Iran, EKOIN.CO – Harga minyak global melonjak sekitar 3 persen pada Kamis waktu setempat atau Jumat WIB setelah serangan udara antara Israel dan Iran terus berlanjut. Investor mulai berspekulasi mengenai kemungkinan keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik tersebut.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus tercatat naik 2,15 dolar AS (sekitar Rp35.280 dengan asumsi kurs Rp16.420 per dolar AS) menjadi 78,85 dolar AS per barel. Angka ini merupakan penutupan tertinggi sejak 22 Januari. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 2,06 dolar AS atau sekitar Rp33.825 menjadi 77,20 dolar AS per barel.
Lonjakan harga ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk meningkatkan operasi serangan terhadap Iran. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyampaikan perintah tersebut ditujukan pada sasaran strategis di Teheran serta target-target militer lain yang dianggap mengancam.
Ia mengatakan perintah ini berkaitan dengan serangan balasan atas rudal Iran yang dilaporkan menghantam sebuah rumah sakit besar di kota Beersheba, Israel bagian selatan. Dalam keterangannya, Katz menjelaskan maksud dari operasi tersebut adalah untuk menghantam kekuatan inti kepemimpinan di Iran.
“(Tujuan dari serangan itu adalah untuk) melemahkan rezim ayatollah,” ungkap Israel Katz dalam unggahan media sosialnya.
Dirinya bahkan secara langsung menyebut nama Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebagai target militer, dan menyampaikan ancaman terbuka atas perannya dalam konflik ini.
“Militer Israel telah diberi instruksi dan tahu bahwa untuk mencapai semua tujuannya, orang ini sama sekali tidak boleh terus ada,” ucap Israel Katz.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan apakah Washington akan ikut melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Ia mengatakan belum membuat keputusan akhir dalam waktu dekat.
“Saya mungkin melakukannya, saya mungkin tidak melakukannya, maksud saya tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan,” ujar Donald Trump dalam pernyataannya kepada media.
Risiko pasokan minyak terancam dari Iran
Pihak Gedung Putih menyebutkan keputusan terkait keterlibatan militer Amerika Serikat akan diambil dalam dua pekan ke depan.
Lembaga keuangan JPMorgan dalam laporannya menyampaikan kekhawatiran mengenai risiko ketidakstabilan pasokan minyak global jika situasi di Iran tidak terkendali. Kepala penelitian komoditas global JPMorgan, Natasha Kaneva, mengatakan bahwa gangguan akibat pergolakan internal atau militer bisa berdampak besar pada harga minyak dunia.
“Jika sejarah dapat dijadikan acuan, ketidakstabilan lebih lanjut di Iran dapat menyebabkan harga minyak naik secara signifikan dalam jangka waktu yang panjang,” ucap Natasha Kaneva.
Menurutnya, hilangnya pasokan dari negara produsen utama seperti Iran sulit dipulihkan secara cepat dan justru bisa mendorong harga lebih tinggi.
“(Hilangnya pasokan akibat perubahan rezim) menjadi tantangan untuk segera pulih, yang selanjutnya mendukung kenaikan harga,” katanya.
Iran merupakan produsen terbesar ketiga dalam kelompok negara pengekspor minyak (OPEC), dengan produksi sekitar 3,3 juta barel per hari. Selain itu, wilayah perairan Selat Hormuz yang berada di selatan Iran menjadi jalur utama pengiriman energi global. Sekitar 18 hingga 21 juta barel minyak dan produk olahan melewati jalur ini setiap hari.
Jika ketegangan terus meningkat, potensi gangguan pengiriman energi akan makin besar. Goldman Sachs dalam analisisnya menyatakan bahwa risiko geopolitik dapat menambahkan beban harga hingga 10 dolar AS per barel dan membuat harga Brent melampaui 90 dolar AS per barel.
JP Morgan bahkan memperkirakan skenario ekstrem bisa mendorong harga melonjak hingga 120 hingga 130 dolar AS per barel, atau sekitar Rp1,97 juta hingga Rp2,13 juta per barel, jika Selat Hormuz ditutup akibat konflik bersenjata yang meluas.
Meski ada kemungkinan ketegangan di Timur Tengah mereda, analis memperkirakan harga minyak tidak akan kembali ke kisaran 60 dolar AS per barel seperti yang terlihat pada bulan lalu.