Seongnam EKOIN.CO – Program pengembangan jet tempur masa depan KF-21 Boramae hasil kolaborasi Korea Selatan dan Indonesia memasuki fase baru dengan ditampilkannya konsep skuadron tempur berbasis kecerdasan buatan. Dalam demonstrasi terbaru oleh Korea Aerospace Industries (KAI), jet tempur generasi 4.5 itu dirancang memimpin formasi tempur gabungan antara pesawat berawak dan nirawak, yang seluruhnya dikendalikan secara otonom berbasis sistem AI canggih.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Sistem tempur tersebut, seperti dilansir dari laman g-enews.com pada 25 Juli 2025, menjadi bagian penting dalam strategi pertahanan udara masa depan Korea Selatan. Artikel berbahasa Korea tersebut, berjudul “Korea Aerospace Industries meluncurkan skuadron AI KF-21, yang bertujuan untuk penempatan tempur pada tahun 2030”, mengungkapkan bahwa sistem tempur AI KF-21 sedang dikembangkan untuk siap bertugas pada awal dekade berikutnya.
Konsep Tempur Gabungan Berbasis AI
Konsep skuadron tempur ini mencakup jet tempur KF-21 yang memimpin armada drone tempur tak berawak (loyal wingman) dalam satu kesatuan komando. Jet utama akan berfungsi sebagai pusat kendali, sementara drone pendamping akan melaksanakan berbagai misi, termasuk pengintaian, gangguan radar musuh, dan serangan presisi. Teknologi ini diharapkan memberikan keunggulan taktis di medan pertempuran udara.
Dalam video demonstrasi yang dirilis KAI, diperlihatkan bagaimana jet KF-21 memimpin empat drone tempur dalam manuver simultan yang terkoneksi jaringan komunikasi militer berbasis AI. Pengendalian sistem dilakukan secara otomatis dengan campur tangan minimal dari pilot manusia. Sistem ini juga mencakup teknologi berbagi data secara real-time, memungkinkan respons cepat terhadap ancaman.
KAI menargetkan fase pengembangan sistem ini selesai pada tahun 2027. Setelahnya, Korea Selatan berencana menempatkan skuadron tempur AI ini secara operasional mulai tahun 2030. Program ini dikembangkan untuk memperkuat kemampuan tempur udara dan mempersiapkan negara menghadapi dinamika konflik masa depan yang diprediksi semakin kompleks.
Peran Indonesia dalam Proyek KF-21
Sebagai negara mitra, Indonesia turut berpartisipasi dalam proyek pengembangan KF-21 sejak awal. Pemerintah Indonesia menyumbang 20 persen biaya pengembangan dan berkomitmen membangun sebagian jet tempur ini di dalam negeri. Menurut perjanjian kerja sama, Indonesia nantinya juga akan memperoleh transfer teknologi penting, termasuk dalam bidang avionik dan sistem persenjataan.
Keterlibatan Indonesia diharapkan mendorong kemandirian industri pertahanan nasional serta membuka peluang pengembangan teknologi drone tempur lokal di masa depan. Selain itu, partisipasi aktif dalam proyek jet tempur supersonik ini menjadi tonggak penting bagi TNI AU dalam mewujudkan kekuatan udara yang modern dan adaptif terhadap perubahan teknologi.
Saat ini, pengembangan KF-21 telah mencapai tahap uji terbang lanjutan dengan beberapa prototipe. Diharapkan dalam waktu dekat, proses sertifikasi dan produksi massal dapat dimulai. Pemerintah Korea Selatan menargetkan produksi 120 unit KF-21 untuk memperkuat armada udara mereka, sementara Indonesia direncanakan menerima sekitar 50 unit.
KF-21 Boramae sendiri telah melakukan uji coba penerbangan pertamanya pada pertengahan 2022. Jet ini dirancang memiliki kecepatan maksimum Mach 1.8 dan mampu membawa berbagai jenis rudal udara-ke-udara dan udara-ke-darat, serta dilengkapi radar AESA dan sistem perang elektronik canggih.
