 2060 melalui program yang berdampak langsung ke masyarakat.
Seluruh inisiatif tersebut selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), serta menerapkan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini usaha dan operasional.
Program DEB bukan hanya solusi energi, tapi juga upaya membangun masa depan desa yang tangguh, produktif, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Program Desa Energi Berdikari yang dijalankan PT Pertamina (Persero) di Kampung Adat Malasigi memberikan dampak nyata bagi masyarakat adat Moi Kelim. Melalui pemanfaatan energi terbarukan, kebutuhan dasar seperti air dan listrik dapat dipenuhi secara mandiri.
Lebih dari itu, kehadiran program ini turut memicu lahirnya berbagai unit usaha lokal yang mampu meningkatkan pendapatan dan memberdayakan kelompok rentan. Ekonomi desa tumbuh bersamaan dengan terjaganya lingkungan hidup dan identitas budaya.
Langkah ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara korporasi dan masyarakat adat mampu menciptakan model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Desa Energi Berdikari menjadi percontohan pembangunan desa berbasis energi bersih dan kearifan lokal.(*)