Jakarta, EKOIN.CO – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i mengajak pondok pesantren di Indonesia mengambil peran penting dalam mendukung ketahanan pangan dan energi nasional. Ajakan itu disampaikan dalam acara Silaturahmi Nasional Ke-12 dan Tabligh Akbar di Ponpes Islamic Center eLKISI, Mojokerto, Minggu (27/7/2025).
Romo Syafi’i menegaskan, pesantren memiliki potensi besar tidak hanya dalam mencetak generasi cerdas spiritual dan intelektual, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan sumber daya lokal.
Ia mencontohkan keberhasilan Ponpes eLKISI yang mengelola lahan pertanian seluas 29 hektare. Hasil dari lahan tersebut dibagikan kepada masyarakat sekitar, menjadi contoh konkret kemandirian pangan yang berdaya guna.
“Langkah ini sangat positif dan dapat menjadi model. Pesantren bukan hanya pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga bisa menjadi pusat kemandirian pangan,” ujar Wamenag dalam sambutannya.
Menurutnya, keberadaan pesantren bisa sejalan dengan program swasembada pangan dan energi yang menjadi prioritas nasional. Ia menyebut langkah-langkah seperti ini layak didukung dan direplikasi secara luas.
Kontribusi Santri Sejak Masa Penjajahan
Dalam kesempatan itu, Romo Syafi’i juga menggarisbawahi kontribusi pesantren sejak era perjuangan kemerdekaan. Ia menyatakan bahwa pesantren merupakan bagian penting dari sejarah berdirinya Republik Indonesia.
“Gerakan melawan penjajahan di banyak daerah dimotori oleh para santri. Maka tak berlebihan jika saya menyebut pesantren sebagai ibu kandung lahirnya negara Indonesia,” tegasnya.
Ia juga menyoroti sistem pendidikan di Ponpes eLKISI yang dianggap berhasil menggali potensi santri. Santri di sana mampu menjawab hafalan hadis dengan lancar, menunjukkan kualitas pendidikan yang menyeluruh.
“Santri harus dibina untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, sebagaimana hadis Khoirunnas anfa’uhum linnas,” lanjut Romo Syafi’i.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes eLKISI, Fathur Rohman, menjelaskan bahwa pihaknya aktif dalam berbagai program sosial-keumatan. Ini menjadi bentuk nyata bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga pemberdaya masyarakat.
Program Sosial Ponpes eLKISI dan Harapan ke Depan
Beberapa kegiatan sosial yang dijalankan antara lain pembagian 600 paket sembako setiap bulan dan program bedah rumah. Program tersebut telah membantu lebih dari 30 keluarga yang tinggal di sekitar pesantren.
“Pesantren ini milik umat, maka manfaatnya juga harus kembali ke umat. Kami menjadikan pesantren sebagai basis edukasi sekaligus pemberdayaan sosial,” ucap Fathur Rohman di hadapan hadirin.
Menanggapi hal tersebut, Wamenag menyampaikan harapannya agar seluruh pesantren di Indonesia dapat memperluas kontribusinya, tidak hanya di bidang pendidikan dan dakwah, tetapi juga dalam mendukung ketahanan pangan dan energi.
Ia menilai, bila pesantren terlibat aktif, maka pembangunan nasional bisa berlangsung lebih inklusif, menjangkau masyarakat hingga ke lapisan bawah, tanpa meninggalkan nilai-nilai agama dan sosial.
Romo Syafi’i mengajak semua pemangku kepentingan untuk membuka ruang kolaborasi dengan pesantren. Menurutnya, keberhasilan eLKISI bisa menjadi model nasional dalam penguatan peran pesantren untuk negeri.
Pernyataan Wamenag Romo Muhammad Syafi’i dalam acara di Mojokerto menegaskan bahwa pesantren memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Keberhasilan Ponpes eLKISI dijadikan contoh nyata kemandirian ekonomi dan sosial berbasis pesantren.
Konsep pesantren sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan sosial terbukti mampu menjawab kebutuhan masyarakat sekitar. Ketahanan pangan dan energi berbasis komunitas menjadi fokus utama yang relevan dengan prioritas pemerintah.
Melalui kolaborasi yang lebih luas, potensi pesantren di seluruh Indonesia diharapkan dapat dioptimalkan. Dengan begitu, peran pesantren dalam pembangunan berkelanjutan akan semakin kuat dan berdampak nyata bagi bangsa dan negara.(*)