Jakarta, EKOIN.CO – Laporan terbaru berjudul “Indonesian Gen Z: Redefining the Rules of Relevance” mengungkap pandangan mendalam mengenai pola pikir generasi Z Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2025 oleh Cheil Indonesia melalui survei dan diskusi kelompok terarah bersama 100 responden Gen Z.
“Laporan ini diharapkan dapat menjadi panduan penting bagi industri untuk memahami dan terhubung lebih baik dengan Gen Z Indonesia,” ujar PR Manager Cheil Indonesia, Soniya Ana, dalam pernyataan resmi.
Menurut laporan tersebut, Gen Z tidak lagi sekadar mengikuti arus tren global. Mereka kini memilih untuk mengadopsi apa yang dianggap penting dan bermakna bagi hidup serta komunitas mereka.
Strategic Planner Cheil Indonesia, Dhiny Puspitasari, menyatakan bahwa generasi Z Indonesia merupakan perpaduan unik antara nilai-nilai modern dan kearifan tradisional. “Brand harus jadi bagian dari hidup mereka yang kompleks dan penuh makna,” ujarnya.
Sebanyak 68 persen responden memilih menonton ulang serial atau film favorit sebagai bentuk self-soothing. Aktivitas ini bukan hanya hiburan, tapi juga cara merawat kesehatan emosional dalam kesibukan harian.
Gaya Hidup Sehat dan Kesadaran Sosial
Sebanyak 73 persen responden mengaku menjaga pola makan, tidur, dan olahraga ringan. Gaya hidup sehat ini juga didukung oleh pilihan sadar, seperti menolak konsumsi alkohol dalam kehidupan sosial, yang disebutkan oleh 67 persen dari mereka.
Temuan ini memperlihatkan bahwa Gen Z tidak sekadar ingin sehat secara fisik, tetapi juga emosional. Brand yang ingin relevan kini dituntut untuk hadir secara autentik dan menjadi pendamping dalam momen istirahat mereka.
Keseimbangan digital dan relasi nyata menjadi penting. Meskipun dikelilingi teknologi, Gen Z tetap mencari interaksi yang lebih hangat. Aktivitas seperti berkumpul di kafe atau jalan-jalan ke alam menjadi bentuk pelarian dari tekanan digital.
Nilai lokal seperti “guyub” atau kebersamaan tetap dijunjung tinggi. Narasi kebersamaan menjadi benang merah dalam cara mereka membangun koneksi sosial maupun konsumsi konten.
Respons Terhadap Kesenjangan Sosial dan Budaya Populer
Fenomena “kesenjangan sosial” di TikTok memperlihatkan bagaimana Gen Z Indonesia menyikapi perbedaan kelas sosial dengan terbuka dan jenaka. Mereka menormalkan perbedaan tanpa menghapus identitas masing-masing.
Tren ini bermula dari pengguna menengah ke bawah dan kemudian diikuti oleh kalangan atas tanpa jarak atau canggung. Budaya digital di tangan Gen Z menjadi ruang bercanda sekaligus refleksi sosial yang unik.
Bagi brand, pendekatan harus tulus dan membumi. Gen Z cenderung tidak tertarik pada kampanye yang terlalu terkonsep, tetapi lebih menghargai cerita yang menyentuh realitas kehidupan mereka.
Kejujuran dalam komunikasi menjadi landasan penting. Gen Z menghargai transparansi, empati, dan narasi yang dekat dengan budaya lokal dibanding pendekatan universal yang dangkal.
Koneksi Lebih Penting dari Popularitas
Laporan Cheil Indonesia menyimpulkan bahwa Gen Z memindahkan pusat relevansi dari angka menjadi koneksi. Mereka lebih menyukai brand yang benar-benar hadir dan memahami dunia mereka.
Pemasar perlu menyesuaikan cara bicara dengan bahasa platform yang tepat. TikTok bisa menjadi pintu masuk, namun narasi yang kuat dan penuh makna menjadi penentu keterikatan jangka panjang.
Nilai lokal dan keragaman budaya Indonesia perlu terus diangkat dalam kampanye agar tetap relevan. Tanpa pemahaman konteks lokal, brand akan sulit membangun kepercayaan dan loyalitas.
Laporan ini menyampaikan bahwa Gen Z Indonesia merupakan generasi yang sangat sadar nilai, baik dalam hal gaya hidup, relasi sosial, maupun cara berinteraksi dengan merek. Mereka memilih kedekatan emosional daripada sekadar sensasi.
Peran brand harus bergeser dari penyampai pesan menjadi mitra dalam perjalanan hidup Gen Z. Interaksi yang jujur dan bermakna akan menjadi jembatan antara nilai-nilai komersial dan nilai-nilai personal.
Masa depan pemasaran akan sangat dipengaruhi oleh cara Gen Z membentuk makna dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini menjadi kunci bagi siapa pun yang ingin tetap relevan di era digital yang terus bergerak cepat.(*)