Jakarta, EKOIN.CO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkuat ketahanan pangan nasional dengan menyoroti peran penting irigasi. Salah satu langkah konkret dilakukan melalui pengelolaan sampah di saluran irigasi, terutama di wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung.
Kepedulian terhadap distribusi air yang merata menjadi sorotan Menteri PUPR Dody Hanggodo. Ia menyatakan bahwa infrastruktur irigasi seperti bendung dan saluran air harus berfungsi secara berkelanjutan agar sistem distribusi air berjalan efisien.
“Distribusi air harus merata dan terjaga dari gangguan, termasuk dari sampah. Oleh karena itu, saluran irigasi harus dikelola dengan baik,” ujar Dody dalam kunjungannya ke Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka.
Sampah yang menyumbat saluran irigasi kerap mengganggu aliran air ke lahan pertanian. Kondisi ini dapat menimbulkan banjir dan merugikan petani. Oleh sebab itu, PUPR melalui BBWS Cimanuk-Cisanggarung menjalankan program pengelolaan sampah irigasi secara terpadu.
Di Daerah Irigasi (DI) Rentang dan DI Kamun, sampah yang terkumpul diangkut oleh petugas Operasi dan Pemeliharaan (OP) ke Workshop Pengolahan Sampah di Bendung Rentang. Sampah tersebut dipilah dan diolah dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Modernisasi Irigasi dan Tantangan Lapangan
Sampah organik diproses menjadi kompos, sementara plastik diolah menjadi briket serta produk daur ulang lainnya. Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, mengungkapkan bahwa pengolahan ini dapat mengurangi timbunan sampah harian.
“Setiap hari kami bisa mengolah hingga 500 kg sampah, menghasilkan cacahan kering sekitar 400 kg. Ini mengurangi beban saluran dan memperlancar distribusi air,” jelas Dwi Agus, Jumat (4/7).
Ia menambahkan bahwa tantangan utama dalam pengelolaan irigasi terletak pada tumpukan sampah di saluran. Jika tidak ditangani, distribusi air akan terganggu dan berdampak pada hasil pertanian masyarakat.
Selain pengelolaan sampah, BBWS Cimanuk-Cisanggarung juga sedang melaksanakan modernisasi Daerah Irigasi Rentang. Modernisasi ini mencakup peningkatan keandalan penyediaan air, penguatan lembaga pengelola, serta peningkatan sumber daya manusia.
DI Rentang mencakup wilayah Majalengka, Cirebon, dan Indramayu. Sistem ini memasok air untuk 87.840 hektare lahan pertanian, yang bersumber dari Sungai Cimanuk.
Target Produktivitas dan Efisiensi Layanan
Upaya modernisasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi dari 5,6 ton/hektare menjadi 6,5 ton/hektare. Selain itu, luas tanam dirancang meningkat dua kali lipat dari 43.229 hektare menjadi 86.423 hektare.
BBWS menargetkan lonjakan indeks pertanaman dari 120% menjadi 230%. Ini berarti jumlah musim tanam dalam setahun bisa ditingkatkan secara signifikan, seiring dengan efisiensi distribusi air yang terjaga.
“Modernisasi sistem irigasi tidak hanya soal teknologi, tapi juga manajemen dan partisipasi petani. Ini sinergi jangka panjang untuk swasembada pangan,” lanjut Dwi Agus.
Penanganan sampah juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan pengurangan pencemaran tanah serta air di sepanjang jalur irigasi.
Sementara itu, masyarakat sekitar ikut dilibatkan dalam pengolahan dan pemanfaatan hasil daur ulang. Hal ini membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga saluran irigasi.
Upaya pengelolaan sampah di saluran irigasi menjadi langkah penting dalam mendukung swasembada pangan nasional. Dengan memanfaatkan sistem daur ulang, hambatan distribusi air dapat diatasi secara efisien dan berkelanjutan.
Modernisasi sistem irigasi, seperti yang dilakukan di DI Rentang, menunjukkan bagaimana integrasi teknologi, manajemen, dan partisipasi masyarakat bisa meningkatkan produktivitas pertanian. Peningkatan hasil panen dan indeks pertanaman merupakan bukti konkret keberhasilan program tersebut.
Ke depan, sinergi antara pemerintah, petugas lapangan, dan masyarakat menjadi kunci utama menjaga keberlanjutan layanan irigasi. Dengan sistem yang terintegrasi, ketahanan pangan dapat diperkuat di tengah tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.(*)