Jakarta, EKOIN.CO – Indonesia mencatat kemenangan penting dalam sengketa biodiesel di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melawan Uni Eropa (UE). Putusan tersebut membuka peluang lebih luas bagi ekspor biodiesel nasional ke pasar Eropa yang selama ini terhambat oleh kebijakan bea imbalan. Kemenangan ini menegaskan posisi kuat Indonesia di sektor energi terbarukan, khususnya biodiesel.
Gabung WA Channel EKOIN untuk update berita energi
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, menyampaikan bahwa ekspor biodiesel tetap menunjukkan tren positif meskipun digempur sengketa sejak 2019. “Kalau memang kita kompetitif, dikenakan instrumen seperti anti dumping ataupun bea masuk, itu belum tentu otomatis menurunkan kinerja. Buktinya di 2021-2022 ekspor biodiesel masih cukup baik. Tapi di 2023-2024 kembali mengalami tekanan,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Kemenangan Biodiesel di WTO
Menurut Djatmiko, Uni Eropa menuding harga biodiesel Indonesia terlalu murah karena dugaan subsidi pemerintah. Namun, panel WTO menyatakan tuduhan itu tidak terbukti. “Pemerintah Indonesia juga tidak terbukti memberikan arahan atau mewajibkan pelaku usaha menjual biodiesel di bawah harga tertentu,” jelasnya.
Selain itu, kebijakan bea keluar dan pungutan ekspor CPO yang diterapkan Indonesia juga tidak dapat dikategorikan sebagai subsidi. UE pun gagal membuktikan adanya hubungan langsung antara impor biodiesel asal Indonesia dengan kerugian yang dialami produsen Eropa.
“EU gak bisa meyakinkan sekaligus membuktikan adanya hubungan sebab akibat. Implikasinya Uni Eropa wajib mencabut instrumen bea masuk imbalan terhadap biodiesel asal Indonesia,” kata Djatmiko. Dengan begitu, ekspor biodiesel Indonesia berpotensi mengalir lebih deras ke Eropa.
Tercatat pada 2023, ekspor biodiesel Indonesia ke UE naik tajam, tumbuh 6,7 persen dengan nilai rata-rata ekspor sekitar US$ 319,7 juta. Tren ini diprediksi akan semakin meningkat setelah putusan WTO menghapus hambatan bea masuk.
Industri Biodiesel Nasional Kian Menguat
Saat ini industri biodiesel Indonesia ditopang oleh 26 produsen yang tersebar di 12 provinsi. Kapasitas produksi terus meningkat, bahkan pada 2024 produksi diperkirakan mencapai 13,9 juta kiloliter.
Konsumsi domestik juga terus berkembang. Pada 2024, konsumsi biodiesel diproyeksikan 13 juta kiloliter dan ditargetkan naik menjadi 15,6 juta kiloliter pada 2025. Angka ini menunjukkan peran biodiesel yang semakin vital dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Selain menopang energi terbarukan, industri biodiesel juga membuka lapangan kerja luas. Proyeksi penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 1,3 juta orang di sektor off-farm, serta 1,5 juta orang di sektor on-farm.
Beberapa eksportir utama biodiesel Indonesia adalah PT Ciliandra Perkasa, PT Intibenua Perkasatama, PT Musim Mas (Musim Mas Group), PT Pelita Agung Agrindustri, PT Permata Hijau Palm Oleo (Permata Group), serta PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia (Wilmar Group).
Dengan landasan ini, posisi Indonesia semakin kuat untuk menjadi pemain kunci dalam perdagangan biodiesel global.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v