Jakarta, EKOIN.CO – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkenalkan konsep Green Mobility sebagai pendekatan kebijakan untuk mengintegrasikan teknologi otomotif yang ramah lingkungan, efisien energi, dan berdaya saing tinggi. Kebijakan ini diharapkan mendorong pertumbuhan industri otomotif nasional sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) sektor manufaktur pada 2050.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, pemerintah berkomitmen memfasilitasi perkembangan teknologi otomotif, termasuk kendaraan berbasis ICE, hybrid, listrik, dan fuel cell hydrogen. “Apapun perkembangan teknologinya, kami siap fasilitasi melalui Green Mobility. Kebijakan ini adaptif, melindungi investasi lama, dan mendorong inovasi baru,” ujarnya dalam acara New Energy Vehicle yang digelar Kumparan di Jakarta
Selain itu, pemerintah telah memberikan berbagai insentif, seperti PPNBM DTP untuk kendaraan listrik dan program LCGC untuk mobil hemat energi. “Prinsipnya, selama produk otomotif ramah lingkungan dan efisien energi, kami akan dukung,” tambah Agus.
Di sisi lain, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah dibanding negara ASEAN. Data menunjukkan, hanya 99 unit per 1.000 penduduk, jauh di bawah Malaysia (490 unit) dan Thailand (275 unit). “Potensi pasar masih besar, apalagi penduduk kita 281 juta,” jelasnya.
Momen penting juga ditandai dengan peluncuran mobil listrik Polytron G3, yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40%. CEO Polytron Hariono menyatakan, peluncuran ini merupakan langkah strategis menyambut 50 tahun Polytron pada September 2025. “Kami ingin teknologi ramah lingkungan bisa dijangkau banyak orang,” ujarnya.
Dukungan pemerintah semakin kuat dengan terbitnya Perpres No. 46/2025 tentang Pengadaan Barang/Jasa, yang mewajibkan instansi pemerintah dan BUMN membeli produk dalam negeri. “Ini peluang besar bagi industri otomotif lokal,” tegas Agus.(Gambar diambil dari sokoguru..id)