Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri dua sesi utama pada hari kedua rangkaian Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Afrika Selatan. Dalam sesi yang diselenggarakan pada Jumat (18/7), ia menyoroti tantangan pembiayaan pembangunan di kawasan Afrika serta urgensi mengatasi kesenjangan pembiayaan iklim yang semakin melebar.
Pada sesi kelima yang membahas hambatan pembangunan di Afrika, Menteri Keuangan menyoroti menurunnya ketersediaan dana konsesional sebagai tulang punggung pembiayaan pembangunan. “Oleh karenanya, diperlukan cara baru yang lebih berkelanjutan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Instagram @smindrawati.
Ia menunjukkan bahwa partisipasi modal swasta dapat didorong untuk pembangunan publik. Antara lain melalui platform seperti SDG Indonesia One dan Infrastructure Guarantee Fund sebagai contoh implementasi konkret.
Sri Mulyani juga menegaskan bahwa solidaritas global berupa kerja sama ekonomi antara negara berkembang dengan kawasan Afrika perlu diperkuat. Kolaborasi tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan pembangunan lintas kawasan.
Upaya Indonesia dalam memperkuat struktur pembiayaan global disampaikan secara konsisten oleh Sri Mulyani dalam forum internasional tersebut. Ia menekankan pentingnya pendekatan berkelanjutan dan kemitraan jangka panjang.
Sorotan pada Krisis Pembiayaan Iklim
Sementara itu, pada sesi keenam yang merupakan sesi terakhir, Menteri Keuangan secara tegas menyatakan bahwa kesenjangan pembiayaan iklim makin lebar, sementara dampak perubahan iklim semakin cepat terasa.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa langkah-langkah seperti penguatan lembaga keuangan multilateral, peningkatan pembiayaan konsesional, percepatan mobilisasi modal swasta, serta creative blended finance menjadi sangat penting.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk terus mengambil peran melalui berbagai program konkret. Program tersebut meliputi pembentukan Dana Pooling Bencana dan asuransi pertanian.
Partisipasi modal swasta juga digerakkan melalui IDXCarbon sebagai bursa karbon di Indonesia. Upaya ini menjadi bagian dari strategi transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Menutup paparannya, Sri Mulyani mengutip tokoh dunia. “Progress is only possible when we choose to work together across differences for a common good. And it is always impossible until it’s done.”
Partisipasi Sri Mulyani dalam dua sesi utama G20 menegaskan sikap aktif Indonesia dalam membentuk ekosistem pembiayaan global yang inklusif. Penurunan dana konsesional dan tantangan perubahan iklim menjadi sorotan penting dalam forum ini.
Melalui pemaparan yang terstruktur, Sri Mulyani menawarkan pendekatan praktis untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan. Keterlibatan sektor swasta, penguatan platform nasional, dan kolaborasi antar negara menjadi landasan strategis.
Dengan membawa contoh nyata dari dalam negeri, seperti IDXCarbon dan Dana Pooling Bencana, Indonesia menunjukkan kesiapannya menjadi mitra pembangunan yang berkomitmen dalam menyongsong masa depan ekonomi berkelanjutan.(*)