Surin EKOIN.CO – Thailand dan Kamboja telah menyetujui gencatan senjata tanpa syarat, setelah bentrokan sengit di perbatasan yang memicu krisis kemanusiaan dan ketegangan diplomatik.
Pada Senin, 28 Juli 2025 tengah malam waktu setempat, kedua negara menandatangani perjanjian penghentian pertempuran yang ditengahi oleh Malaysia, dengan dukungan diplomatik dari Amerika Serikat dan China Perjanjian itu dinyatakan efektif serta-merta, diharapkan menjadi langkah awal menuju perdamaian berkelanjutan
Konflik dimulai pada pagi hari Kamis, 24 Juli 2025, ketika pasukan Kamboja menembaki tentara Thailand di dekat Kuil Ta Moan Thom, wilayah sengketa antara Provinsi Oddar Meanchey (Kamboja) dan Provinsi Surin (Thailand) Thailand menuduh pihak Kamboja menggunakan drone pengintai sebelum melepaskan tembakan artileri dan roket BM‑21
Selanjutnya, militer Thailand membalas melalui serangan udara menggunakan jet F‑16 yang menghancurkan pos komando Tentara Infanteri Kamboja ke‑8 dan ke‑9 di Ubon Ratchathani Dua tank Kamboja juga diklaim telah dihancurkan oleh pasukan Thailand di sekitar Khao Sattasom
Jumlah korban terus meningkat. Setidaknya 38 hingga 43 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil, termasuk delapan warga sipil di Sisaket dan seorang anak berusia delapan tahun Lebih dari 300.000 orang mengungsi, termasuk sekitar 131.000 warga Thailand dan 37.000 warga Kamboja perbatasan dengan Kamboja, terutama di Provinsi Ubon Ratchathani dan Sisaket, memicu gangguan transportasi dan perdagangan lintas batas Sekolah serta fasilitas publik di zona perbatasan sebagian besar tutup dan desa banyak kosong karena evakuasi massal
Angkatan Darat Thailand menyatakan tetap berpegang pada prinsip hukum internasional dan mengklaim respons atas serangan “hak membela diri” sesuai Pasal 51 Piagam PBB Mereka juga menuduh Kamboja melakukan pelanggaran senjata dan penggunaan ranjau darat secara ilegal di wilayah Thailand, yang melukai beberapa prajurit
Kampanye disinformasi dan sentimen nasionalisme di media sosial semakin memperburuk suasana, menimbulkan xenofobia terhadap warga Kamboja di Thailand. Banyak di antara mereka mengalami intimidasi sosial dan diskriminasi hingga memilih kembali ke negeri asalnya
Setelah perjanjian gencatan senjata, ASEAN di bawah pimpinan Malaysia siap memantau pelaksanaannya. Pertemuan militer dijadwalkan tanggal 4 Agustus di bawah panduan ASEAN untuk memperkuat koordinasi keamanan
Pengaruh luar turut berperan. Mantan Presiden AS Donald Trump disebut turut memediasi perdamaian melalui panggilan langsung kepada PM Thailand, yang membuka jalan perundingan dengan Kamboja di Malaysia Cambodia berencana mencalonkan Trump untuk Nobel Perdamaian sebagai pengakuan atas perannya
Namun, pihak Thailand menuduh Kamboja telah melanggar gencatan senjata hingga lima kali. Pemerintah Thailand menyatakan situasi kini relatif tenang, meski klaim pelanggaran itu masih diperdebatkan
Berikut dua subjudul utama untuk memperjelas isi berita:
Latar Belakang Sengketa dan Proses Perdamaian
Sengketa panjang antara Thailand dan Kamboja terkait batas wilayah bermula dari peta kolonial 1907 yang belum pernah sepenuhnya diakui secara konsisten oleh kedua negara Pemicu langsung konflik kali ini adalah insiden Mei 2025 yang menewaskan seorang tentara Kamboja dan menyebabkan ketegangan diplomatik meningkat
Jangka Panjang
Selain korban jiwa, konflik telah menyebabkan pengungsi besar‑besaran, penutupan perbatasan, gangguan ekonomi, dan peningkatan ujaran kebencian. Masyarakat internasional mengkhawatirkan durabilitas gencatan senjata karena kepercayaan kedua belah pihak masih rapuh Expert mengingatkan bahwa meski gencatan senjata sudah efektif, tekanan nasionalisme dan kurangnya mekanisme pengawasan resmi bisa memicu ketegangan baru
Sebaiknya kedua pihak memperkuat mekanisme pengawasan bersama serta memperluas peran ASEAN dalam memantau pelaksanaan gencatan senjata. Dialog bilateral tetap diperlukan agar membangun kepercayaan dan menangani akar penyebab sengketa wilayah. Disinformasi di media sosial harus segera dicegah melalui kampanye edukasi dan kerjasama media. Bantuan kemanusiaan perlu segera disalurkan untuk pengungsi di kedua sisi perbatasan. Dukungan diplomatik dari pihak netral seperti ASEAN, AS, dan China perlu dikawal agar terbuka dan adil.
Gencatan senjata yang disepakati tengah malam 28 Juli menjadi titik balik penting dalam konflik bersenjata terparah antara Thailand dan Kamboja selama lebih dari satu dekade. Meskipun konflik telah menewaskan puluhan orang dan mengusir ratusan ribu warga, peluang perdamaian tetap terbuka jika mekanisme jangka panjang dipatuhi. Peran mediasi internasional terbukti efektif, namun tantangan besar terbentang di depan: memulihkan kepercayaan dan membangun stabilitas yang lestari. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v