Jakarta, EKOIN.CO – Pemerintah Indonesia memulai realisasi proyek Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Pantai Utara Jawa, setelah lebih dari dua dekade berada dalam tahap perencanaan. Proyek sepanjang ±500 kilometer dari Banten hingga Gresik ini diperkirakan memerlukan anggaran hingga USD 80 miliar dan akan dibangun bertahap selama 15 hingga 20 tahun.
Langkah konkret itu disampaikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, saat menutup rangkaian International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Dalam sambutannya, Presiden menegaskan bahwa proyek ini tak akan mengalami penundaan lebih lanjut dan telah memerintahkan pembentukan satuan kerja khusus.
“Sekarang tidak ada lagi penundaan, kita akan segera mulai itu. Saya sudah perintahkan suatu tim untuk roadshow keliling, dan dalam waktu dekat saya akan bentuk Badan Otorita Tanggul Laut Pantai Utara Jawa,” terang Presiden Prabowo dalam closing ceremony ICI 2025.
Presiden juga menyampaikan bahwa proyek ini memiliki dimensi lebih dari sekadar infrastruktur, karena menyangkut keselamatan kawasan pesisir dari ancaman perubahan iklim yang makin ekstrem. Proyek ini menjadi salah satu fokus pembangunan jangka panjang pemerintahan saat ini.
Dengan inisiasi pembangunan tersebut, pemerintah berupaya melibatkan mitra pembangunan global, termasuk investor dari sektor swasta dan lembaga keuangan internasional, untuk mendukung perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan proyek strategis ini.
Satgas Disiapkan dan Ancaman Iklim Diantisipasi
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, turut menegaskan bahwa sesuai arahan Presiden, akan dibentuk Satuan Tugas Giant Sea Wall Pantura Jawa untuk menangani berbagai tantangan teknis dan sosial.
“Arahan Bapak Presiden tersebut bukan hanya merupakan respons teknis, tapi sebuah keputusan yang berani untuk menyelamatkan masa depan jutaan rakyat di pesisir utara Jawa. Bagi bangsa yang hidup di kepulauan, melindungi garis pantai adalah melindungi eksistensinya,” pungkas Menko AHY.
Konferensi ICI 2025 sendiri menghadirkan lebih dari 7.000 peserta, terdiri dari jajaran Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih, duta besar dari negara sahabat, para kepala daerah, anggota legislatif, hingga pelaku usaha dan mitra pembangunan dari dalam dan luar negeri.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Norwegia, Uni Emirat Arab, Tiongkok, dan Uni Eropa turut hadir sebagai partisipan dalam konferensi. Beberapa lembaga keuangan global juga terlibat aktif dalam diskusi investasi.
Dari sektor keuangan, hadir pula GIC (Singapura), Macquarie (Australia), World Bank, International Finance Corporation (IFC), Asian Development Bank (ADB), serta The Asia Group yang menunjukkan ketertarikan pada proyek strategis ini.
Proyek Giant Sea Wall akhirnya memasuki fase implementasi nyata setelah bertahun-tahun hanya berada dalam tataran konsep. Dengan dimulainya pembangunan ini, Indonesia menunjukkan keseriusan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim yang mengancam kawasan pesisir utara Jawa.
Langkah Presiden Prabowo membentuk Badan Otorita serta perintah pembentukan Satgas disambut dengan dukungan kementerian dan lembaga terkait. Hal ini mencerminkan koordinasi yang kuat dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur skala nasional.
Melalui forum internasional ICI 2025, Indonesia memperkuat kerja sama global di bidang infrastruktur dan lingkungan. Kehadiran ribuan delegasi dunia menunjukkan bahwa Indonesia tak hanya membangun tanggul, melainkan juga membangun kepercayaan dunia.(*)