JAKARTA, EKOIN.CO – Penjualan motor listrik Polytron mengalami penurunan drastis pada Semester I 2025. Head of Group Product EV 2W Polytron Indonesia, Ilman Fachrian, menyebut anjloknya penjualan tak lepas dari belum jelasnya kebijakan pemerintah terkait insentif motor listrik yang masih digantung hingga kini. Gabung WA Channel EKOIN
Ilman mengungkapkan penjualan motor listrik Polytron di periode Januari–Juni 2025 turun lebih dari 50 persen dibandingkan tahun lalu. Padahal pada Semester I 2024, perusahaan berhasil membukukan penjualan sekitar 12.000 unit. Artinya, tahun ini jumlahnya diperkirakan tidak sampai 6.000 unit.
“Ya lebih dari 50 persen (penurunan),” kata Ilman saat ditemui di Jakarta, Jumat (16/8/2025). Pernyataan itu menegaskan bahwa kebijakan insentif pemerintah sangat berpengaruh terhadap minat masyarakat membeli motor listrik.
Motor listrik tertekan tanpa insentif
Pada tahun 2024, pemerintah sempat memberikan subsidi motor listrik sebesar Rp7 juta untuk setiap keluarga. Namun pada 2025, program tersebut tidak dilanjutkan dan hingga Semester II belum ada kepastian soal insentif serupa. Kondisi ini membuat konsumen memilih menunda pembelian motor listrik.
Ilman menyebut ketidakjelasan kebijakan subsidi menimbulkan efek domino di pasar. Banyak calon pembeli menunggu kepastian dari pemerintah, sehingga angka penjualan stagnan. “Parahnya lagi belum ada kejelasan dari pemerintah apakah akan ada insentif atau tidak,” ujarnya.
Meski demikian, Polytron berusaha mengurangi dampak tersebut dengan meluncurkan program insentif mandiri. Sejak Juni 2025, perusahaan memberikan potongan harga Rp7 juta untuk setiap pembelian motor listrik, tanpa ada batasan kuota seperti skema pemerintah.
Langkah ini diharapkan bisa menggairahkan kembali minat konsumen. Dengan model insentif mandiri, Polytron ingin menunjukkan keseriusannya dalam mendukung percepatan adopsi motor listrik di Indonesia.
Dominasi model motor listrik Polytron
Sejak meluncurkan produk pertamanya pada 2021, Polytron mencatatkan penjualan total mendekati 40.000 unit hingga Agustus 2025. Model yang paling diminati pasar adalah Polytron Fox R.
Selain Fox R, ada juga Fox S yang sempat populer namun kini sudah berhenti diproduksi. Sementara di posisi ketiga penjualan ditempati oleh Fox 500 yang masih beredar di pasaran.
Data ini menunjukkan bahwa meski mengalami penurunan tajam di Semester I 2025, motor listrik Polytron masih memiliki basis pengguna yang kuat. Tantangannya kini adalah bagaimana menjaga tren penjualan tetap tumbuh di tengah belum adanya dukungan subsidi pemerintah.
Ilman menambahkan, Polytron tetap berkomitmen menghadirkan motor listrik berkualitas dengan harga kompetitif. Perusahaan optimistis pasar kendaraan listrik roda dua di Indonesia akan terus berkembang jika ada dukungan regulasi yang konsisten.
Pengamat menilai insentif menjadi faktor penting dalam transisi kendaraan konvensional ke motor listrik. Tanpa dukungan tersebut, harga motor listrik masih dianggap tinggi oleh sebagian besar konsumen.
Dengan kondisi ini, Polytron dan produsen motor listrik lain menunggu kepastian dari pemerintah agar pasar bisa kembali bergerak positif. Pasalnya, industri motor listrik juga terkait erat dengan target pengurangan emisi nasional.
Pada akhirnya, masa depan penjualan motor listrik sangat bergantung pada sinergi antara kebijakan pemerintah, strategi produsen, dan respons konsumen. Tanpa kepastian insentif, tren penjualan bisa terus melambat hingga akhir 2025. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v