Jakarta EKOIN.CO – Harga sejumlah komoditas pangan strategis di Indonesia mengalami perubahan pada Rabu, 23 Juli 2025 pukul 08.00 WIB, berdasarkan data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas). Terjadi penurunan harga pada beberapa komoditas seperti cabai dan bawang merah, sementara harga beras premium dan ikan-ikanan justru mencatat kenaikan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Cabai dan bawang alami penurunan harga
Penurunan harga terjadi pada cabai rawit merah yang kini dibanderol sebesar Rp61.770 per kilogram, lebih rendah dari harga sebelumnya yang mencapai Rp63.419 per kilogram. Cabai merah keriting juga mengalami koreksi harga menjadi Rp42.561 per kilogram dari Rp45.567.
Cabai merah besar turut menunjukkan tren serupa. Dari sebelumnya Rp44.509 per kilogram, kini tercatat menjadi Rp40.863. Bawang merah mengalami penurunan harga menjadi Rp45.233 per kilogram, dari sebelumnya Rp47.229.
Harga bawang putih bonggol pun turun cukup signifikan. Dari sebelumnya Rp39.494 per kilogram, kini menjadi Rp37.417 per kilogram. Penurunan ini diharapkan meringankan beban masyarakat di tengah fluktuasi harga bahan pokok.
Kenaikan terjadi pada beras premium dan ikan
Sementara itu, harga beras premium mengalami kenaikan tipis. Dari sebelumnya Rp16.111 per kilogram, kini naik menjadi Rp16.136. Sebaliknya, harga beras medium justru turun menjadi Rp14.315 dari Rp14.388 per kilogram.
Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) mencatat adanya kenaikan harga beras, dari Rp12.529 menjadi Rp12.645 per kilogram. Hal ini menjadi perhatian karena SPHP ditujukan untuk menstabilkan harga bagi masyarakat.
Di sektor protein hewani, tiga jenis ikan konsumsi mengalami kenaikan harga. Ikan kembung naik menjadi Rp42.527 per kilogram dari sebelumnya Rp41.538. Ikan tongkol meningkat dari Rp34.398 menjadi Rp36.123 per kilogram.
Kenaikan harga juga terjadi pada ikan bandeng. Sebelumnya berada di angka Rp34.830, kini menjadi Rp35.579 per kilogram. Peningkatan harga ini berbanding terbalik dengan harga telur ayam ras yang justru menurun.
Daging ayam ras kini berada di harga Rp35.823 per kilogram, naik dari Rp35.650. Sedangkan harga telur ayam ras turun dari Rp29.628 menjadi Rp29.093 per kilogram.
Daging sapi murni mencatat penurunan harga ringan dari Rp135.239 menjadi Rp134.597 per kilogram. Namun, daging kerbau mengalami penurunan yang lebih signifikan.
Harga daging kerbau beku impor turun dari Rp105.320 menjadi Rp98.646 per kilogram. Untuk daging kerbau segar lokal, harga turun dari Rp141.512 menjadi Rp135.000 per kilogram.
Minyak goreng juga menunjukkan tren penurunan. Minyak goreng kemasan turun dari Rp20.812 menjadi Rp20.378 per liter, sementara minyak curah dari Rp17.520 menjadi Rp17.055 per liter.
Namun, Minyakita mengalami kenaikan tipis, dari Rp17.535 menjadi Rp17.387 per liter. Kenaikan ini menjadi catatan tersendiri karena Minyakita merupakan produk intervensi pemerintah.
Harga tepung terigu curah juga turun dari Rp9.744 menjadi Rp9.521 per kilogram. Untuk tepung terigu kemasan, kini tercatat Rp12.639 dari sebelumnya Rp12.988 per kilogram.
Garam konsumsi mengalami penurunan harga dari Rp11.637 menjadi Rp11.161 per kilogram. Kedelai biji kering impor pun turun dari Rp10.842 menjadi Rp10.762 per kilogram.
Jagung yang digunakan oleh peternak juga menunjukkan penurunan, dari Rp6.196 menjadi Rp5.998 per kilogram. Harga gula konsumsi turun ringan dari Rp18.361 menjadi Rp18.234 per kilogram.
Fluktuasi harga bahan pangan ini menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat menjelang semester akhir tahun. Ketersediaan pasokan dan distribusi menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan harga.
Meskipun beberapa komoditas mengalami penurunan harga, tren kenaikan pada komoditas penting seperti beras premium dan ikan tetap menjadi sorotan. Pemerintah melalui Bapanas terus memantau pergerakan harga ini.
Distribusi dan pengawasan stok di lapangan juga menjadi fokus dalam pengendalian harga. Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan pangan nasional.
Konsumen diimbau untuk lebih cermat dalam memilih jenis bahan pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi, mengingat perbedaan harga pada setiap komoditas sangat bervariasi.
Perubahan harga bahan pokok yang dicatat Panel Harga Bapanas ini dapat menjadi rujukan penting bagi pelaku usaha ritel dan konsumen rumah tangga dalam mengatur pembelian harian mereka.
Pemerintah diharapkan terus memperkuat cadangan pangan nasional untuk mencegah lonjakan harga pada musim paceklik atau saat distribusi terganggu akibat cuaca maupun faktor lain.
Dalam menghadapi dinamika pasar pangan, edukasi dan informasi yang cepat kepada masyarakat menjadi penting agar tidak terjadi kepanikan atau aksi borong barang yang memicu kenaikan harga.
Distribusi informasi harga seperti yang disampaikan Panel Harga Bapanas sangat membantu dalam membentuk transparansi pasar dan menjaga kepercayaan konsumen.
Data harga ini juga bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri makanan dan minuman dalam menentukan harga jual produk agar tetap kompetitif dan sesuai dengan daya beli konsumen.
Pengawasan dari pemerintah terhadap distribusi dan rantai pasok bahan pangan sangat penting untuk menekan disparitas harga antarwilayah, terutama daerah-daerah terpencil.
dari pergerakan harga hari ini menunjukkan bahwa sektor pangan masih sangat dinamis dan rentan terhadap banyak faktor, baik eksternal maupun internal. Diperlukan kebijakan adaptif dan responsif dari pemangku kebijakan untuk menjaga stabilitas.
Langkah-langkah seperti memperkuat cadangan pangan dan mempercepat distribusi ke wilayah rawan harga tinggi bisa menjadi solusi jangka pendek. Sementara dalam jangka panjang, penguatan produksi lokal dan stabilisasi pasokan menjadi kunci utama.
Pengawasan yang ketat terhadap distribusi bahan pangan bersubsidi juga diperlukan agar tepat sasaran dan tidak menimbulkan ketimpangan harga di pasar. Data yang akurat dan real-time sangat membantu dalam mengambil kebijakan yang tepat sasaran.
Masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak melakukan pembelian secara berlebihan yang bisa memicu kenaikan harga lebih lanjut. Informasi yang akurat seperti ini perlu terus disampaikan secara masif.
Kolaborasi antara pemerintah, pelaku pasar, dan konsumen sangat dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan harga dan pasokan. Tanpa kerja sama tersebut, stabilitas pangan sulit untuk dipertahankan dalam jangka panjang. (*)