Bogor, EKOIN.CO – Seorang petani di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi sorotan karena keberhasilannya mengembangkan pertanian padi dan buah dengan menggunakan pupuk organik. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga menarik perhatian masyarakat dan pihak pemerintah setempat.
Adalah Sukma Wijaya (45), petani asal Desa Cipelang, yang memutuskan beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik sejak tahun 2020. Keputusan tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinannya terhadap kondisi tanah yang semakin keras dan berkurangnya hasil panen dari tahun ke tahun.
Sukma menuturkan bahwa awalnya banyak warga desa yang meragukan keputusannya. “Mereka bilang pupuk organik itu lambat dan tidak akan menghasilkan seperti pupuk kimia,” ujar Sukma kepada wartawan pada Rabu, 12 Juni 2024.
Namun, anggapan tersebut perlahan berubah seiring waktu. Setelah tiga musim tanam, hasil panen padi meningkat dari rata-rata 4 ton per hektare menjadi 6,5 ton per hektare. Selain itu, ia juga mulai menanam buah naga dan pepaya California di lahan seluas 1.500 meter persegi.
Menurut Sukma, penggunaan pupuk organik tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Ia membuat pupuk sendiri dari kotoran ternak, sisa dapur, dan dedaunan kering yang difermentasi secara alami.
“Tanah jadi lebih gembur, cacing tanah kembali muncul, dan tanaman jadi lebih tahan terhadap hama,” jelasnya. Pupuk yang ia gunakan juga terbukti ramah lingkungan dan hemat biaya.
Sukma membagikan ilmunya kepada petani lain melalui pelatihan kecil di balai desa. Ia bekerja sama dengan kelompok tani “Tunas Hijau” dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dalam menyelenggarakan pelatihan pertanian ramah lingkungan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Hendra Prasetyo, menyatakan bahwa Sukma adalah contoh nyata dari petani yang berhasil menerapkan pertanian berkelanjutan. “Kami sangat mendukung inisiatif ini karena sejalan dengan program pemerintah dalam mendorong pertanian ramah lingkungan,” kata Hendra.
Menurut data dari Dinas Pertanian, sebanyak 46 petani di Kecamatan Cijeruk telah mengikuti pelatihan dan mulai mencoba metode pupuk organik dalam dua tahun terakhir.
Sukma juga mengembangkan sistem irigasi tetes untuk tanaman buah, yang menghemat air dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Ia memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam bak besar untuk kebutuhan irigasi tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa hasil buah naga dari kebunnya pernah mencapai 1,2 ton dalam satu musim panen. Sedangkan pepaya California menghasilkan rata-rata 600 kilogram per bulan sejak mulai berbuah.
“Buahnya lebih manis dan tahan lama dibandingkan yang dipupuk kimia,” ujarnya. Ia kini memasok hasil kebunnya ke pasar tradisional dan beberapa koperasi petani di Bogor.
Pendapatan Sukma pun meningkat signifikan. Ia kini memperoleh pendapatan bersih rata-rata Rp8 juta per bulan dari penjualan padi dan buah-buahannya.
Kisahnya menginspirasi banyak petani muda untuk kembali ke desa dan mengelola lahan pertanian dengan pendekatan alami. Salah satunya adalah Aditya (27), yang kembali dari Jakarta untuk bergabung dalam kelompok tani di Cipelang.
“Saya melihat peluang besar di sektor pertanian organik, dan Pak Sukma membuktikan bahwa ini bisa berhasil,” kata Aditya.
Keberhasilan Sukma juga mendapat perhatian dari universitas pertanian di Bogor. Mahasiswa dan dosen kerap melakukan kunjungan lapangan ke kebunnya sebagai bagian dari riset dan pengabdian masyarakat.
Selain dari sisi teknis, Sukma juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan tidak hanya fokus pada keuntungan semata. Ia percaya bahwa hasil pertanian yang sehat harus dimulai dari tanah yang sehat.
Dalam satu tahun terakhir, Sukma telah menjadi pembicara dalam beberapa forum pertanian di tingkat kecamatan dan kabupaten. Ia mengedukasi petani tentang dampak negatif penggunaan pestisida dan herbisida sintetis.
“Kalau kita jaga tanahnya, tanah akan jaga kita,” tuturnya dalam satu kesempatan pelatihan di Balai Penyuluhan Pertanian Cijeruk.
Pemerintah Desa Cipelang turut mengapresiasi upaya Sukma dengan memberikan bantuan alat pertanian sederhana dan pupuk kompos siap pakai untuk mendukung keberlanjutan program ini.
