Jakarta, EKOIN.CO – Penurunan ekspor batu bara Indonesia ke dua pasar utamanya, yakni China dan India, menjadi perhatian serius pemerintah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kini mendorong para pelaku usaha untuk memperluas cakupan pasar ekspor menyusul berkurangnya permintaan dari dua negara tersebut.
Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan produksi dalam negeri di China dan India. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Tri Winarno. “Ya karena produksi, karena memang supply lagi over, India sama China kan produksinya meningkat,” kata Tri saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (26/6/2025).
Meski belum dapat menjabarkan proyeksi ekspor hingga akhir tahun, pemerintah tetap mempertahankan target produksi nasional tahun ini sebesar 715 juta ton. Sebagai respons atas situasi ini, ESDM mengajak pelaku usaha untuk menjajaki pasar potensial lain, terutama di kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Malaysia. Upaya diversifikasi ekspor tersebut dilakukan melalui skema kerja sama business-to-business (B2B).
Laporan terbaru yang dirilis Energy Shift Institute (ESI) juga menguatkan sinyal penurunan ekspor batu bara ke China dan India. Hazel Ilango, Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, menjelaskan bahwa permintaan batu bara Indonesia ke depan akan mengalami perubahan struktural akibat pergeseran menuju energi baru terbarukan (EBT).
“Kita juga melihat pergeseran struktural dalam permintaan. Berdasarkan riset EMBER, grafik di sebelah kiri menunjukkan bahwa di Tiongkok, permintaan listrik baru (garis hitam) terus meningkat, sementara pembangkit fosil (garis merah) mulai melandai sejak awal 2010-an,” kata Hazel dalam peluncuran laporan ESI berjudul Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty, dikutip Rabu (18/6/2025).
Tren serupa juga mulai tampak di India, walaupun berjalan lebih lambat. Hazel menambahkan bahwa dua pertiga pertumbuhan kebutuhan listrik India masih disokong batu bara, namun arah pergeseran ke energi bersih semakin kuat. “Jika tren ini berlanjut, ekspor batu bara Indonesia bisa stagnan atau bahkan turun dalam jangka panjang,” ujarnya.
Sebagai tambahan, Presiden China Xi Jinping pada 2024 menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap target iklim 2035. Disebutkan bahwa 81% pertumbuhan permintaan listrik Tiongkok tahun lalu dipenuhi oleh energi bersih, sehingga ketergantungan terhadap batu bara mulai mendekati titik jenuh.