Jakarta, Ekoin.co – Managing Director PEPS, Profesor Anthony Budiawan mengkritisi rencana organisasi antar pemerintah BRICS yang mencanangkan dedolarisasi atau penggantian mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional.
Menurutnya, langkah itu sangat berat seperti halnya yang pernah dialami mata uang Euro.
“Dedolarisasi ini adalah ilusi. Pada tahun 90-an, ekonomi yang terkuat itu Uni Eropa. Mereka lantas bersatu untuk menggunakan Euro dalam sistem perdagangannya. Tapi, Euro tidak bisa menggantikan US Dollar,” kata Prof Anthony kepada Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 16 Juli 2025, yang dikutip pada Rabu (23/7).
Rektor Kwik Kian Gie School of Business Periode 2011-2015 itu menjelaskan, salah satu syarat untuk menciptakan suatu mata uang adalah memiliki Bank Sentral.
“Tidak gampang. Bagaimana (Bank) harus ada di Rusia, China, Brasil, Indonesia (sebagai anggota BRICS). Dan Bank Sentral-nya di mana untuk me-manage suatu mata uang?,” katanya.
Prof. Anthony menjelaskan bahwa Rusia yang selama ini tidak menggunakan USD saat bertransaksi dagang dengan sejumlah negara tidak bisa menjadi acuan. Sebab langkah Rusia didorong oleh embargo atau sanksi yang diberikan AS (Amerika Serikat), sehingga sulit menggunakan USD dalam bertransaksi.
“Jadi, SWIFT control-nya tidak ada. SWIFT account itu di block, jadi tidak bisa transfer (uang) ke Rusia,” ujarnya.
“Nah, itu bukannya dedolarisasi, tapi menurut saya karena terpaksa tidak bisa menggunakan Dollar,” ucapnya menambahkan. ()