Jakarta, EKOIN.CO- Isu akuisisi BCA oleh Danantara mencuat di publik dan memicu gejolak pasar modal. Kabar tersebut langsung ditepis oleh CEO Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, usai menghadiri rapat bersama Komisi XI DPR di Senayan, Jakarta, Selasa (20/8/2025). Gabung WA NEWS EKOIN.
Rosan menegaskan tidak ada rencana pengambilalihan mayoritas saham PT Bank Central Asia (BCA) Tbk oleh Danantara. “Enggak ada,” ujarnya singkat ketika dimintai konfirmasi mengenai isu tersebut. Ia langsung meninggalkan kompleks parlemen tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Isu ini mencuat bersamaan dengan turunnya harga saham BCA pada perdagangan siang. Hingga pukul 13.45 WIB, saham BCA (BBCA) tercatat melemah 0,29 persen ke level Rp8.475 per lembar. Pergerakan negatif tersebut memperkuat sentimen pasar terhadap rumor akuisisi yang beredar.
Isu akuisisi BCA dan BLBI
Kabar akuisisi Danantara terhadap BCA dikaitkan dengan sejarah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) saat krisis moneter 1998. Kala itu, BCA menerima dana talangan BLBI sebelum sahamnya dilepas pemerintah melalui divestasi.
Kini, wacana lama tersebut kembali mencuat setelah Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN), Sasmito Hadinegoro, menyuarakan agar pemerintah mengambil alih kembali saham mayoritas BCA. Gagasan ini juga disambut Ketua Bidang Komunikasi dan IT DPP PKB, Ahmad Iman Syukri.
Namun, isu tersebut dinilai sebagian kalangan berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi. Pasalnya, rumor terkait sektor perbankan nasional kerap berimbas langsung pada kepercayaan investor dan fluktuasi harga saham.
Respons DPR soal iklim investasi
Menanggapi dinamika itu, anggota Komisi IX DPR RI, Tommy Kurniawan, meminta semua pihak lebih berhati-hati. Ia menilai, pernyataan yang tidak terukur bisa merusak iklim investasi nasional.
“Iklim investasi sedang bagus di tengah situasi global yang serba tidak pasti. Karena itu, kita wajib menjaganya dan jangan sampai ada pernyataan yang menimbulkan kegaduhan, terutama terkait sektor perbankan nasional,” kata Tommy.
Tommy menambahkan, isu lama seperti BLBI sebaiknya tidak dikaitkan kembali dengan BCA. Ia menegaskan, wacana pemerintah mengambil alih paksa saham bank swasta tersebut perlu dipertanyakan maksud serta tujuannya.
“Pernyataan agar pemerintah mengambil alih saham mayoritas BCA perlu dipertanyakan maksud dan tujuannya. Itu justru bisa mengganggu stabilitas keuangan dan iklim investasi kita,” tegasnya.
Meski bantahan sudah disampaikan Rosan, pasar masih bereaksi negatif. Pelemahan saham BCA menunjukkan betapa isu perbankan sangat sensitif terhadap sentimen publik maupun spekulasi.
Wacana ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, mengingat stabilitas sektor keuangan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan regulator diharapkan segera memberikan kepastian agar spekulasi tidak berkepanjangan.
Sejumlah analis menilai, rumor akuisisi tanpa dasar justru bisa memicu kerugian bagi investor ritel yang terjebak dalam kepanikan pasar. Oleh karena itu, transparansi informasi dan klarifikasi cepat dari pihak terkait sangat diperlukan.
Dengan kondisi pasar global yang penuh ketidakpastian, setiap kabar sensitif di sektor perbankan dapat memberi efek domino. Karena itu, penyebaran isu tanpa bukti jelas dinilai berisiko tinggi terhadap kepercayaan publik.
Sebagai langkah antisipasi, penguatan komunikasi publik dari regulator maupun pelaku pasar dianggap krusial untuk menjaga kestabilan keuangan nasional. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa rumor tanpa dasar tidak seharusnya memengaruhi arah investasi jangka panjang.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v