Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membatasi ekspor kelapa bulat, meskipun harga komoditas tersebut belakangan mengalami lonjakan di pasar domestik. Ia menjelaskan, kenaikan harga tersebut lebih disebabkan oleh jalur distribusi yang tidak merata, bukan karena adanya ekspor berlebihan.
“Belum, belum ada (pembatasan ekspor kelapa),” kata Budi saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Menurut Budi, kebijakan ekspor kelapa justru membawa dampak positif bagi para petani. Pasalnya, tingginya harga di pasar internasional membuat petani bisa menikmati hasil panennya dengan lebih baik. “Jadi kan ekspor kelapa itu memang harganya bagus. Ini kan petani menikmati hasil produksi dia, hasil panen dia. Kan kayaknya baru era-era sekarang ini deh (ekspor) kelapa itu bagus,” tuturnya.
Ia melanjutkan, jika lonjakan harga hanya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat, sementara di wilayah Timur harga masih stabil, maka masalah utamanya ada pada distribusi. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya perbaikan jalur distribusi.
“Kalau yang mahal itu yang di wilayah Barat, kan bisa yang dari Timur di ke Barat-in. Jadi ya nanti kita cari keseimbangannya, karena memang setahu saya yang banyak kekurangan itu di wilayah Barat,” terangnya.
Budi menegaskan bahwa kebijakan ekspor tetap harus berjalan seiring dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Dengan demikian, petani tetap mendapatkan keuntungan, dan masyarakat lokal dapat membeli kelapa dengan harga yang wajar. “Dua-duanya bisa berjalan, di dalam negeri juga berjalan, ke luar negerinya ekspor tetap berjalan. Itu hanya terkait distribusi barang. Jadi semua menikmati,” katanya.
Dalam upayanya memperbaiki masalah distribusi ini, Budi memastikan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan dinas terkait untuk memperlancar jalur pengiriman kelapa di dalam negeri. Berdasarkan pantauan harga komoditas kelapa kupas di panel harga Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata kelapa kupas di Pasar Induk Kramat Jati berada di Rp15.995 per kg, dengan harga tertinggi mencapai Rp19.000 per kg dan terendah Rp14.000 per kg.