JAKARTA EKOIN.CO – Sejumlah negara kini aktif menggunakan rupiah dalam transaksi perdagangan dan keuangan dengan Indonesia. Skema ini dijalankan melalui Local Currency Settlement (LCS) dan Local Currency Transaction (LCT), yang memungkinkan pembayaran dilakukan langsung dengan mata uang lokal masing-masing tanpa perlu konversi dolar Amerika Serikat.
Langkah tersebut disebut menjadi strategi penting dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan, mendorong efisiensi biaya transaksi, serta memperluas akses perdagangan lintas negara. Bank Indonesia (BI) mencatat kerja sama ini semakin berkembang sejak pertama kali dijalin dengan Malaysia dan Thailand pada 2016. Gabung di WA Channel EKOIN.
Rupiah dalam Perdagangan Asia
Malaysia dan Thailand tercatat sebagai mitra pertama yang menerapkan mekanisme perdagangan dengan rupiah. Kesepakatan ini kemudian diperluas menjadi Local Currency Transaction (LCT) pada Agustus 2023, mencakup pembiayaan lintas batas hingga investasi aset keuangan.
China menyusul dengan mengimplementasikan settlement rupiah–yuan sejak 2021. Dengan skema ini, eksportir dan importir dapat menggunakan mata uang masing-masing secara langsung. Kerja sama tersebut juga diperluas untuk memungkinkan transaksi di bidang investasi dan perbankan.
India turut bergabung pada Maret 2024. Bank Indonesia bersama Reserve Bank of India menandatangani nota kesepahaman untuk mendorong penggunaan rupiah dan rupee dalam perdagangan bilateral. “Inisiatif ini memberikan peluang lebih luas bagi pelaku usaha kedua negara untuk mengurangi risiko nilai tukar,” kata pernyataan resmi Bank Indonesia.
Selain itu, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Uni Emirat Arab termasuk dalam negara yang ikut memperluas penggunaan rupiah. Jepang bahkan menunjuk BNI Tokyo sebagai dealer resmi untuk memfasilitasi transaksi rupiah–yen.
QRIS dan Ekspansi Digital Rupiah
Penggunaan rupiah juga hadir dalam transaksi ritel lintas batas melalui sistem QRIS Cross-Border. Thailand, Malaysia, dan Singapura telah mengintegrasikan QRIS sehingga wisatawan dapat bertransaksi langsung dengan kode QR menggunakan mata uang lokal maupun rupiah.
Pada 17 Agustus 2025, Jepang menjadi negara non-ASEAN pertama yang resmi meluncurkan QRIS. Bank Indonesia juga menargetkan implementasi QRIS di Arab Saudi mulai 2026, terutama untuk memudahkan jamaah haji dan umrah dalam melakukan pembayaran tanpa harus menukar uang.
Perluasan ini sejalan dengan upaya dedolarisasi yang sedang digencarkan banyak negara di kawasan Asia. Menurut BI, semakin luasnya penggunaan rupiah tidak hanya berdampak pada penguatan ekonomi nasional, tetapi juga meningkatkan daya saing pelaku usaha kecil menengah yang kini bisa bertransaksi langsung dengan mitra luar negeri.
Langkah tersebut mendapat dukungan dari para eksportir. “Pembayaran dengan rupiah membuat transaksi lebih efisien karena tidak perlu lagi konversi ganda melalui dolar,” ujar salah satu pelaku usaha tekstil yang rutin mengekspor ke Thailand.
Secara keseluruhan, kerja sama penggunaan rupiah telah mencakup berbagai sektor mulai dari ekspor-impor, investasi langsung, pembiayaan lintas negara, hingga transaksi digital. Peta perluasan ini menunjukkan arah baru dalam perdagangan global yang lebih inklusif.
Penggunaan rupiah dalam perdagangan internasional telah berkembang pesat dengan melibatkan negara-negara besar di Asia hingga Timur Tengah.
Kebijakan ini memperkuat daya saing ekonomi nasional, mengurangi biaya transaksi, serta menekan risiko kurs.
Penerapan LCS dan LCT di berbagai negara membuktikan rupiah semakin diterima dalam perdagangan global.
Selain memperluas pasar ekspor, langkah ini juga memberi peluang bagi usaha kecil menengah untuk masuk ke pasar internasional.
Dengan fondasi kuat, rupiah berpotensi menjadi mata uang regional yang lebih berpengaruh di masa depan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v