Rinjani EKOIN.CO – Seorang wisatawan asal Malaysia mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Kamis, 26 Juni 2025. Insiden terjadi di jalur menuju Segara Anak dari arah Sembalun, Lombok Timur, sekitar pukul 15.20 WITA. Korban terpeleset dan terjatuh hingga 200 meter, menyebabkan luka pada kepala dan kaki.
Tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), SAR, personel TNI-Polri, serta relawan langsung bergerak menuju lokasi setelah menerima laporan. Proses evakuasi berlangsung hingga Jumat malam. Korban, yang diketahui berinisial NAH dan berusia 47 tahun, berhasil dievakuasi dalam keadaan sadar meskipun mengalami cedera.
Setelah ditemukan, korban segera dibawa menuju Pelawangan Sembalun menggunakan tandu. Evakuasi dilanjutkan menuju Pos 2 dan tiba pada pagi hari, sebelum akhirnya dibawa ke Puskesmas Sembalun menggunakan kendaraan patroli untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
Sesampainya di fasilitas kesehatan, korban hanya memerlukan perawatan ringan. Luka di bagian kepala dibalut, dan kaki yang terkilir ditangani secara medis. Kepala Balai TNGR, Yarman, memastikan kondisi korban sudah stabil saat dievakuasi.
Korban kemudian kembali ke Senaru dan bergabung kembali dengan rombongan wisata. Yarman juga mengimbau seluruh pendaki untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat melalui jalur yang curam dan licin, serta saat cuaca mendadak berubah buruk.
Ia menekankan pentingnya peran pemandu dan penyelenggara perjalanan (travel organizer) dalam mengawasi dan mendampingi peserta pendakian selama berada di kawasan rawan. Hal ini penting guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.
Kejadian serupa juga baru saja terjadi beberapa hari sebelumnya. Seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), dilaporkan jatuh ke jurang sedalam 600 meter pada Sabtu, 21 Juni 2025. Lokasi jatuhnya berada di jalur Cemara Tunggal saat ia tengah mendaki dari arah Sembalun.
Tim penyelamat sempat mendeteksi keberadaan korban melalui kamera drone pada 23 Juni, namun jenazah baru berhasil dievakuasi dua hari kemudian, pada 25 Juni. Proses evakuasi tersebut dilakukan dari kedalaman jurang yang cukup terjal dan memakan waktu cukup panjang.
Dokter forensik dari RSUP Prof. IGNG Ngoerah, dr. Ida Bagus Putu Alit, menyatakan bahwa korban meninggal dunia akibat cedera parah akibat benturan benda tumpul, yang mengakibatkan kerusakan organ dalam dan pendarahan hebat.
Autopsi menunjukkan bahwa korban hanya mampu bertahan sekitar 20 menit setelah terjatuh sebelum akhirnya meninggal. Kematian bukan disebabkan oleh suhu dingin atau hipotermia, melainkan luka berat yang langsung dialami saat terjatuh.
Setelah kejadian tersebut, pihak TNGR menutup sementara jalur pendakian menuju puncak melalui Pelawangan Sembalun untuk keperluan evakuasi. Jalur baru kembali dibuka pada 28 Juni setelah proses evakuasi selesai dan dinyatakan aman untuk dilalui.
Pengelola TNGR mengingatkan bahwa beberapa titik jalur memiliki karakteristik berbatu dan licin, terutama saat hujan turun atau cuaca berubah secara tiba-tiba. Pendaki diimbau agar ekstra hati-hati di lokasi-lokasi seperti itu.
Guide dan travel organizer diminta lebih ketat dalam mengawasi pergerakan peserta. Pengelola juga mempertimbangkan pemasangan rambu tambahan dan pos pengawas di titik-titik rawan kecelakaan di masa mendatang.
Pihak SAR sendiri tengah mengevaluasi prosedur penanganan darurat agar lebih cepat dan terorganisasi, mengingat kompleksitas medan di kawasan Rinjani yang tidak mudah diakses.
Cuaca ekstrem dan medan terjal menjadi kombinasi yang sering menimbulkan bahaya di Gunung Rinjani. Jalur menuju Segara Anak dikenal curam, berbatu, dan sering kali licin setelah hujan, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan.
Untuk itu, penggunaan perlengkapan mendaki yang sesuai, seperti sepatu dengan cengkeraman kuat, sangat dianjurkan. Pendaki juga harus membawa perlengkapan pelindung tambahan dan tetap mengikuti instruksi dari pemandu.
Kelompok pendakian disarankan berjalan bersama-sama dan tidak menyebar, guna mempermudah pengawasan dan bantuan bila terjadi insiden di lapangan.
Pihak pengelola TNGR mengingatkan bahwa izin mendaki hanya akan diberikan kepada peserta yang terdaftar secara resmi melalui sistem online dan wajib menyertakan data pemandu resmi sebagai pendamping.
Rencana pelatihan dasar navigasi dan keselamatan bagi para pendaki serta penyelenggara juga sedang digagas sebagai bagian dari upaya meminimalisir risiko jatuh saat berada di jalur berbahaya.
Peran aktif semua pihak sangat dibutuhkan untuk menciptakan pendakian yang aman. Pengelola, relawan, aparat, dan komunitas pendaki diharapkan dapat bekerja sama dalam membangun sistem keselamatan yang komprehensif.
Tindak lanjut dari insiden yang terjadi dalam sepekan terakhir dapat menjadi momentum untuk memperbaiki sistem informasi cuaca dan peta risiko yang lebih akurat di jalur pendakian Rinjani.
Keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap pendakian. Tidak hanya menjadi tanggung jawab pengelola, namun juga para peserta dan pemandu yang terlibat.
Rinjani memang menawarkan keindahan luar biasa, namun risiko yang ada tidak boleh diabaikan. Edukasi, pelatihan, dan kewaspadaan menjadi kunci utama agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
Semua pelaku ekowisata di kawasan Rinjani diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab mereka terhadap kondisi keselamatan jalur, serta kesiapan menangani situasi darurat secara cepat dan tepat.
Korban kecelakaan asal Malaysia menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan semua pihak dalam menghadapi potensi bahaya di gunung. Penanganan yang cepat menjadi faktor penting dalam keselamatan korban.
Dengan adanya pemandu yang sigap, serta sistem pelaporan yang berfungsi baik, proses penyelamatan dapat berlangsung cepat meskipun kondisi medan sangat sulit. Keberhasilan evakuasi ini perlu diapresiasi sekaligus dievaluasi untuk peningkatan di masa depan.
Kejadian ini juga menunjukkan bahwa jalur di Rinjani membutuhkan pengawasan ketat, khususnya di musim cuaca tidak menentu. Rambu peringatan, pos darurat, dan patroli berkala menjadi kebutuhan mendesak.
Pihak TNGR perlu terus memperkuat kerja sama dengan instansi terkait agar mampu merespons secara tanggap dan efisien saat kejadian serupa terjadi lagi. Selain itu, pelatihan dan edukasi keselamatan bagi pengunjung wajib dijadikan standar.
Akhirnya, kesadaran dari setiap pendaki bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama menjadi pelindung terbaik dalam menjelajahi alam bebas seperti Rinjani. Semoga tragedi ini tidak kembali terulang di masa mendatang.(*).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v