Jakarta, EKOIN.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan peran strategisnya dalam memperkuat sains, teknologi, dan inovasi (STI) di kawasan ASEAN. Hal ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, dalam ASEAN Ministers Meeting on Science, Technology and Innovation (AMMSTI) ke-21 yang berlangsung di Gedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta, Jumat (20/6).
Sebagai tuan rumah, BRIN memanfaatkan forum ini untuk mempererat kerja sama regional dalam menghadapi tantangan global melalui pendekatan berbasis sains. Forum tingkat tinggi tersebut dihadiri para menteri, pejabat tinggi, dan perwakilan negara-negara ASEAN.
Kepala BRIN menyatakan bahwa posisi Indonesia adalah sebagai bagian aktif dari komunitas regional, bukan entitas yang berdiri sendiri. Ia menekankan pentingnya sinergi ASEAN untuk memperkuat ekosistem STI.
“Kami melihat diri kami sebagai bagian dari komunitas ASEAN yang lebih besar, bekerja bersama untuk memperkuat ekosistem STI regional,” ujar Handoko dalam sambutannya.
Ia menyampaikan bahwa AMMSTI-21 merupakan forum penting dalam membangun kemitraan, menyatukan program, serta bertukar pengalaman antarnegara ASEAN.
Fokus Kolaborasi Regional
“AMMSTI-21 adalah wadah penting untuk bertukar pengalaman, membentuk kemitraan, dan menyelaraskan program STI nasional dengan strategi kawasan ASEAN,” tambahnya.
Melalui forum ini, BRIN memperkenalkan platform riset kolaboratif yang memprioritaskan empat isu utama, yaitu kesehatan, keanekaragaman hayati, pengurangan risiko bencana, dan ekonomi digital.
Inisiatif tersebut menunjukkan komitmen BRIN dalam menghasilkan solusi berbasis sains atas tantangan bersama kawasan Asia Tenggara. Handoko mendorong agar platform ini segera direspons dengan tindakan nyata.
“Kami mengundang seluruh negara anggota ASEAN untuk bersama-sama mewujudkan visi ini menjadi hasil nyata yang inklusif,” tegasnya.
Partisipasi aktif negara-negara ASEAN dalam inisiatif tersebut dinilai penting untuk menciptakan ekosistem riset yang berkelanjutan dan tangguh di masa depan.
Apresiasi dari ASEAN dan Australia
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, memberikan apresiasi terhadap peran BRIN dalam menggerakkan ekosistem inovasi kawasan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi sebagai landasan daya saing global.
“Kita harus membangun ekosistem STI kolektif dan inklusif demi membuka daya saing ASEAN secara global. BRIN menunjukkan bahwa inovasi dapat dikembangkan dengan melibatkan startup, akademisi, dan sektor swasta dalam satu ekosistem regional yang kuat,” ujar Kao.
Ia juga menyoroti pentingnya implementasi ASEAN Plan of Action on STI (APASTI) 2026–2035. Rencana aksi ini disebut sebagai panduan kolektif dalam pengembangan STI jangka panjang ASEAN.
Menurut Kao, pencapaian tujuan bersama tergantung pada keseriusan kolaborasi seluruh negara anggota, serta peran kelembagaan seperti BRIN dalam memimpin langkah strategis tersebut.
Sementara itu, Duta Besar Australia untuk ASEAN, H.E. Tiffany McDonald, menyampaikan apresiasinya terhadap BRIN dan ASEAN atas peluncuran APASTI 2026–2035 yang disebutnya sebagai strategi visioner.
Kepemimpinan BRIN dalam Visi STI ASEAN
“Pemerintah Australia merasa terhormat bekerja sama dengan ASEAN melalui mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti AMMSTI. Strategi ini menempatkan STI sebagai inti pembangunan kawasan,” ujarnya.
Australia telah menjadi mitra strategis ASEAN dalam bidang STI sejak 2020, termasuk melalui kerja sama teknis dengan CSIRO, lembaga sains nasional Australia.
“Kami mengucapkan selamat kepada ASEAN dan BRIN atas kepemimpinannya dalam menyusun strategi jangka panjang yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Kolaborasi antara ASEAN dan Australia ini memperkuat upaya regional dalam membangun ketahanan melalui pendekatan ilmiah dan teknologi yang inovatif.
Melalui penyelenggaraan AMMSTI-21, BRIN menunjukkan kapasitasnya sebagai pusat sains nasional dan pemain utama dalam membentuk masa depan STI ASEAN yang unggul dan kompetitif.
Forum AMMSTI-21 menjadi bukti konkret bahwa BRIN mengambil peran strategis dalam penguatan ekosistem STI di kawasan ASEAN. Dengan memprioritaskan isu-isu krusial seperti kesehatan dan ekonomi digital, BRIN membuka ruang kolaborasi ilmiah lintas negara yang saling memperkuat.
Apresiasi dari Sekretaris Jenderal ASEAN dan Duta Besar Australia untuk ASEAN menegaskan kepercayaan internasional terhadap peran Indonesia dalam memimpin kerja sama kawasan. Implementasi strategi APASTI 2026–2035 menjadi langkah penting ke depan yang menuntut aksi kolektif.
Dalam konteks global yang penuh tantangan, kolaborasi ilmiah menjadi kunci untuk menciptakan ketahanan dan daya saing. BRIN telah menempatkan dirinya bukan hanya sebagai penggerak nasional, tetapi juga sebagai aktor utama dalam lanskap inovasi ASEAN yang dinamis dan inklusif.(*)