Brussels, EKOIN.CO – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali meningkat menjelang tenggat waktu pengenaan tarif impor baru. Uni Eropa mengancam akan membalas dengan tarif terhadap barang-barang asal AS seperti pesawat, mobil, dan wiski jika negosiasi dengan Washington gagal mencapai kesepakatan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pada Senin, 14 Juli 2025, Komisi Eropa telah mendistribusikan daftar produk AS yang berpotensi dikenakan tarif kepada negara-negara anggotanya. Dokumen setebal 202 halaman itu memuat daftar produk senilai €72 miliar atau sekitar $84 miliar.
Langkah ini merupakan respons langsung terhadap ancaman Presiden AS Donald Trump yang berencana menerapkan tarif sebesar 30% atas berbagai produk Uni Eropa mulai 1 Agustus mendatang. Menurut pejabat Uni Eropa, tarif sebesar itu dapat merusak hubungan ekonomi dua kekuatan dagang utama dunia.
Negosiasi Memasuki Tahap Kritis
Komisioner Perdagangan Uni Eropa Maros Sefcovic dijadwalkan bertemu dengan pejabat perdagangan AS Jamieson Greer pada Selasa. Pertemuan ini dilakukan sehari setelah ia berdiskusi dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, untuk mencari jalan tengah terkait ketegangan tarif.
“Kami berada dalam tahap paling sensitif dari negosiasi tersebut saat ini, dan masih terus berupaya mencapai kesepakatan sebelum batas waktu,” ujar juru bicara Komisi Eropa, Olof Gill, dalam pernyataannya kepada media.
Ia menambahkan bahwa tim teknis dari Komisi Eropa telah dikirim ke Washington untuk melanjutkan pembahasan. Tim ini bertugas mengelola kebijakan perdagangan bagi 27 negara anggota Uni Eropa.
Sefcovic menegaskan, “Kami tidak akan terlibat dalam negosiasi jika kami tidak yakin negosiasi tersebut dapat menghasilkan hasil yang baik. Jadi, jelas kami yakin bahwa kesepakatan prinsip, seperti yang telah kami katakan, berada dalam jangkauan.”
Produk AS yang Diincar Tarif
Dalam dokumen yang dibagikan Brussels, daftar barang AS yang terancam tarif sangat beragam. Di antaranya produk bernilai tinggi seperti pesawat terbang, mobil, peralatan listrik, dan bahan kimia. Namun, barang-barang unik lainnya juga masuk dalam daftar, seperti lebah hidup, unta, burung beo, opium, serta pohon Natal.
Wiski Bourbon, salah satu ikon ekspor Amerika, menjadi perhatian utama. Peningkatan tarif atas produk ini dapat memicu pembalasan dari Washington, khususnya terhadap produk alkohol Eropa seperti wine dari Prancis dan Italia.
Kekhawatiran mengenai kemungkinan pembalasan AS atas produk unggulan Eropa mulai mengemuka di kalangan diplomatik Uni Eropa. Beberapa negara anggota, termasuk Prancis dan Italia, menyampaikan keprihatinan mereka terhadap potensi kerugian ekonomi yang bisa terjadi.
Sementara itu, Komisi Eropa tetap berharap bahwa tekanan tarif ini hanya akan menjadi langkah persiapan jika upaya diplomasi gagal total. Brussels menekankan bahwa preferensinya tetap pada penyelesaian damai melalui negosiasi.
Langkah AS menerapkan tarif 30% dianggap Brussels tidak proporsional dan sangat berisiko merusak struktur kerja sama perdagangan internasional yang telah dibangun selama puluhan tahun.
Pakar perdagangan internasional memperingatkan bahwa jika tarif benar-benar diberlakukan pada 1 Agustus, dampaknya akan terasa luas, baik di sektor manufaktur, pertanian, maupun logistik di kedua belah pihak.
Hingga saat ini, belum ada rincian resmi mengenai hasil pembicaraan antara pejabat Uni Eropa dan AS. Namun, beberapa diplomasi tingkat tinggi telah dilakukan secara tertutup untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Menurut laporan France24, Uni Eropa tetap membuka opsi perundingan lanjutan dan tidak sepenuhnya menutup kemungkinan tercapainya kesepakatan sebelum batas waktu.
Diketahui, hubungan dagang AS-Uni Eropa sebelumnya telah beberapa kali tegang, termasuk dalam kasus pajak digital dan subsidi industri. Namun kali ini, skala dampak ekonominya diperkirakan jauh lebih besar.
Jika negosiasi gagal, maka ini bisa menjadi babak baru dalam sejarah perang dagang trans-Atlantik, dengan efek domino terhadap perdagangan global secara keseluruhan.
Pihak Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan resmi atas langkah balasan yang sedang disiapkan Brussels. Namun, sumber internal menyebut bahwa AS tetap teguh dengan pendekatannya soal “tarif untuk keadilan perdagangan”.
Situasi ini semakin menegaskan ketegangan geopolitik dan ekonomi yang membayangi hubungan dagang antara dua mitra strategis utama di dunia barat.
Kedua belah pihak diharapkan dapat menemukan titik temu yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga stabilitas kerja sama jangka panjang.
**
Uni Eropa harus terus mengedepankan diplomasi ekonomi sebagai cara utama menyelesaikan konflik tarif ini. Jika pembicaraan membuahkan hasil, maka berbagai potensi kerugian dapat dielakkan. Pemerintah AS juga perlu mempertimbangkan dampak tarif terhadap eksportir dan konsumen domestiknya sendiri.
Dalam konteks global, perseteruan ini menunjukkan pentingnya reformasi sistem perdagangan internasional agar lebih adil dan transparan. Organisasi seperti WTO sebaiknya berperan aktif memediasi konflik seperti ini.
Para pelaku industri, baik di AS maupun Eropa, diharapkan untuk mulai mempersiapkan skenario darurat jika kebijakan tarif benar-benar diterapkan. Diversifikasi pasar dan sumber bahan baku bisa menjadi langkah mitigasi jangka pendek.
Masyarakat internasional menunggu perkembangan lebih lanjut dengan harapan bahwa solusi damai tetap menjadi prioritas utama kedua belah pihak. Terutama karena stabilitas ekonomi global tengah diuji oleh berbagai krisis lain.
Kolaborasi, bukan konfrontasi, akan menjadi fondasi yang kuat untuk membangun sistem perdagangan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di masa depan. (*)