Solo, EKOIN.CO – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil menjaga stabilitas produksi beras di tengah krisis yang melanda sejumlah negara tetangga. Pernyataan ini disampaikan usai pertemuannya dengan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Solo.
“Sebetulnya apa yang kita capai hari ini pun adalah hasil kerja keras tahun lalu, di mana tahun lalu ada dua bulan periodenya Pak Prabowo dan 10 bulan periodenya Pak Jokowi. Tadi sih dipuji sama beliau (Jokowi), produksi beras melimpah di tengah-tengah negara tetangga kita lagi kesusahan beras,” kata Sudaryono, yang juga Ketua DPD Gerindra Jawa Tengah.
Ia membandingkan kondisi Indonesia dengan Malaysia, Filipina, dan Jepang yang saat ini menghadapi kelangkaan beras. “Malaysia lagi susah, Filipina itu juga berasnya lagi susah, termasuk Jepang itu juga harganya lagi susah. Mereka lagi krisis beras. Jepang aja dari 40 sekian ribu sekarang harganya menjadi 90 sekian ribu. Ada yang harganya sampai di atas Rp 100 ribu per satu kilogram (kg),” jelasnya.
Saat ini, serapan beras dari petani di Indonesia telah mencapai 1,3 juta ton. Sudaryono menargetkan angka tersebut bisa naik menjadi 2 juta ton pada akhir April 2025. “Presiden sudah menargetkan untuk tidak impor. Kita bisa lihat produksinya melimpah dan rakyat happy dibeli dengan harga Rp 6.500,” tambahnya.
Ia mengakui masih ada keluhan dari petani terkait penyerapan gabah, namun menegaskan bahwa hal tersebut tidak menggambarkan kondisi keseluruhan. “Kalau ada satu-dua misalnya orang komplain terhadap serapan gabah, gabahnya nggak diambil, kami akan berusaha perbaiki. Tapi tidak kemudian satu case menutup 10 ribu atau jutaan case.” (Photo diambil dari disway)