Jakarta, EKOIN.CO – Kepedulian terhadap masa depan bumi dan keberlangsungan hidup generasi mendatang mendorong berbagai sektor untuk bertransformasi, termasuk sektor perbankan. Di tengah tantangan perubahan iklim global, pembangunan ekonomi tidak lagi hanya soal pertumbuhan, tetapi juga soal keberlanjutan. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi turut berperan menjaga lingkungan dan mendukung kesejahteraan sosial.
Menjawab tantangan tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperkuat perannya sebagai institusi keuangan yang peduli terhadap pembangunan berkelanjutan. Hingga April 2025, BNI telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp182,2 triliun, yang mencerminkan komitmen nyata bank dalam mendukung ekonomi hijau dan transformasi menuju sistem keuangan yang bertanggung jawab.
Dari total pembiayaan tersebut, sebesar Rp72,8 triliun secara khusus dialokasikan untuk pembiayaan hijau. Dana ini dimanfaatkan untuk mendukung proyek-proyek yang berdampak langsung terhadap kelestarian lingkungan, termasuk sektor energi terbarukan, pengelolaan air, dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menegaskan pentingnya strategi keberlanjutan dalam operasional bank. Dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (10/6), Okki menyampaikan bahwa pembiayaan berkelanjutan menjadi bagian dari strategi jangka panjang BNI.
“Pembiayaan berkelanjutan menjadi strategi BNI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan prinsip keberlanjutan. Dinamika perubahan iklim juga mendorong sektor perbankan untuk berperan aktif dalam pembiayaan yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Okki.
Fokus pada Sektor Strategis dan Pembiayaan Tertaut Keberlanjutan
Ia menambahkan bahwa BNI terus memperkuat penerapan prinsip keberlanjutan dalam proses bisnis, termasuk dalam penyaluran kredit ke sektor-sektor yang memberi dampak positif bagi lingkungan. Bank ini tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam pendampingan bisnis berkelanjutan.
Hingga kini, BNI telah menyalurkan pembiayaan berbasis Sustainability Linked Loans (SLL) sebesar Rp6,0 triliun. Skema ini diterapkan pada berbagai sektor strategis seperti agrifood, industri semen, baja, produk batubara, dan kemasan. Tujuannya adalah mendorong pelaku usaha meningkatkan kinerja keberlanjutan mereka secara konkret.
Selain pembiayaan, BNI mengembangkan sistem Risk Acceptance Criteria (RAC) yang memasukkan mitigasi risiko perubahan iklim. Sistem ini mencakup persyaratan minimum bagi debitur di sektor-sektor berisiko tinggi terhadap lingkungan.
Beberapa syarat tersebut antara lain kepemilikan sertifikasi RSPO/ISPO, dokumen AMDAL atau UPL/UKL, serta ketaatan terhadap standar PROPER. Untuk sektor perkebunan kelapa sawit, BNI menegaskan komitmen pada kebijakan No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE).
Penerapan prinsip selektif juga dilakukan terhadap sektor-sektor beremisi tinggi. BNI mensyaratkan adanya rencana transisi energi yang jelas dan terukur dari para debitur, sebagai bentuk dukungan terhadap pembiayaan yang bertanggung jawab.
Integrasi Prinsip ESG dalam Proses Bisnis
Tuntutan regulator dan pasar terhadap praktik bisnis yang lebih etis dan berkelanjutan turut mendorong BNI mengadopsi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Prinsip ini diintegrasikan ke seluruh aspek proses bisnis dan kebijakan internal bank.
“BNI optimistis dapat mendorong transformasi menuju sistem keuangan hijau. Dengan pembiayaan berkelanjutan dan penerapan prinsip ESG, BNI berupaya mewariskan lingkungan sehat untuk generasi mendatang,” tegas Okki.
Transformasi ini tidak hanya memperkuat reputasi bank, tetapi juga menjadi langkah strategis menghadapi risiko lingkungan dan sosial di masa depan. Komitmen terhadap ESG memperluas jangkauan perbankan BNI kepada pelaku usaha yang memiliki visi jangka panjang.
Dengan strategi yang holistik, BNI tak hanya hadir sebagai penyedia modal, tetapi juga sebagai katalis perubahan menuju praktik usaha yang bertanggung jawab. Kolaborasi dengan pelaku industri dan lembaga terkait menjadi bagian penting dari pendekatan ini.
Dengan terus mendorong pembiayaan hijau dan selektif dalam pengucuran kredit, BNI menunjukkan kepemimpinan di sektor keuangan nasional dalam mendukung agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Langkah BNI menyalurkan pembiayaan berkelanjutan hingga Rp182,2 triliun mencerminkan arah kebijakan yang berpihak pada lingkungan dan generasi mendatang. Alokasi Rp72,8 triliun untuk sektor hijau menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung ekosistem rendah karbon di Indonesia.
Pendekatan berbasis ESG serta penerapan prinsip NDPE, PROPER, dan Risk Acceptance Criteria menjadi fondasi yang kuat dalam memastikan pembiayaan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, tetapi justru menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Strategi ini juga memperkuat kepercayaan investor dan pasar terhadap institusi keuangan nasional.
Ke depan, diperlukan sinergi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk memperluas dampak inisiatif serupa. Dengan menjadi teladan, BNI membuka jalan bagi lembaga keuangan lain untuk turut serta dalam perjalanan menuju masa depan ekonomi yang bertumbuh dengan tanggung jawab dan keberlanjutan.(*)