Jakarta, EKOIN.CO – Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 4,10 miliar dolar AS pada Juni 2025. Capaian ini memperpanjang tren surplus yang tercatat pada Mei 2025 sebesar 4,30 miliar dolar AS.
Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa surplus perdagangan pada bulan Juni didorong oleh sektor nonmigas. Surplus neraca nonmigas mencapai 5,21 miliar dolar AS, dengan ekspor nonmigas senilai 22,33 miliar dolar AS.
Ekspor berbasis sumber daya alam seperti lemak serta minyak hewani dan nabati tetap dominan. Di sisi lain, produk manufaktur kimia juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja ekspor tersebut.
Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi mitra dagang utama. Ketiga negara itu tetap menyerap sebagian besar produk nonmigas Indonesia, memperkuat posisi ekspor nasional di tengah dinamika global.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi 1,11 miliar dolar AS. Penurunan ini terjadi karena impor migas turun lebih besar dibanding ekspor migas.
Ketahanan Eksternal Diperkuat
Bank Indonesia menilai, surplus neraca perdagangan ini memberikan dampak positif terhadap stabilitas eksternal ekonomi nasional. Hal ini memperkuat cadangan devisa dan ketahanan terhadap tekanan eksternal.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain untuk meningkatkan ketahanan eksternal,” demikian pernyataan resmi BI yang diterima redaksi, Jumat (1/8/2025).
Pada periode 28 Juli hingga 1 Agustus 2025, nilai tukar Rupiah bergerak fluktuatif. Pada 31 Juli, Rupiah ditutup pada level Rp16.450 per dolar AS dan dibuka kembali di Rp16.500 pada pagi hari berikutnya.
Sejalan dengan itu, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke 6,56 persen. Kenaikan ini mencerminkan antisipasi pasar terhadap sentimen global dan pengaruh pasar keuangan Amerika Serikat.
Yield US Treasury Note 10 tahun tercatat turun ke level 4,374 persen. Sementara indeks dolar AS (DXY) menguat ke 99,97, mengindikasikan penguatan mata uang AS terhadap sejumlah mata uang utama.
Pergerakan Modal Asing
Bank Indonesia juga melaporkan pergerakan aliran modal asing selama pekan keempat Juli 2025. Tercatat terjadi jual neto oleh nonresiden sebesar Rp16,24 triliun di pasar keuangan domestik.
Rinciannya, nonresiden melakukan jual neto sebesar Rp2,27 triliun di pasar saham, Rp1,37 triliun di pasar SBN, dan Rp12,60 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara kumulatif sepanjang tahun berjalan hingga 31 Juli 2025, nonresiden mencatat jual neto Rp58,69 triliun di pasar saham dan Rp77,39 triliun di SRBI. Namun, terdapat beli neto Rp59,07 triliun di pasar SBN.
Bank Indonesia menyampaikan bahwa premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun pada 31 Juli 2025 berada di level 71,40 basis poin, naik dari posisi 69,94 basis poin pada 25 Juli.
Koordinasi antara BI, Pemerintah, dan otoritas keuangan lain terus diperkuat. Strategi bauran kebijakan dioptimalkan demi mendukung ketahanan eksternal perekonomian nasional secara berkelanjutan.
Dukungan Kebijakan Berkelanjutan
Bank Indonesia juga menyampaikan bahwa kondisi global dan domestik terus menjadi perhatian utama. Volatilitas pasar menjadi pertimbangan penting dalam menjaga stabilitas makroekonomi nasional.
Dengan ketatnya dinamika eksternal, penguatan instrumen bauran kebijakan terus dilakukan. Fokus utama tetap pada stabilisasi nilai tukar dan pengelolaan arus modal asing.
Peran BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah juga sejalan dengan kebijakan fiskal Pemerintah. Langkah koordinatif ini menjadi landasan dalam mengantisipasi tekanan eksternal lebih lanjut.
Kinerja positif neraca perdagangan memberikan ruang bagi penguatan cadangan devisa nasional. Bank Indonesia berharap tren ini terus berlanjut seiring peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi.
Langkah-langkah penguatan fundamental ekonomi nasional terus dikembangkan, termasuk penguatan daya saing sektor ekspor dan penurunan ketergantungan pada impor energi.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 menjadi indikator positif di tengah ketidakpastian global. Sektor nonmigas yang tetap solid berhasil menjadi penopang utama kinerja perdagangan.
Bank Indonesia memandang surplus ini sebagai momentum untuk memperkuat stabilitas ekonomi eksternal. Komitmen untuk menjaga nilai tukar, memperkuat cadangan devisa, dan menstabilkan pasar keuangan terus digencarkan.
Dengan koordinasi lintas otoritas dan penerapan bauran kebijakan adaptif, Indonesia memiliki potensi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global.(*)