Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan tiga langkah konkret dalam menghadapi tantangan urbanisasi dan krisis iklim global. Hal ini ia tegaskan dalam pidatonya di Forum Urbanisasi BRICS yang digelar di Brasilia, Brasil, Senin (23/6/2025) waktu setempat.
Berbicara untuk pertama kalinya sebagai perwakilan Indonesia di forum tersebut sejak menjadi anggota penuh BRICS di bulan Januari 2025, Menko AHY menekankan bahwa kota-kota yang berkelanjutan akan menjadi kunci masa depan rakyat di seluruh dunia.
“Hari ini, kita berkumpul sebagai wakil dari berbagai bangsa, namun dipersatukan oleh satu keyakinan: masa depan dunia akan ditentukan di kota-kota kita,” ujarnya. Negara-negara anggota BRICS secara bersama-sama mewakili hampir separuh populasi dunia.
Menko AHY menggarisbawahi bahwa urbanisasi dan perubahan iklim merupakan dua tekanan besar yang tengah dihadapi Indonesia dan banyak negara lainnya.
Menurut Menko AHY, pertumbuhan kota tidak boleh hanya dilihat sebagai proses fisik, tetapi juga harus menjamin keadilan sosial dan ketahanan lingkungan.
Tiga Langkah Strategis
“Kita tidak bisa menerima masa depan di mana kesempatan dibatasi oleh letak geografis atau tingkat pendapatan. Tidak boleh ada yang tertinggal,” tegasnya.
Untuk itu, Menko AHY menawarkan tiga langkah konkret sebagai arah kebijakan dan kerja sama global di bidang urbanisasi.
Langkah pertama adalah pemberdayaan kewilayahan. Menko AHY mendorong agar pemerintah daerah serta pemangku kepentingan di tingkat lokal lainnya dapat semakin berperan aktif dalam pembangunan perumahan berbasis kebutuhan rakyat.
“Perkuat kapasitas kelembagaan, kewenangan dan perangkat kebijakan daerah untuk merancang rencana adaptasi iklim lokal yang mengintegrasikan rumah aman dan terjangkau dengan akses terhadap pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan transportasi di wilayahnya,” jelasnya.
Langkah kedua adalah peningkatan investasi pada infrastruktur berkelanjutan dan ramah iklim. Menurutnya, hal ini bukan hanya mengurangi risiko dan menurunkan emisi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota.
Investasi dan Pembiayaan Iklim
“Jaga keseimbangan ekosistem yang terintegrasi dengan pembangunan kota yang akan semakin pesat – mulai dari restorasi hutan mangrove di pesisir utara Jawa hingga koridor smart transport di kota-kota yang terus tumbuh,” katanya.
Langkah ketiga adalah membuka akses lebih luas terhadap pembiayaan transformatif. Menko AHY menekankan bahwa sistem pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance yang banyak didengungkan institusi keuangan global harus didesain untuk menjawab kebutuhan dan mendorong dampak nyata di negara-negara berkembang.
“Rancang pengelolaan anggaran publik, keterlibatan modal swasta, serta dukungan multilateral development partners—termasuk melalui New Development Bank—untuk memperluas pembangunan perumahan tahan iklim, infrastruktur net-zero, serta pemanfaatan digital technology untuk pemetaan dan mitigasi risiko perkotaan,” ujar Menko AHY.
Menutup pidatonya, Menko AHY menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berkontribusi aktif dalam kerja sama BRICS.
“Indonesia siap berkontribusi melalui pertukaran data, proyek percontohan, dan kebijakan praktis. Bersama-sama, kita bisa membentuk masa depan perkotaan yang inklusif, tangguh terhadap iklim, dan berakar pada prioritas serta inovasi dari negara-negara Global South,” tutup Menko AHY.
Pidato Menko AHY dalam Forum Urbanisasi BRICS menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius membangun arah kebijakan urban yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim. Langkah-langkah konkret yang ditawarkan menggambarkan kebutuhan mendesak untuk bertindak dari tingkat lokal hingga global.
Dengan fokus pada pemberdayaan wilayah, investasi hijau, dan pembiayaan berkelanjutan, Indonesia mengusung semangat kolaborasi dan solusi praktis. BRICS sebagai platform kerja sama strategis menjadi panggung penting untuk mengakselerasi implementasi gagasan tersebut.
Kesiapan Indonesia dalam berbagi data, praktik kebijakan, hingga pelaksanaan proyek percontohan, menunjukkan peran aktif negara berkembang dalam menjawab tantangan dunia. Visi urbanisasi AHY mengedepankan ketangguhan, inklusivitas, dan keberlanjutan sebagai prinsip utama.(*)