Jakarta, EKOIN.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerima kunjungan resmi dari Duta Besar Ekuador untuk Indonesia, H. E. Luis Arellano Jibaja dan Konselor Menteri Kedutaan Besar Ekuador, Pablo Bonifaz, pada Senin, 30 Juni 2025. Kunjungan berlangsung di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pertemuan tersebut menjadi langkah awal penjajakan kerja sama strategis lintas negara dalam bidang riset dan inovasi, khususnya di sektor kesehatan dan pertanian. Pihak Ekuador menunjukkan antusiasme tinggi terhadap potensi kolaborasi ini.
Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, Harimat Hendarwan, menyampaikan bahwa terdapat kesamaan tantangan kesehatan antara Indonesia dan Ekuador, terutama penyakit menular seperti tuberkulosis dan malaria.
“Diskusi antarpeneliti sangat penting sebagai landasan kolaborasi yang kuat. Ini bukan hal baru bagi BRIN karena sebelumnya kita sudah menjalin kerja sama serupa dengan berbagai mitra internasional,” jelas Harimat di sela kegiatan.
Ia juga menambahkan, komunikasi yang lebih intensif akan dilakukan antara BRIN dan Kedutaan Besar Ekuador, sebagai bentuk tindak lanjut kunjungan. Diskusi daring antarpeneliti akan dijalankan dalam waktu dekat.
Fokus Kolaborasi: Kesehatan dan Ketahanan Pangan
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN, Dwinita Wikan Utami, menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam membangun sistem pertanian berbasis inovasi. Ia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan biodiversitas dan teknologi.
“Keanekaragaman hayati perlu dinegosiasikan dalam sistem pertanian yang mendukung smart farming dan edukasi berbasis inovasi,” terang Dwinita. Menurutnya, kerja sama ini akan memperkuat ketahanan pangan global.
Kunjungan ini juga menjadi momentum pengenalan fasilitas unggulan BRIN, salah satunya Laboratorium Genomik dan Cryo-EM yang berada di KST Soekarno. Dubes Ekuador menyampaikan ketertarikannya terhadap fasilitas tersebut.
Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Tri Sundari, mengatakan bahwa kunjungan perdana ini merupakan fondasi penting untuk menjalin kemitraan yang lebih luas. Ia menekankan pentingnya program-program awal sebagai pemicu kerja sama jangka panjang.
“Kepala BRIN juga mendorong dimulainya kolaborasi melalui skala kecil terlebih dahulu. Seperti program mobilitas peneliti dari Manajemen Talenta, yakni postdoctoral dan visiting researcher,” kata Tri.
Eksplorasi Riset Lintas Benua
BRIN menargetkan jejaring internasional yang lebih luas melalui pertukaran keilmuan. Kolaborasi Indonesia dan Ekuador diharapkan menjadi contoh kemitraan riset yang inklusif dan mendukung pembangunan berkelanjutan kedua negara.
Duta Besar Ekuador, Luis Arellano Jibaja, menyampaikan kekagumannya atas fasilitas BRIN dan menyatakan niat pemerintahnya untuk menjalin kerja sama lanjutan dengan Indonesia dalam waktu dekat.
“Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Kami ingin menjalin komunikasi lebih lanjut antara pemerintah kedua negara guna mengeksplorasi kerja sama strategis di bidang riset dan inovasi,” ungkap Luis di sela kunjungan.
BRIN dan Kedutaan Besar Ekuador juga sepakat membentuk forum komunikasi reguler antarpeneliti dan institusi. Forum ini akan menjadi wadah pertukaran gagasan dan pengembangan riset kolaboratif.
Langkah awal ini dinilai penting dalam menghadirkan solusi terhadap tantangan global, mulai dari krisis kesehatan hingga perubahan iklim. Kolaborasi ini juga akan membuka peluang pertukaran peneliti muda dari kedua negara.
Kunjungan Duta Besar Ekuador ke BRIN menandai babak baru kerja sama bilateral Indonesia–Ekuador dalam bidang riset dan inovasi. Keterlibatan langsung para pemangku kepentingan dari kedua negara menunjukkan keseriusan membangun kemitraan berbasis keilmuan dan teknologi.
Dengan pendekatan bertahap seperti program postdoctoral dan diskusi daring antarpeneliti, diharapkan fondasi kolaborasi ini semakin kuat. BRIN memainkan peran strategis sebagai penghubung pengetahuan dan inovasi lintas benua untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks.
Kesehatan dan pertanian menjadi fokus awal dari kerja sama ini, yang ke depan dapat diperluas ke sektor lain seperti lingkungan dan teknologi informasi. Pertemuan ini membuka jalur komunikasi aktif dan kolaboratif yang menjanjikan masa depan riset yang lebih inklusif dan bermanfaat bagi masyarakat global.(*)