Jakarta, EKOIN.CO – Film “Jumbo” resmi mencatat sejarah sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa setelah menyalip perolehan penonton “KKN di Desa Penari” yang bertahan di puncak sejak awal 2023. Rekor tersebut dikukuhkan pada Minggu (1/6) petang, tepat di hari ke-62 penayangan film besutan Visinema Studios itu.
KKN di Desa Penari sebelumnya memegang rekor dengan 10.061.033 penonton. Namun menurut situs Cinepoint, per Senin pagi (2/6), Jumbo telah mengumpulkan 10.073.332 penonton. Angka tersebut diraih bahkan sebelum pihak Visinema mengeluarkan pengumuman resmi jumlah penonton terbaru pada siangnya.
Film yang disutradarai Ryan Adriandhy ini menjadi sorotan karena mampu menembus dominasi film horor dan drama lokal yang biasanya mendominasi box office. Dengan hanya satu versi tayang, Jumbo melesat hingga 10 juta penonton hanya dalam dua bulan, jauh lebih cepat dari KKN yang membutuhkan waktu delapan bulan dan beberapa versi tayang.
Visinema mengumumkan pencapaian tersebut pada Minggu malam (2/6) melalui unggahan media sosial mereka. Dalam pernyataannya, mereka menyebutkan bahwa film ini menjadi hasil dari kerja keras selama lima tahun dari lebih dari 420 kreator dan kru.
“Teman-teman semua telah mengukir sejarah bersama JUMBO. Kita sama-sama membuktikan bahwa cerita bisa menggerakkan hati, dan kalian adalah bagian tak terpisahkan dari itu,” demikian kutipan dari pengumuman resmi Visinema.
Prestasi Jumbo Lampaui Batas
Selain sebagai film Indonesia terlaris, Jumbo juga mengukir rekor sebagai film animasi Indonesia dengan penonton terbanyak sepanjang masa. Ini sekaligus menjadikannya film animasi Asia Tenggara terlaris, mengalahkan animasi dari negara-negara seperti Thailand dan Malaysia.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa animasi buatan dalam negeri dapat bersaing di industri perfilman nasional, bahkan melampaui film-film bergenre horor yang selama ini merajai bioskop. Hal ini menjadi momentum penting bagi perkembangan industri animasi di Indonesia.
“Terima kasih untuk lebih dari 420 kreator dan seluruh Tim JUMBO yang sudah mencurahkan energi, waktu, dan hatinya sejak 5 tahun lalu,” tulis pihak Visinema dalam rilis yang diunggah ke media sosial.
Film Jumbo menceritakan kisah Don, anak laki-laki berusia 10 tahun bertubuh besar, yang kerap dijuluki “Jumbo” oleh teman-temannya. Ia ingin membuktikan dirinya melalui pertunjukan panggung berdasarkan buku dongeng peninggalan orang tuanya.
Namun buku tersebut dicuri oleh anak nakal bernama Atta, memaksa Don memulai petualangan untuk mengambilnya kembali. Dalam prosesnya, ia bertemu dengan Meri, arwah anak kecil dari dunia lain yang ingin bertemu kembali dengan orang tuanya.
Dukungan Aktor Ternama
Film ini diperkuat oleh jajaran pengisi suara ternama seperti Prince Poetiray, Yusuf Ozkan, Graciella Abigail, dan Muhammad Adhiyat. Di balik karakter dewasa, ada nama-nama besar seperti Ariel NOAH, Bunga Citra Lestari, Angga Yunanda, dan Kiki Narendra.
Cerita dan visual film yang mengangkat tema keluarga, persahabatan, dan keberanian, berhasil menyentuh berbagai kalangan usia. Kombinasi ini memberikan daya tarik kuat yang membuat film animasi ini sukses secara komersial dan emosional.
Menurut catatan Cinepoint, angka penonton Jumbo per Senin pagi (2/6) terus bertambah dan berpotensi meningkat lagi seiring rencana penayangan internasional. Namun, Visinema Studios belum merinci negara mana saja yang akan menjadi destinasi ekspansi berikutnya.
“Rasanya tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan seberapa besar rasa bahagianya. Bersyukur, luar biasa,” lanjut pernyataan dari Visinema Studios dalam unggahan mereka.
Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
Dengan keberhasilan Jumbo, daftar lima film Indonesia terlaris kini mengalami perubahan signifikan. Berikut urutannya berdasarkan jumlah penonton:
- Jumbo – 10.076.973 penonton (sementara)
- KKN di Desa Penari – 10.061.033 penonton
- Agak Laen – 9.125.188 penonton
- Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 – 6.858.616 penonton
- Pengabdi Setan 2: Communion – 6.391.982 penonton
Posisi teratas yang berhasil direbut Jumbo menjadi tonggak baru dalam sejarah film nasional, terutama untuk genre animasi. Ini memberikan harapan baru pada perfilman Indonesia agar lebih beragam dan berani dalam mengeksplorasi genre-genre yang belum banyak dieksplorasi.
Visinema mengapresiasi setiap bentuk dukungan, termasuk tepuk tangan, tawa, dan air mata dari penonton. Mereka menyebut para penonton bukan sekadar konsumen, melainkan bagian penting dari perjalanan Jumbo.
“Terima kasih untuk setiap tawa, tangis, dan tepuk tanganmu di bioskop. Kalian bukan sekadar penonton, kalian adalah bagian dari perjalanan ini,” tulis perwakilan dari rumah produksi tersebut.
Keberhasilan Jumbo patut menjadi refleksi bahwa pasar film Indonesia kini lebih terbuka terhadap genre dan pendekatan cerita yang beragam. Kisah animasi lokal yang kaya imajinasi mampu bersaing dan bahkan memimpin box office nasional, sebuah capaian yang layak dirayakan.
Pemerintah dan pelaku industri perlu lebih aktif memberikan dukungan pada film animasi lokal. Dengan potensi sumber daya manusia yang besar dan teknologi yang semakin canggih, Indonesia bisa menjadi pusat produksi animasi berkualitas di kawasan Asia Tenggara.
Ke depan, keberhasilan ini diharapkan tidak hanya menjadi pencapaian satu kali, tetapi menjadi langkah awal bagi generasi pembuat film berikutnya untuk terus mengangkat cerita lokal dengan pendekatan kreatif dan berdaya saing global.(*)