Bogor EKOIN.CO – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Teori dan Praktik Budidaya Pisang Berkelanjutan Menuju Kedaulatan Pangan” di Markas Kodim 0621/Kabupaten Bogor, Cibinong, pada Rabu (20/8/2025). Kegiatan ini menegaskan pentingnya budidaya pisang sebagai salah satu solusi untuk mendukung kedaulatan pangan nasional.
Program tersebut diinisiasi oleh Kelompok Keilmuan Genetika dan Bioteknologi Molekuler (KKGBM) SITH ITB. Ketua tim pelaksana, Husna Nugraha Praja, Ph.D., menegaskan bahwa program ini menjadi langkah konkret dalam memperkenalkan teknik modern yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.
Baca juga : Digitalisasi Peternakan Ayam dan Ikan di Mentawai
“Melalui program ini, kami ingin memberikan kontribusi nyata bagi kedaulatan pangan dengan memperkenalkan teknik budidaya pisang yang lebih modern, berkelanjutan, dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan tidak hanya berupa penyampaian materi, melainkan juga praktik langsung. Dr. Tati Kristianti menjelaskan bahwa peserta mendapatkan pengalaman penanaman, perawatan, hingga pengolahan produk turunan pisang. Dengan demikian, kegiatan ini menyatukan pendekatan teori dan keterampilan nyata di lapangan.
Budidaya Pisang untuk Kedaulatan Pangan
Pemilihan pisang sebagai fokus utama didasari oleh potensi besar komoditas tersebut. Pisang merupakan buah tropis dengan nilai ekonomi tinggi, mudah dibudidayakan, dan memiliki peran penting dalam diversifikasi pangan nasional. “Harapan kami, masyarakat tidak hanya mampu membudidayakan pisang, tetapi juga mengembangkan produk olahan bernilai tambah yang dapat menopang ekonomi keluarga maupun daerah,” kata Dr. Tati.
Kegiatan ini juga melibatkan Kodim 0621/Kabupaten Bogor sebagai mitra penting. Dandim 0621, Letkol Henggar Tri Wahono, melalui Danramil Sukaraja, Lettu Inf Idang Mulyana, menyampaikan apresiasinya terhadap program tersebut. Menurutnya, kegiatan ini relevan dengan kebutuhan anggota TNI, terutama yang akan memasuki masa purna tugas.
“Program ini sekaligus mendukung upaya swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah, serta program Makan Bergizi Gratis (MBG), di mana pisang menjadi salah satu komponen utama dalam paket gizi,” jelasnya.
Selain memberikan edukasi, kegiatan ini diharapkan membuka peluang bagi masyarakat untuk menciptakan usaha baru berbasis pisang. Dengan adanya keterampilan pengolahan produk turunan, seperti keripik pisang, tepung pisang, atau minuman berbahan dasar pisang, masyarakat dapat memperkuat ketahanan ekonomi lokal.
Sinergi Akademisi, Pemerintah, dan Masyarakat
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli dari ITB, seperti Husna Nugraha Praja, Ph.D.; Dr. Dadang Sumardi; Prof. Dr. Fenny M. Dwivany; Ernawati Arifin G.R., Ph.D.; Popi Septiani, Ph.D.; serta Dr. Rer. Nat. I Dewa Made Kresna. Mereka membagikan ilmu dan pengalaman sesuai bidang keahliannya.
Menurut Prof. Dr. Fenny M. Dwivany, pisang tidak hanya penting sebagai sumber pangan, tetapi juga memiliki potensi penelitian dalam bidang bioteknologi. Dengan riset lebih mendalam, pisang dapat menjadi bahan utama untuk produk kesehatan maupun industri pangan masa depan.
Program ini dirancang tidak berhenti pada satu kali pertemuan. Ke depan, ITB melalui SITH berencana mengembangkan modul pelatihan lanjutan yang dapat diakses masyarakat secara berkelanjutan. Langkah ini diharapkan menjadi model pengabdian masyarakat yang konsisten.
Keterlibatan Kodim 0621 memperkuat sinergi antara akademisi, aparat pemerintah, dan masyarakat. Sinergi ini membuktikan bahwa upaya kedaulatan pangan membutuhkan kerja sama lintas sektor agar dapat berjalan efektif.
Dengan adanya praktik langsung di lapangan, peserta kegiatan mampu memahami cara budidaya yang benar. Teknik modern, seperti pemilihan bibit unggul dan penggunaan metode ramah lingkungan, diperkenalkan secara detail agar mudah diterapkan.
Para peserta juga didorong untuk menerapkan hasil pelatihan di lingkungan masing-masing. Dengan demikian, transfer pengetahuan dapat berkembang secara luas, tidak hanya di tingkat komunitas, tetapi juga berdampak pada peningkatan produksi pangan daerah.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar Cibinong. Mereka melihat bahwa pelatihan budidaya pisang bukan sekadar teori, tetapi benar-benar memberikan nilai tambah bagi kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pemilihan lokasi di markas Kodim 0621 menegaskan bahwa program pengabdian masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas pemerintah yang sudah ada, sehingga lebih mudah menjangkau berbagai kalangan.
Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tinggi dapat terjun langsung memberikan manfaat sosial. Melalui pendekatan ilmiah yang dikombinasikan dengan praktik lapangan, masyarakat bisa memperoleh pengetahuan yang relevan sekaligus aplikatif.
Jika program seperti ini diperluas ke wilayah lain, maka kemandirian pangan berbasis komoditas lokal dapat tercapai lebih cepat. Pisang sebagai komoditas tropis unggulan mampu menjadi pilar ketahanan pangan dan membuka peluang usaha baru di banyak daerah.
Kegiatan budidaya pisang berkelanjutan ini menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat tidak harus berskala besar untuk memberikan dampak. Meski sederhana, pendekatan yang tepat dapat menghasilkan manfaat luas, baik dari sisi ekonomi, gizi, maupun lingkungan.
Sebagai tindak lanjut, masyarakat diharapkan terus mengembangkan keterampilan yang diperoleh. Dengan kerja sama berkelanjutan antara ITB, pemerintah, dan komunitas, cita-cita mewujudkan kedaulatan pangan akan semakin nyata.
Program ini juga dapat dijadikan inspirasi bagi perguruan tinggi lain untuk lebih aktif menyalurkan ilmu pengetahuan ke masyarakat. Semakin banyak universitas yang terlibat, semakin besar pula peluang Indonesia memperkuat sistem ketahanan pangan nasional.
Pemerintah daerah dan aparat setempat diharapkan mendukung tindak lanjut dari kegiatan ini. Dukungan regulasi, akses pasar, serta pendampingan usaha kecil akan mempercepat terwujudnya manfaat nyata dari budidaya pisang.
Dengan keberhasilan program ini, masyarakat Bogor bisa menjadi contoh bagi wilayah lain. Budidaya pisang yang berkelanjutan bukan hanya sekadar praktik pertanian, melainkan juga bagian dari gerakan menuju kedaulatan pangan yang mandiri.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v