Gresik EKOIN.CO – Freeport Hadapi 100 Ribu Ton Konsentrat Tertunda
PT Freeport Indonesia menghadapi tantangan signifikan akibat penundaan startup fasilitas smelter di Gresik, Jawa Timur. Insiden ini dipicu perbaikan pabrik oksigen di PT Smelting yang menyebabkan sekitar 100 ribu ton konsentrat tembaga tidak dapat diproses.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut Katri, juru bicara Freeport, perhitungan penundaan ini mengacu pada kapasitas pemurnian konsentrat di smelter PT Smelting yang mencapai 1,3 juta ton per tahun. “Penundaan startup ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 100 ribu ton konsentrat tidak dapat diproses,” ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (20/8/2025).
Katri menambahkan, pihaknya tengah melakukan analisis mendalam untuk menilai dampak penundaan terhadap operasi produksi upstream Freeport Indonesia. Langkah ini penting guna meminimalkan gangguan terhadap pasokan tembaga nasional.
Insiden perbaikan pabrik oksigen ini berbeda dari kebakaran unit asam sulfat yang terjadi di Smelter Manyar, Gresik, pada Oktober 2024. Kebakaran sebelumnya membuat Freeport memperoleh relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga hingga pertengahan 2025, setelah investigasi menyatakan insiden tersebut merupakan kejadian kahar (force majeure).
Dampak Operasional Freeport
Perbaikan pabrik oksigen memaksa Freeport melakukan penyesuaian operasional yang signifikan. “Kami sedang menganalisis dampak penundaan ini terhadap produksi upstream,” kata Katri. Para analis menilai penundaan ini bisa memengaruhi jadwal pengiriman konsentrat tembaga ke pasar global.
Selain itu, langkah ini juga menjadi indikator penting mengenai kesiapan fasilitas smelter dalam menghadapi perawatan rutin dan perbaikan mendadak. Freeport menegaskan penanganan insiden dilakukan dengan standar keselamatan tinggi untuk mencegah dampak lebih besar.
Langkah Strategis dan Keputusan Ekspor
Sebagai dampak lanjutan, Freeport McMoRan Inc menjual bijih tembaga akibat gangguan operasional ini. Penjualan bijih dilakukan untuk menjaga kelancaran rantai pasokan dan stabilitas operasional di tengah penundaan fasilitas smelter.
Perusahaan menekankan, insiden ini tidak berkaitan dengan kelalaian pekerja melainkan faktor teknis dari pabrik oksigen. Pengalaman sebelumnya saat kebakaran unit asam sulfat menjadi pembelajaran penting bagi Freeport dalam menangani situasi force majeure.
Katri menekankan, pihaknya tetap berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan kelancaran izin ekspor jika diperlukan. Sejak kebakaran unit asam sulfat, relaksasi izin ekspor telah menjadi mekanisme yang efektif dalam menghadapi gangguan tak terduga.
Para pemangku kepentingan di industri pertambangan nasional menyoroti perlunya kesiapan fasilitas smelter terhadap perawatan dan insiden mendadak. Penundaan startup ini memberi pelajaran tentang pentingnya manajemen risiko dan cadangan operasional.
Freeport juga menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan produksi tembaga nasional. Penanganan insiden pabrik oksigen akan menjadi fokus utama hingga fasilitas kembali beroperasi optimal.
Upaya mitigasi meliputi pemeliharaan pabrik oksigen dan penjadwalan ulang proses produksi agar target tahunan tetap dapat dicapai. Strategi ini diharapkan mampu meminimalkan gangguan terhadap pasar domestik maupun ekspor.
Pakar industri menilai kejadian ini menjadi momentum penting bagi Freeport dan sektor pertambangan nasional untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko. Analisis dampak penundaan konsentrat juga menjadi acuan bagi pengambilan keputusan ekspor di masa mendatang.
Sejumlah pihak menekankan perlunya penguatan koordinasi antara perusahaan dan regulator agar gangguan teknis tidak berdampak luas pada industri pertambangan. Transparansi informasi terkait kapasitas dan perawatan fasilitas menjadi kunci penting.
Katri menutup pernyataannya dengan optimisme, menyatakan pihaknya fokus pada pemulihan dan memastikan bahwa penundaan tidak mengurangi kontribusi Freeport terhadap perekonomian nasional.
Langkah strategis Freeport dalam penanganan insiden ini menjadi contoh penting pengelolaan risiko di industri pertambangan global. Pelajaran dari Smelter Manyar dan pabrik oksigen dapat menjadi referensi bagi seluruh sektor.
Pihak manajemen menegaskan, seluruh perbaikan dilakukan dengan memperhatikan keselamatan kerja dan standar lingkungan. Keberlanjutan produksi menjadi prioritas utama dalam setiap langkah strategis.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v