Jakarta, EKOIN.CO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mempercepat pemulihan infrastruktur di Kota Palu pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun 2018. Salah satu capaian signifikan adalah selesainya pembangunan kembali Jembatan Palu IV, yang sempat ambruk akibat bencana tersebut.
Jembatan Palu IV dibangun kembali dengan dukungan hibah dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Proyek ini dilaksanakan oleh Tokyu Construction Co., Ltd, dimulai sejak 2022 dengan total biaya JPY 2,02 miliar.
Jembatan penghubung utama di Kota Palu ini memiliki panjang keseluruhan 1.073 meter, bentang utama 250 meter, dan lebar 10,8 meter. Kehadiran jembatan ini sangat vital dalam memulihkan konektivitas dan mobilitas warga yang sempat lumpuh selama beberapa tahun.
Dalam kunjungan kerja Komisi V DPR RI ke Sulawesi Tengah pada 19 Juni 2025, Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Andi Iwan Darmawan Aras, menyampaikan harapannya atas pemulihan fungsi jembatan tersebut bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
“Saya ingin tahu, kalau gempa seperti tahun 2018 terjadi lagi, apakah jembatan ini bisa menahan dampaknya? Sampai berapa skala kekuatannya?” ujar Andi Iwan saat meninjau lokasi.
Mitigasi Bencana dan Teknologi Modern
Menjawab pertanyaan tersebut, Direktur Pembangunan Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga, Rakhman Taufik, menjelaskan bahwa Jembatan Palu IV dirancang dengan teknologi mitigasi gempa dan tsunami terkini.
Pondasi jembatan menggunakan borepile dengan kedalaman 58 hingga 62 meter dan diameter 1,8 meter, serta dua pier sebagai penyanggah struktur atas. Jembatan ini dirancang untuk menahan gempa dengan periode ulang hingga 1.000 tahun.
“Dari segi konstruksi, clearance ditinggikan dan pilar dibuat streamline agar beban dorongan tsunami bisa diminimalisir,” jelas Rakhman Taufik kepada rombongan Komisi V.
Selain pembangunan jembatan, Kementerian PUPR juga melaksanakan rehabilitasi ruas jalan dalam Kota Palu serta rekonstruksi dan penanganan tanggul jalan Rajamoili-Cut Meutia sepanjang 16,25 kilometer, yang saat ini telah mencapai progres 63,16%.
Untuk ruas Jalan Cumi-Cumi di area pesisir sepanjang 2,35 kilometer, pekerjaan rekonstruksi dan tanggul telah rampung sepenuhnya.
Perlindungan Infrastruktur dan Lingkungan Sekitar
Rakhman Taufik menambahkan bahwa perlindungan kawasan sekitar jembatan juga menjadi fokus utama pemerintah. Ditjen Sumber Daya Air tengah mengerjakan proteksi dan pengamanan kawasan terhadap risiko banjir dan tsunami di masa depan.
Pekerjaan ini masuk dalam proyek River Improvement in Palu City Area, mencakup perbaikan sistem sungai di Sungai Palu, Sungai Kawatuna, dan Sungai Ngia. “Progres fisiknya saat ini sudah di atas 80%,” ujar Rakhman.
Langkah-langkah ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur yang dibangun dan memberikan rasa aman bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Dalam kunjungan tersebut turut hadir sejumlah pejabat, antara lain Direktur Jenderal Bina Marga, Roy Rizali Anwar; Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA, Dwi Purwantoro; serta Kepala BPJN Sulawesi Tengah, Dadi Muradi.
Turut pula mendampingi, Kepala BWS Sulawesi III Palu, Dedi Yudha Lesmana; Kepala BPBPK, Baskoro Elmiawan; Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana Strategis Sulawesi Tengah, Rachman; serta beberapa pejabat teknis lainnya.
Pemulihan Jembatan Palu IV menjadi tonggak penting dalam mengembalikan denyut kehidupan masyarakat Palu setelah diterpa bencana besar. Kehadiran jembatan ini bukan hanya simbol rekonstruksi fisik, tetapi juga pemulihan sosial dan psikologis warga.
Upaya Kementerian PUPR dan dukungan Pemerintah Jepang melalui JICA menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam pembangunan kembali wilayah terdampak bencana. Ketahanan struktur dan aspek mitigasi risiko menjadi kunci dalam setiap pembangunan infrastruktur pascabencana.
Diharapkan, dengan keberadaan Jembatan Palu IV serta berbagai proyek rehabilitasi lainnya, masyarakat Kota Palu dapat bangkit dengan lebih kuat dan tangguh menghadapi potensi bencana di masa mendatang.(*)