Jakarta, EKOIN.CO – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan ketahanan bisnisnya di tengah gejolak global yang meningkat. Dengan struktur terintegrasi berbasis domestik, PGN tetap konsisten menjaga stabilitas operasional dan keuangan perusahaan.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Utama PGN Arief S. Handoko dalam Seminar Emiten 2025 yang digelar oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, pada 8 Juli 2025. Ia menyampaikan bahwa mayoritas pasokan dan infrastruktur PGN berasal dari dalam negeri.
“PGN memiliki resiliensi tinggi terhadap volatilitas global karena 93% pasokan berasal dari sumber domestik, didukung infrastruktur yang seluruhnya berada di Indonesia serta portofolio pelanggan yang berorientasi domestik,” kata Arief di hadapan peserta seminar.
Menurut Arief, eksposur PGN terhadap risiko eksternal relatif rendah. Hal ini menjadi nilai tambah di tengah ketegangan geopolitik dan potensi dampak kebijakan proteksionisme dari Amerika Serikat yang sedang meningkat secara global.
Dalam pemaparannya, ia menyoroti tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan harga energi dunia yang dapat berdampak ke sektor ekspor. Beberapa sektor, seperti elektronik dan garmen, diprediksi menurun konsumsi gasnya hingga 2,34%.
Strategi Ketahanan dan Adaptasi
Di tengah potensi gangguan suplai LNG dari Qatar akibat konflik di Selat Hormuz, PGN tetap berada dalam posisi aman. Hal ini karena PGN memprioritaskan sumber gas dari dalam negeri serta melakukan diversifikasi pasokan.
PGN yang mengelola lebih dari 95% infrastruktur hilir gas nasional menjalankan strategi G-A-S (Grow-Adapt-Step Out). Strategi ini mendorong perluasan pasar, penyesuaian terhadap regulasi, dan kesinambungan layanan energi.
“Fokus kami tetap pada optimalisasi gas bumi nasional melalui efisiensi infrastruktur, diversifikasi pasokan, dan kesinambungan layanan,” tambah Arief. Pernyataan ini menegaskan arah PGN yang mengutamakan pembangunan domestik.
PGN juga terus memperluas jaringan infrastruktur pipa dan terminal LNG ke berbagai daerah. Tujuannya adalah meningkatkan fleksibilitas dan penetrasi energi, serta mengurangi ketergantungan pada impor energi.
Upaya sinergi bersama Pertamina Group disebut sebagai penguat profitabilitas. Arief menjelaskan bahwa efisiensi dan kolaborasi lintas entitas menjadi faktor utama dalam mempertahankan daya saing industri gas nasional.
Sinergi dengan Pemerintah
PGN juga menjalin kerja sama dengan Pemerintah dalam mempercepat integrasi infrastruktur energi. Langkah ini diambil untuk menciptakan harga gas yang lebih kompetitif dan memaksimalkan utilisasi energi domestik.
“Kami terus memonitor dan mengevaluasi dampak global terhadap operasional dan struktur biaya,” ujar Arief. Menurutnya, PGN tetap adaptif terhadap dinamika global sambil menjaga keberlanjutan jangka panjang.
Melalui pendekatan yang proaktif, PGN menargetkan peningkatan nilai tambah bagi pelanggan industri, komersial, UMKM, serta rumah tangga. Arief menekankan bahwa fundamental domestik yang kuat menjadi kunci utama strategi perusahaan.
Dalam sesi akhir, ia menyatakan bahwa struktur biaya dan ketahanan PGN telah diuji oleh banyak tantangan eksternal. Namun hingga kini, perusahaan tetap mampu menciptakan stabilitas dan pertumbuhan yang terukur.
Langkah strategis PGN untuk memfokuskan bisnis pada sumber daya dan infrastruktur domestik terbukti memberi ketahanan menghadapi dinamika global. Ketergantungan minimal terhadap pasokan luar negeri menjadi kekuatan utama PGN di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Implementasi strategi G-A-S serta sinergi dengan Pertamina dan Pemerintah memperkuat posisi PGN sebagai pengelola utama energi gas nasional. Diversifikasi dan perluasan jaringan menjadi fondasi penting untuk menjaga kinerja jangka panjang.
Keberlanjutan layanan, efisiensi biaya, dan nilai tambah bagi pemangku kepentingan menjadi prioritas utama. Dengan pondasi kuat, PGN menunjukkan optimisme dalam menjaga pertumbuhan bisnis dan stabilitas energi nasional ke depan.(*)