Dalam demonstrasi terbaru, selain pengendalian drone tempur, ditunjukkan juga kemampuan jet untuk mengkoordinasikan misi tempur bersama sistem tempur lainnya, termasuk pesawat angkut, helikopter serang, dan unit artileri pertahanan udara. Hal ini menjadi bagian dari integrasi sistem komando tempur masa depan berbasis AI dan jaringan tempur terhubung (network centric warfare).
Konsep skuadron tempur AI juga ditujukan untuk mengurangi risiko keselamatan pilot, dengan lebih banyak misi berisiko tinggi dilakukan oleh drone pendamping. Sistem ini juga dapat menghemat biaya operasional jangka panjang serta meningkatkan efisiensi logistik militer.
Menurut pernyataan dari perwakilan KAI, teknologi ini diharapkan menjadi standar baru dalam strategi tempur udara dan menjadi ujung tombak pertahanan regional di Asia Timur dan Asia Tenggara. Korea Selatan juga membuka peluang ekspor sistem tempur gabungan AI KF-21 ke negara mitra, termasuk Indonesia.
Program ini juga menjadi bagian dari langkah strategis Korea Selatan untuk memperkuat industri pertahanannya di tengah persaingan teknologi global, sekaligus menjawab tantangan geopolitik regional. Teknologi AI tempur dianggap sebagai masa depan pertahanan yang akan mengubah wajah peperangan konvensional.
Di sisi lain, Indonesia diperkirakan akan mengadopsi sebagian teknologi drone tempur dalam kerangka modernisasi TNI AU menuju 2030. Beberapa lembaga riset pertahanan dalam negeri telah mulai menjajaki pengembangan sistem nirawak otonom yang dapat dikolaborasikan dengan armada jet tempur nasional.
Secara keseluruhan, pengembangan sistem skuadron tempur berbasis AI ini menandai transformasi signifikan dalam teknologi militer yang selama ini mengandalkan kendali manusia penuh. Proyek KF-21 menjadi pionir di Asia dalam menerapkan konsep tempur berteknologi tinggi hasil kerja sama multinasional.
Ke depan, pengembangan serupa diperkirakan akan muncul di negara lain sebagai respons terhadap perubahan pola ancaman global. Oleh karena itu, program KF-21 dinilai strategis tidak hanya untuk pertahanan nasional Korea Selatan, tetapi juga memperkuat hubungan militer dan teknologi antarnegara.
dari pengembangan sistem skuadron tempur AI berbasis jet KF-21 adalah pergeseran paradigma menuju medan perang otomatis dan terintegrasi. Dengan target penempatan operasional tahun 2030, program ini mencerminkan kesiapan teknologi dan strategi pertahanan Korea Selatan.
Penerapan teknologi tempur AI dinilai sebagai bentuk adaptasi militer terhadap dinamika ancaman yang semakin kompleks. Dengan dukungan kecerdasan buatan, efektivitas dan efisiensi operasi militer dapat ditingkatkan secara signifikan.
Partisipasi Indonesia dalam proyek ini memberikan manfaat strategis jangka panjang. Selain memperkuat kemampuan tempur TNI AU, kerja sama ini membuka peluang besar dalam pengembangan industri pertahanan nasional.
Pemerintah Indonesia perlu mengoptimalkan transfer teknologi dan mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi era tempur berbasis AI. Langkah ini penting untuk menjaga keseimbangan kekuatan regional dan menjaga kedaulatan negara.
Dalam jangka panjang, pengembangan dan adopsi teknologi tempur modern harus disertai kebijakan pertahanan yang visioner dan inklusif, untuk memastikan bahwa inovasi ini benar-benar menjadi alat pertahanan, bukan sumber konflik baru. ( * )