Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mendorong pentingnya pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) yang berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan Indonesia. Hal itu disampaikan usai pertemuannya dengan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, di Kantor PBNU, Jakarta, pada Jumat (20/6/2025).
Dalam keterangannya, Menko PMK menekankan bahwa kemajuan teknologi harus tetap sejalan dengan karakter, moralitas, dan identitas bangsa. Ia menyebut telah dibentuk Gugus Tugas untuk mengawal arah pengembangan AI di Indonesia.
“Kami di Kemenko PMK telah membentuk Gugus Tugas untuk kecerdasan artifisial. Intinya, kita memperjuangkan human-centered AI, bahwa masyarakat Indonesia di semua lapisan harus menggunakan AI secara bijak dan cerdas,” ujar Menko PMK.
Menurut Pratikno, pemanfaatan AI seharusnya memperkuat kedaulatan data serta mendorong narasi kebudayaan nasional. Oleh sebab itu, pembangunan sistem AI perlu berbasis pada cara berpikir bangsa sendiri dan pengalaman lokal.
Dalam pertemuan dengan PBNU, salah satu fokus pembahasan adalah pemanfaatan AI dalam pendidikan keagamaan. Teknologi dinilai mampu membuka akses luas terhadap pembelajaran agama, termasuk Al-Qur’an dan hadits.
Pemanfaatan AI dalam Pendidikan Keagamaan
AI juga dianggap bisa menghadirkan sistem koreksi tajwid otomatis, menyatukan kitab-kitab hadits dalam basis data terpadu, serta merancang kurikulum yang adaptif sesuai kebutuhan pelajar. Namun, penggunaan teknologi ini dinilai perlu diawasi secara ketat.
Menko PMK mengingatkan bahwa AI dalam konteks keagamaan harus diiringi dengan kontrol etis dan pengawasan ulama agar tidak terjadi penyimpangan makna teks suci atau pelemahan peran otoritas keagamaan.
Di sisi lain, Pratikno menyebutkan bahwa penggunaan AI secara masif dapat menimbulkan risiko. Ia menyebut potensi distorsi interpretasi, erosi otoritas ulama tradisional, dan pelemahan aspek spiritual sebagai tantangan yang harus diantisipasi.
Menurutnya, inovasi perlu diseimbangkan dengan pelestarian nilai-nilai luhur agar kemajuan teknologi tidak merenggangkan manusia dari akar budaya dan agamanya.
“Kami memiliki kerangka kerja yang kami sebut AI for All, AI for Many, dan AI for Few. AI for All memastikan bahwa seluruh masyarakat dapat memahami dan memanfaatkan AI secara bijak. AI for Many mendorong inovasi yang meningkatkan produktivitas di berbagai sektor. Dan AI for Few merupakan investasi kita dalam riset dan pengembangan agar ke depan, Indonesia memiliki algoritma dan asupan data yang mencerminkan perspektif dan kepentingan nasional,” jelasnya.
Kolaborasi untuk Ekosistem AI yang Berkeadaban
Pratikno berharap Indonesia mampu membangun ekosistem kecerdasan artifisial yang inklusif dan kontekstual. Menurutnya, ini hanya dapat tercapai dengan kolaborasi antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat luas.
Ia menekankan bahwa Indonesia tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi global, tetapi harus mengambil peran sebagai pelaku utama dalam menentukan arah perkembangan AI yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Penguatan literasi digital dan pengembangan riset domestik juga menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk memastikan bahwa AI berkembang dalam koridor kepentingan nasional.
Melalui pendekatan tersebut, Pratikno menyatakan AI akan menjadi alat bantu untuk kemajuan bersama, tanpa meninggalkan dimensi kemanusiaan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pertemuan Menko PMK dengan PBNU menandai langkah penting dalam menyelaraskan perkembangan kecerdasan artifisial dengan nilai-nilai budaya dan keagamaan Indonesia. Pratikno menekankan bahwa AI harus dibangun dengan fondasi moral dan identitas bangsa yang kuat agar tidak kehilangan arah.
Pemanfaatan AI dalam bidang pendidikan keagamaan menjadi contoh konkret yang menjanjikan namun juga menantang. Diperlukan pengawasan ulama serta keterlibatan masyarakat dalam memastikan bahwa teknologi tetap melayani kebutuhan spiritual dan intelektual umat.
Dengan kerangka kerja seperti AI for All dan kolaborasi lintas sektor, pemerintah berupaya menciptakan ekosistem AI yang tidak hanya inovatif, tetapi juga membumi dan berkeadaban. Tujuannya agar Indonesia mampu menjadi kekuatan teknologi yang berkarakter dan berdaulat.(*)