Jakarta, EKOIN.CO – Harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru pada Senin (14/7/2025), menyentuh level US$122.838 per koin atau setara Rp2 miliar. Kenaikan hampir 100% dalam setahun ini mengerek kapitalisasi pasar Bitcoin sempat menembus US$2,4 triliun, menjadikannya aset kelima paling bernilai di dunia – melampaui raksasa teknologi Amazon.
Lonjakan harga terjadi bersamaan dengan pembahasan tiga rancangan undang-undang kripto di DPR AS yang dijuluki “Pekan Kripto”. “CLARITY Act, Anti-CBDC Surveillance State Act, dan GENIUS Act akan menciptakan kerangka regulasi yang mendukung inovasi,” tegas Pemimpin Mayoritas DPR AS Steve Scalise. Ekspektasi regulasi yang lebih jelas ini memicu optimisme pasar, meski orang terkaya di dunia kripto Changpeng Zhao justru tak banyak diuntungkan karena tidak memegang Bitcoin secara langsung.
Forbes mencatat enam miliarder yang kekayaannya membengkak signifikan akibat rally terbaru ini. Michael Saylor, CEO MicroStrategy, menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dengan tambahan kekayaan US$6,8 miliar. Perusahaannya kini menguasai 601.550 BTC senilai US$74 miliar. “Kami percaya Bitcoin sebagai penyimpan nilai terbaik dalam jangka panjang,” ujar Saylor dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Di posisi kedua ada Brian Armstrong, CEO Coinbase, yang kekayaannya bertambah US$5,2 miliar berkat kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Sementara kembar Winklevoss, pemilik 28.288 BTC, masing-masing mencatat peningkatan kekayaan US$3,7 miliar. “Kami telah lama yakin pada masa depan Bitcoin,” kata Tyler Winklevoss yang bersama saudaranya baru-baru ini mendonasikan Bitcoin untuk kampanye Donald Trump.
Pelaku pasar lain yang menikmati keuntungan besar termasuk Mike Novogratz (Galaxy Digital) dengan tambahan US$2,4 miliar, Fred Ehrsam (Pendiri Coinbase) US$1,1 miliar lebih kaya, serta Tim Draper yang portofolio Bitcoin sitaan Silk Road-nya kini bernilai US$3,6 miliar.
Kenaikan Bitcoin kali ini unik karena terjadi bersamaan dengan penguatan pasar saham global yang juga mendekati rekor tertinggi. Analis mencatat antusiasme investor terhadap aset digital semakin kuat meski volatilitas tetap tinggi. “Ini menunjukkan kripto mulai dianggap sebagai bagian dari alokasi aset mainstream,” jelas seorang analis Wall Street yang enggan disebutkan namanya.