BANDUNG, EKOIN.CO – Rencana relokasi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dari Kota Bandung ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, dipandang sebagai langkah strategis yang dapat mengurangi beban fiskal daerah sekaligus mendorong pengembangan industri pertahanan nasional. Hal itu diungkapkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat menghadiri kegiatan di Kampus Unpad, Bandung, Jumat (22/8/2025).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut Dedi, Pemprov Jabar selama ini harus menanggung biaya perawatan BIJB Kertajati sebesar Rp 60 miliar per tahun. Dengan adanya relokasi PTDI, biaya tersebut dipastikan bisa hilang dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Hilang kan (biaya perawatan). Nanti sudah dibiayai oleh industri pertahanan. Pemerintah Provinsi tidak usah membiayai lagi,” kata Dedi.
Relokasi PTDI Dorong Industri Pertahanan
Selain aspek fiskal, Dedi menekankan bahwa relokasi PTDI akan memberi ruang besar bagi industri kedirgantaraan dan pertahanan dalam negeri untuk berkembang. Selama ini, PTDI menghadapi kendala serius di Bandung, terutama terkait keterbatasan landasan pacu di Bandara Husein Sastranegara dan lokasi pabrik yang terhimpit permukiman.
Menurutnya, kondisi itu membuat PTDI sulit menguji coba pesawat secara maksimal. “Tidak mungkin misalnya PTDI di Bandung itu berkembang dengan pesat dalam posisi untuk tes pesawatnya juga mengalami keterbatasan landasan. Sehingga saya punya gagasan, bagaimana kalau industri pertahanan dalam negeri itu semuanya dipusatkan di Kertajati,” jelasnya.
Relokasi ini diprediksi akan memperkuat ekosistem industri pertahanan Indonesia. PTDI yang memproduksi pesawat berbagai tipe akan berada di lokasi dengan fasilitas lebih memadai, sehingga uji terbang dan pengembangan produk dapat dilakukan tanpa hambatan teknis.
Kertajati Bisa Bangkitkan Penerbangan Komersial
Selain memajukan industri pertahanan, relokasi PTDI ke BIJB Kertajati juga berpotensi menghidupkan kembali aktivitas penerbangan komersial di bandara terbesar di Jawa Barat itu. Dedi menyebut kehadiran industri besar akan menarik minat maskapai untuk membuka rute penerbangan baru.
“Jadi kalau di sana (Kertajati) sudah ramai, komersialnya ikut ramai. Kan kalau ramai dengan industri pertahanan, pesawat-pesawatnya banyak, maskapai pasti berminat juga,” tutur Dedi.
Kertajati sempat diharapkan menjadi salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia. Namun, operasionalnya tidak berkembang sesuai rencana awal. Dengan adanya relokasi PTDI, bandara tersebut diyakini akan kembali hidup dan memberi dampak ekonomi bagi wilayah sekitar.
Lebih jauh, Dedi menuturkan bahwa gagasan pemindahan PTDI sudah ia komunikasikan dengan sejumlah pihak penting. Di antaranya Direktur Utama PTDI, pimpinan PT Pindad, hingga Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau).
“Kalau sudah kawasan ekonomi khusus terbentuk, industri pertahanan di situ, maka maskapai penerbangannya akan jalan. Kita tahu bahwa tidak ada halangan juga kalau itu adalah pangkalan udara tetap membuka maskapai penerbangan sipil,” ujarnya.
Jika rencana ini terealisasi, BIJB Kertajati tidak hanya menjadi pusat pertahanan dan kedirgantaraan, tetapi juga kawasan ekonomi baru yang terintegrasi dengan berbagai sektor strategis.
Relokasi PTDI dari Bandung ke Kertajati dapat menjadi solusi efektif mengurangi beban APBD Jawa Barat. Beban biaya perawatan bandara sebesar Rp 60 miliar per tahun dipastikan berkurang.
Dari sisi industri, langkah ini dipandang sebagai momentum strategis bagi pengembangan kedirgantaraan Indonesia. PTDI akan memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk mendukung produksi dan uji terbang pesawat.
Efek berganda juga muncul pada sektor penerbangan komersial. Kehadiran industri pertahanan diprediksi mampu menarik maskapai membuka rute baru di BIJB Kertajati.
Selain itu, wilayah Majalengka dan sekitarnya akan memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar melalui peningkatan aktivitas bandara. Kawasan ekonomi khusus yang direncanakan dapat mempercepat transformasi wilayah tersebut.
Dengan sinergi pemerintah, industri, dan TNI AU, relokasi ini berpotensi mengubah Kertajati menjadi pusat pertahanan sekaligus kedirgantaraan nasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v