Jakarta, EKOIN.CO – Dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerima delegasi dari tiga lembaga riset utama Prancis: Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS), Institut de Recherche pour le Développement (IRD), dan Campus France.
Pertemuan berlangsung pada Rabu, 28 Mei 2025, di Gedung BJ Habibie, Jakarta. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, memimpin pertemuan tersebut dan memperkenalkan jajaran BRIN kepada para tamu delegasi.
Kunjungan ini dimaksudkan untuk membahas peluang kolaborasi riset dan inovasi antara Indonesia dan Prancis, khususnya melalui BRIN sebagai badan yang menaungi kegiatan penelitian nasional.
Kerja sama BRIN dan CNRS sendiri telah dimulai sejak Juli 2024 melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang kolaborasi di bidang riset dan inovasi. Kolaborasi ini terus berkembang, termasuk di bidang elektronika dan informatika, bersama Université Polytechnique Hauts-de-France (UPHF).
Pada bulan Desember 2024 lalu, sebuah joint workshop diselenggarakan di Prancis yang menghasilkan peluncuran program Degree by Research (DbR), dengan melibatkan tiga peneliti dari BRIN.
Kolaborasi Strategis Antar Lembaga Riset
Program DbR menjadi bagian dari penguatan kerja sama ilmiah antara BRIN dan lembaga-lembaga riset Prancis. “DbR juga terbuka untuk mahasiswa asing dan joint post doctoral fellowship sebagai salah satu program yang bisa dikerjasamakan antara BRIN dengan IRD, CNRS, dan Campus France,” jelas Handoko.
Selain itu, BRIN juga terlibat melalui Organisasi Riset (OR) Kesehatan dalam kegiatan CNRS bertajuk One Health ASEAN-France. Kegiatan tersebut mempertemukan ilmuwan dari Asia Tenggara dan Prancis sebagai ajang pertukaran pengetahuan.
Ada pula rencana kolaborasi baru antara BRIN, Universitas Bordeaux, dan CNRS dalam bidang arkeologi dan etnoarkeologi, dengan fokus khusus di kawasan Papua.
Potensi lain yang dijajaki meliputi pemetaan keahlian peneliti BRIN untuk dihubungkan dengan laboratorium dan profesor CNRS, serta integrasi program School of Science sebagai wadah temu ilmuwan muda kedua negara.
Kolaborasi ini tidak hanya bersifat bilateral, tetapi diarahkan untuk memperluas jaringan riset internasional Indonesia melalui forum-forum ilmiah dunia.
Forum Ilmiah dan Penguatan Jejaring Global
BRIN membuka peluang kerja sama dengan CNRS dalam penyelenggaraan World Science Forum (WSF) 2026 yang akan digelar di Indonesia. Salah satu opsi kolaborasi adalah menempatkan perwakilan CNRS dalam Scientific Committee (SC) WSF.
CNRS juga dipertimbangkan untuk diundang dalam rapat SC yang direncanakan berlangsung pada 8–9 Juli 2025 di Jakarta. Keterlibatan mereka diharapkan dapat memperkaya diskursus ilmiah pada forum tersebut.
“Kunjungan ini merupakan kesempatan kami untuk memperluas kerja sama yang sudah kita miliki. Saya yakin bahwa di masa depan, kami akan semakin banyak berkolaborasi antara BRIN dengan CNRS,” ungkap Presiden CNRS, Antoine Petit.
Petit menambahkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya Prancis mempererat hubungan di bidang pendidikan tinggi dan riset dengan Indonesia.
Kunjungan delegasi CNRS ini menjadi bagian dari kegiatan resmi dalam lawatan kenegaraan Presiden Emmanuel Macron ke Indonesia.
Dukungan untuk Generasi Ilmuwan Muda
Dalam kesempatan tersebut, BRIN juga melakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) dengan CNRS terkait pengembangan School of Science. Inisiatif ini difokuskan untuk membina ilmuwan muda dari kedua negara.
“BRIN mempunyai misi untuk membina ilmuwan muda masa depan, jadi LoI School of Science antara CNRS dan BRIN ini merupakan langkah yang bagus untuk mendukung generasi muda,” ujar Handoko.
CNRS adalah lembaga riset publik terbesar di Prancis yang didirikan pada tahun 1939 dan berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Penelitian Republik Prancis.
CNRS menjalankan misi penelitian dasar multidisiplin, mencakup bidang sains alam, teknik, sosial, dan humaniora. Kolaborasi dengan lembaga seperti BRIN memperluas dampak kerja ilmiah mereka secara global.
Sampai saat ini, CNRS mengelola lebih dari 1.100 laboratorium termasuk sekitar 80 Laboratorium Riset Internasional (RLs) dan memiliki 11 kantor perwakilan di luar negeri, termasuk Asia Tenggara.
Kolaborasi riset antara BRIN dan CNRS memperlihatkan sinergi strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan lintas negara. Ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak untuk tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun ekosistem riset global yang inklusif dan terbuka. Indonesia diuntungkan dengan akses terhadap jaringan laboratorium, teknologi, dan keahlian riset dari Prancis.
Bagi BRIN, peluang ini harus dimanfaatkan untuk membangun kapasitas peneliti muda Indonesia agar siap bersaing di kancah internasional. Program seperti DbR dan School of Science menjadi pintu masuk pembinaan SDM unggul. Penguatan kelembagaan dan infrastruktur riset nasional juga harus terus dilakukan agar kemitraan semacam ini berdampak nyata dan berkelanjutan.
Pemerintah dan masyarakat ilmiah di Indonesia dapat mendukung langkah ini dengan memperkuat dukungan terhadap kegiatan riset, baik dari segi anggaran maupun kebijakan. Kerja sama ini juga harus dijadikan contoh kolaborasi yang mengutamakan keberlanjutan dan pertukaran pengetahuan yang setara antara negara berkembang dan maju.(*)