Jakarta, EKOIN.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Bank DKI menggelar kegiatan literasi dan inklusi keuangan bertajuk Gencarkan Goes to Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada akhir Mei 2025. Acara ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) yang digagas untuk mendorong adopsi transaksi non-tunai di wilayah kepulauan.
Kegiatan ini berlangsung di Pulau Pramuka, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, dan turut dihadiri sejumlah pejabat penting, termasuk Kepala OJK Jabodebek, Edwin Nurhadi, Bupati Kepulauan Seribu, Muhammad Fadjar Churniawan, Direktur Utama Bank DKI, Agus H Widodo, serta Direktur Perkulakan dan Ritel Perumda Pasar Jaya.
Dalam sambutannya, Edwin Nurhadi menyampaikan pentingnya sinergi antarlembaga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui edukasi keuangan. “Dengan menekankan prinsip no one is left behind, OJK Jabodebek bersama instansi vertikal dan lembaga jasa keuangan lainnya berkomitmen menciptakan pemerataan akses keuangan serta peningkatan literasi keuangan bagi masyarakat Provinsi DKI Jakarta, khususnya di Kepulauan Seribu,” ujarnya.
Muhammad Fadjar Churniawan memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam mewujudkan Pulau Pramuka sebagai kawasan digital percontohan. Ia menilai dukungan terhadap pengembangan potensi Kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata bahari kelas dunia perlu terus ditingkatkan, termasuk dari sektor keuangan.
Menurutnya, keberadaan teknologi perbankan digital menjadi elemen penting dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat pulau yang memiliki keterbatasan akses fisik terhadap layanan keuangan konvensional.
Perluasan Jangkauan Layanan Digital
Direktur Utama Bank DKI, Agus H Widodo, menegaskan bahwa pihaknya terus memperluas jangkauan layanan digital di wilayah Kepulauan Seribu. Salah satu bentuk realisasinya adalah melalui pengembangan agen JakOne Abank dan pemanfaatan mesin EDC yang mendukung program Laku Pandai.
Layanan digital Bank DKI juga mencakup pembayaran menggunakan QRIS, yang kini menjadi alternatif transaksi utama bagi warga dan pelaku usaha di Pulau Pramuka. Hingga April 2025, sebanyak 92 merchant di Kepulauan Seribu telah menggunakan mesin EDC, dengan nilai transaksi mencapai Rp6,55 miliar, meningkat 44,48% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain jaringan EDC, Bank DKI juga telah membangun infrastruktur fisik berupa 12 mesin ATM dan satu mesin CRM yang tersebar di sejumlah pulau. Lokasi pemasangan antara lain Pulau Tidung, Pulau Harapan, Pulau Pari, dan Pulau Panggang, dengan satu mesin CRM tambahan di Pulau Sabira.
Agus juga menyebutkan bahwa keagenan JakOne Abank telah menjangkau 34 agen di wilayah ini, dengan volume transaksi sebesar Rp4,92 miliar pada April 2025. Infrastruktur ini mendukung target literasi keuangan di kawasan kepulauan yang sebelumnya terbatas dari sisi teknologi.
Penerapan transaksi QRIS juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tercatat sebanyak 342 merchant QRIS beroperasi di wilayah Kepulauan Seribu dengan total transaksi Rp472,52 juta, melonjak 155,21% secara tahunan.
Dorongan untuk Pelaku UMKM
Bank DKI tak hanya fokus pada digitalisasi, namun juga menyalurkan pembiayaan untuk pelaku UMKM di wilayah kepulauan. Hingga April 2025, total pembiayaan kepada 51 pedagang UMKM mencapai Rp5,39 miliar.
Langkah ini dinilai selaras dengan semangat pemberdayaan ekonomi lokal dan menciptakan ekosistem usaha kecil yang berdaya saing. Pelaku UMKM pun diharapkan lebih mudah mengakses pembiayaan yang sebelumnya sulit dijangkau karena keterbatasan geografis.
Arie Rinaldi selaku Sekretaris Perusahaan Bank DKI menuturkan bahwa pihaknya terus berkomitmen untuk memperluas inklusi keuangan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan. “Bank DKI senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di tengah masyarakat, khususnya di wilayah DKI Jakarta dan seluruh daerah operasional kami,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan literasi keuangan di wilayah Kepulauan Seribu dapat menjadi model bagi pengembangan serupa di wilayah terluar lainnya. Kolaborasi lintas sektor dinilai menjadi kunci utama dalam menghadirkan layanan keuangan yang merata.
Diharapkan ke depan, sinergi antara pemerintah daerah, regulator, dan sektor perbankan mampu menjembatani kesenjangan akses keuangan di kawasan kepulauan lainnya di Indonesia.
Kegiatan Gencarkan di Pulau Pramuka menunjukkan bahwa literasi dan inklusi keuangan tidak lagi menjadi wacana terbatas kota besar. Dengan kolaborasi yang kuat antara OJK, pemerintah daerah, dan Bank DKI, masyarakat kepulauan dapat mengakses layanan finansial modern secara menyeluruh. Langkah ini menjadi contoh konkret pemerataan ekonomi berbasis teknologi.
Dalam jangka panjang, upaya digitalisasi keuangan harus terus diikuti dengan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat. Tidak cukup hanya dengan menyediakan mesin dan layanan, tetapi juga membangun pemahaman menyeluruh mengenai manfaat dan risiko sistem keuangan digital. Pemerataan pendidikan keuangan di daerah terpencil akan menjadi fondasi bagi kemandirian ekonomi lokal.
Pemerintah daerah, regulator, dan perbankan perlu menjadikan program seperti ini sebagai agenda rutin dan berkelanjutan. Tidak hanya untuk Kepulauan Seribu, namun juga wilayah perairan atau pulau terluar lain di Indonesia yang memiliki tantangan geografis serupa. Dengan komitmen jangka panjang, transformasi digital di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) bukanlah hal yang mustahil.(*)