Kepala Desa Cipelang, H. Asep Ruhiyat, mengatakan bahwa Sukma menjadi inspirasi warga dan pemerintah desa berkomitmen untuk menjadikan wilayahnya sebagai desa percontohan pertanian organik.
“Saya berharap makin banyak petani yang ikut meniru langkah Pak Sukma. Ini akan bermanfaat jangka panjang bagi desa kami,” ujar H. Asep.
Tidak hanya itu, Sukma juga tengah mengembangkan produk olahan dari hasil panennya seperti beras organik kemasan dan jus buah segar yang dipasarkan melalui media sosial dan mitra UMKM lokal.
Ia mengaku bahwa pemasaran menjadi tantangan tersendiri, namun berkat dukungan anak-anak muda yang membantu dari sisi digital, produknya mulai dikenal lebih luas.
Dalam waktu dekat, Sukma dan kelompok taninya berencana membentuk koperasi khusus petani organik di wilayah selatan Bogor untuk memperluas distribusi dan menekan biaya produksi.
Pemerintah Kabupaten Bogor, melalui program ketahanan pangan daerah, menargetkan peningkatan luas lahan organik hingga 500 hektare dalam lima tahun mendatang.
Sukma berharap pemerintah bisa lebih aktif memberikan pelatihan dan insentif untuk petani kecil yang ingin beralih ke metode organik namun masih terkendala biaya dan pengetahuan.
Sebagai salah satu pionir di desanya, Sukma terus belajar dari pengalaman dan berbagai sumber. Ia bahkan rutin mengikuti webinar dan membaca jurnal pertanian terbaru yang dibagikan oleh komunitas petani nasional.
“Bertani itu soal hati. Kalau kita mencintai tanah dan alam, alam akan memberikan lebih,” ucapnya.
Kini, lahan pertanian Sukma menjadi tempat belajar bersama dan juga objek wisata edukasi kecil yang kerap dikunjungi siswa SD dan SMP dari sekitar Cijeruk.
Ia ingin generasi muda mengenal pentingnya bertani dan mencintai lingkungan sejak dini. Untuk itu, ia membuka lahan belajarnya secara gratis setiap akhir pekan.
Sukma tak ingin berpuas diri. Ia menargetkan perluasan lahan buah hingga dua hektare dalam dua tahun ke depan. “Saya ingin membuktikan bahwa bertani organik bisa mandiri dan sejahtera,” tegasnya.
Kementerian Pertanian menyambut baik inisiatif petani seperti Sukma dan siap memberikan dukungan berupa bibit unggul dan pelatihan lanjutan untuk kelompok tani di daerahnya.
Dalam waktu dekat, kelompok tani Tunas Hijau juga akan menerima kunjungan dari petani asal daerah lain untuk studi banding, sebagai bagian dari program pertanian regeneratif nasional.
Pemerintah Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa program seperti ini menjadi penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi tanah yang makin serius.
Secara keseluruhan, model pertanian Sukma memberikan harapan baru dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan yang masih kaya potensi lahan.
Peningkatan hasil panen, pemulihan tanah, dan keterlibatan generasi muda menjadi fondasi kuat untuk mereplikasi model pertanian ini di daerah lain.
**
Saran yang dapat diambil dari kisah ini adalah pentingnya dukungan penuh dari pemerintah terhadap petani yang ingin beralih ke pertanian organik. Subsidi pupuk organik, pelatihan teknis, dan pendampingan pasar perlu disediakan secara merata.
Petani juga disarankan untuk saling berbagi pengalaman dan menjalin komunitas agar tercipta kolaborasi yang kuat dalam menghadapi tantangan bersama. Pendidikan informal seperti pelatihan di balai desa sangat efektif dalam memperluas pengetahuan petani.
Selain itu, penting untuk memperkuat peran pemuda dalam sektor pertanian. Kolaborasi antara generasi tua dan muda bisa menghasilkan inovasi baru dalam pengelolaan pertanian berkelanjutan.
Pasar dan rantai distribusi juga perlu dibenahi agar hasil pertanian organik dapat dihargai lebih adil. Kemitraan dengan koperasi, UMKM, dan platform digital menjadi kunci dalam memperluas jangkauan pasar.
Terakhir, pendekatan holistik yang mencakup aspek ekologis, sosial, dan ekonomi harus menjadi arah baru dalam pembangunan sektor pertanian Indonesia demi keberlanjutan jangka panjang.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v